SURGA YANG DI ABAIKAN
Saat Mentari mulai
mengintip pagi, anginpun berhenti, siul-siul burung kecil itu beradu dengan
suara jangkrik yang menciptakan irama alam berbentuk nyanyian cinta
membahagiakan sang indra penikmat shubuhnya dunia.
“Indah” gadis berkulit
hitam manis, alumni salah satu pasantren di sumatera, dia memang tak begitu
cantik namun perangai dan akhlaknya sangatlah mulia, begitu juga pemahaman
agamanya sangatlah dalam, maklum dia telah menuntut ilmu agama di pasantren
selama 10 tahun, dan sekarang dia telah menginjak umurnya yang ke 23 tahun.
Ummi “indah” dan ayahku adalah sahabat masa kecil, aku dengar,,, mereka juga
pernah pacaran, sahabat jadi cinta, namun takdir tidak menentukan mereka
bersama, hingga mereka berencana untuk menjodohkan anak-anak mereka kelak untuk
mempererat persahabatan kecil itu.
Aku hanya seorang
pemuda yang memikul gelar SEI (Sarjana Ekonomi Islam) “Ade Surya Akbar SEI, aku
telah mempunyai tambatan hati, seorang gadis biasa, namanya “Putri” dia gadis
yang sangat cantik, kulitnya yang kuning langsat membuat hatiku tak dapat
berpaling, namun dia tidak begitu paham dengan agama, karena dia hanya belajar
ngaji di sore hari setelah pulang dari kuliah, beda halnya dengan “indah” yang
telah belajar dan mendalami ilmu agama selama 10 tahun di pasantren. Namun
dengan kesederhanaan dan kecantikan “putri” itu membuatku benar-benar
menyayanginya dan berharap dia akan menjadi ibu untuk anak-anakku kelak.
Namun, hal itupun
binasa kala di satu malam ayahku sedang duduk di ruang tamu dan beliau
memanggilku, “Ade,,, sini nak,,, “panggil Ayah
“iya yah, akupun
segera menghampiri dan duduk di sebelah beliau
“Nak, kamu sudah
sepatutnya untuk menikah, ayah sudah menjodohkanmu dengan anaknya kawan ayah,
dia gadis yang baik, dia juga tamatan pasantren yang tentunya akan lebih paham
bagaimana mengkhadam suami, dan tau apa itu kewajiban istri,,,
Pernyataan itu
sontak membuat aku terkejut setengah mati, aku ingin membantah perkataan
ayahku, namun aku tidak punya keberanian untuk itu, karena aku hanya anak semata
wayang yang menjadi pengharapan untuk kebahagiaan orang tuaku, dan aku tidak
berani untuk menolak perjodohan itu.
“besok kita akan
ke rumah kawan ayah itu, sekaligus ingin mengenalkanmu dengan calon istrimu,
jadi kamu harus berpenampilan yang rapi ya, sambung ayah,,,
“aku hanya
mengangguk kecil saja meski hatiku ingin menoleh, namun aku tak bisa.
Setelah itu aku
langsung beranjak pergi masuk kamar, aku tidak tau harus bagaimana, aku juga
sangat mencintai kekasihku “putri”, aku tidak tau bagaimana harus menjelaskan
semua ini kepadanya, akhirnya akupun berfikir untuk menjumpai ibu, berharap ibu
akan membantuku untuk menggagalkan perjodohan tersebut, karena ibu adalah
harapan terakhirku untuk itu.
Malam itu ibuku
sedang menjahit, aku mengiba pada beliau,,, Ibu, aku tidak mau di jodohkan,,,
“iya nak, ibu
paham dengan situasi mu, tapi harus bagaimana, ibu juga tidak berani untuk
menolak keputusan ayahmu,,,ibuku memberi penjelasan
“aku sudah punya
pilihanku sendiri bu, tolong bu, untuk memberi pengertian pada ayah, ucap ku,,,
“kala itu air mata
ibuku pun mengalir membasahi pipi yang mulai keriput itu, Ia memelukku dan
berkata Ayah ingin yang terbaik untukmu nak,,,
“saat itu, dalam
pelukan ibu aku hanya bisa terdiam, aku tidak tau harus berkata apa lagi,,,
***
Kesokan harinya,
semuanya telah bersiap-siap untuk bertamu ke rumah kawannya ayah, sedangkan aku
hanya bisa terdiam di kamar, beberapa kali ibu masuk ke kamarku dan berkata
agar segera bersiap-siap, namun kakiku seakan berat, badanku tak mau beranjak
dari tempat tidur, lalu suara ayah yang “dalam” membuatku segera beranjak “Ade,
cepat nak, ayah dan ibumu sudah siap,,,
“iya yah, akupun segera beranjak ke kamar mandi, lalu bersiap-siap
siap, akhirnya akupun keluar dari kamar dengan kemeja lengan panjang
kesukaanku, saat itu ibuku berkata “kamu terihat lebih menawan nak,,, aku hanya
tersenyum kecil yang sedikit memaksa,,,
Padahal saat itu
mukaku sangat asam, menciut, seakan tak tahan melihat mentari hari ini, namun
tidak ada ibu yang akan melempar anaknya ke jurang, makanya ibu berkata seperti
itu, aku paham itu.
Kamipun segera
beranjak ke rumak kawan ayah, di perjalanan aku hanya terdiam di jok belakang
mobil Toyota ayah, aku memasang heandseat ke telingaku, mendengar lagu Iwan
Fals, lagu favoritku, berharap itu bisa menenangkan hatiku sedikit saja.
Tiba di rumah
tujuan, kami memang telah di tunggu, ayahku segera menyapa kawan lamanya, lalu
kami langsung di persilahkan untuk masuk, aku tidak tau apa yang mereka
bicarakan, pikiranku seakan melayang entah kemana, namun satu suara membuatku
terkejut, suara yang tidak asing bagiku,,,
“Ade, kamu tidak
mau kenal sama calon istrimu, Tanya ayah sambil tersenyum
“iya, mau ayah,
akupun mencoba tersenyum kecil agar orang tuaku tidak malu,,,
Lalu kawan ayah
memanggil anaknya “Indah” “Indah” keluar nak, sini Ummi kenalin sama tamunya
Ummi,,,
Saat itu keluarlah
seorang gadis dengan menggunakan baju gamis coklat bermotif hitam, dan
berkerudung besar menutup sebagian tubuhnya, dia terlihat malu-malu dengan
senyum tipis di bibirnya. Lalu dia menyalami kami semua dan dia duduk di dekat
Umminya. Lalu Umminya berkata “Indah, ini anaknya kawan ummi yang ummi
ceritakan padamu, Indah pun tersenyum malu-malu.
Indah, bagiku dia
gadis yang biasa-biasa saja, kulinya hitam manis, hidungnya memang mancung,
meski pakaiannya begitu indah bagiku, namun aku tidak tertarik padanya, aku
hanya punya satu cinta, satu hati, dan itu hanya untuk “putri” kekasihku.
Dan yang lebih
mengerikan lagi, Pertemuan itu sekaligus menetapkan tanggal pernikahan kami,
aku tidak bisa berkata apa-apa, aku hanya ikhlas dalam tidak rela, aku tidak
bisa menolak keinginan orang tuaku, dan perihnya lagi pernikahan kami hanya
berwaktu sebulan lagi, dan hal itu membuatku kalang kabut untuk menerima
keputusan itu semua.
Keesokan harinya pagi-pagi
sekali aku telah bersiap-siap untuk bertemu denga kekasihku putri, aku ingin
menjelaskan semuanya, meski aku tidak tau bagaimna cara menjelaskannya, di pagi
itu ayah tercengang melihatku telah rapi di pagi hari, beliau bertanya :
“mau kemana ade, pagi-pagi sekali sudah rapi,
“aku ingin ke rumah kawan ayah, ada acara, jawabku menipu
Aku langsung menyalami ayah, dan aku juga beranjak ke belakang
untuk menyalami ibuku yang sedang beres-beres di dapur, ketika aku menyalami
ibuku, beliau berpesan :
“tabahkan hatimu nak, setiap orang tua ingin yang terbaik untuk
anaknya, begitu juga dengan ayahmu nak,,,, ibu adalah sebuah alat yang di
ciptakan Tuhan untuk menganalisi perasaan anaknya tanpa dusta,,,, tidak ada
yang alai,,,
Aku Cuma mengangguk pelan, ternyata ibu tau dan paham bagaimana
kondisiku saat itu, akupun segera berlalu, berangkat untuk menemui putri, kami telah
berjanji akan bertemu di kantin depan kampusnya, singkat cerita kamipun bertemu
di kantin tersebut, dia putri tersenyum melihatku, karena sudah lama kami tidak
bertemu, namun berbeda denganku, senyumanku seakan sirna, aku ingin menangis
melihat ikhlasnya senyumnya. Kamipun duduk di pojok kantin, pagi itu belum
banyak pelanggan, sehingga kami lebih nyaman untuk berbicara, namun itu tidak
merubah posisiku yang tidak tau harus bagaimana menjelaskan semua itu,
pikiranku seakan buntu, tidak tau bagaimana menjelaskannya, namun akhirnya ku
beranikan diri untuk memulai
“Putri, sapa ku lembut, namun panggilan itu membuat dia bingung,
karena biasanya aku selalu memanggilnya sayang,,,
“Iya mas, jawab putri
“ada hal yang ingin ku ceritakan, namun aku tidak tau harus berkata
bagaimana, ucapku
“apa mas, katakan saja tidak apa, putri mencoba menyakinkanku
“aku takut kamu marah,
“tidak mas, aku tidak akan marah, jawab putri
“sebenarnya aku tidak pernah mencintaimu, kataku memulai sandiwara
“jangan bercanda mas, putri menatapku dalam, seakan dia tidak
percaya
“ya, ini benar putri, aku tidak pernah mencintaimu, hanya saja
kawanku membuatmu sebagai taruhan, jika aku bisa mendapatkanmu maka aku akan di
traktir selama sebulan oleh kawan-kawanku, ucapku dalam kesedihan dan
kebohongan
Seketika itu mata putri berkaca-kaca, aku tidak sanggup melihatnya,
namun aku harus tetap kuat untuk tidak sedih, agar kebohonganku terlihat
seperti kenyataan.
“aku tidak percaya mas, putri menatapku sangat dalam
“tapi inilah kenyataannya putri, aku tidak pernah mencintaimu dan
bulan depan aku akan menikah, jika kamu ada waktu datanglah, kataku dengan
sangat berat
Seketika itu putri langsung beranjak dan meninggalkan aku di kantin
sendiri, aku tidak akan mengejarnya, karena itulah yang aku inginkan, aku ingin
dia marah dan benci se benci-bencinya kepadaku, itulah harapanku. Aku berbohong
demi kebaikan dan aku berdoa untuk kebaikannya, mungkin jika aku berkata jujur
dia akan lebih terpukul lagi, terpukul dengan waktu yang lama, namun dengan
kebohongan ini walaupun dia akan terpukul, namun dia tidak terpukul dengan
waktu lama, karena perlahan dia akan benci padaku, dan akan melupakan aku selamanya.
Aku ingin melihat dia bahagia, itulah keputusanku, meski dia akan
bahagia dengan orang lain, bukan denganku, namun terkadang inilah hidup, menafsirkan
rumus terbalik alam, semakin sejatinya cinta, semakin ikhlasnya melepaskan,
meski ikhlas hanya sebuah kebohongan yang sedang aku rencanakan. Dia “putri”
memang gadis yang sangat baik, tapi bukan untukku.
***
Tak terasa hari ini adalah hari pernikahan aku dengan Indah,
resepsi berlangsung sangat meriah, banyak sanak keluarga aku juga keluarga
indah berkumpul, dan mereka semua membicarakan dan mengatakan bahwa kami adalah
pasangan yang sangat cocok, tapi pendapat itu tidak berlaku bagiku, di atas
pelaminan aku hanya terdiam di samping indah yang sekarang telah menjadi
istriku, aku bahkan tidak sanggup rasanya harus menggenggam tangannya,
tatapanku hanya lurus ke depan, sesekali aku melihat ke wajah indah, senyum
manisnya selalu dia persembahkan untuk para tamu yang melihat kami, beda
denganku yang begitu kaku dan ragu. Terkadang aku teringat tentang “putri” aku
tak berharap dia hadir di hari ini, meski aku mengundangnya, aku mengundang
hanya sebagai pemberi kepastian dusta, bahwa aku tidak mencintainya. Namun
harapanku sirna saat seorang gadis memakai baju mereh menghampiriku dan mengucapkan
selamat untukku, aku terkagum melihat kecantikannya, sampai-sampai aku tidak
dapat berucap sepatah katapun, dia putri, kekasihku, maksudku mantan kekasihku.
Kala kejadian itu, indah istriku hanya terdiam melihat tingkahku, tapi
beruntung karena indah tak pernah kenal siapa wanita berbaju merah yang
membuatku salah tingkah tadi.
Setelah menikah kami menetap di sebuah rumah kos yang tidak begitu
besar, karena aku berkerja agak jauh jika harus menetap di rumah orang tuaku
ataupun orang tua indah, kami juga ingin hidup mandiri, begitulah pinta indah
istriku saat memohon izin pada orang tuanya. Kala itu hidup aku berubah total,
kini aku dalam bayang-bayang, hidup dalam keterpaksaan satu rumah bahkan kamar
dengan seorang perempuan yang tidak aku cintai, dialah istriku, aku hidup dalam
ketidaksadaran bahwa aku mempunyai kewajiban sebagai seoarng suami.
Di rumah yang baru, kami hidup seperti dua orang yang tidak saling
kenal, tidak ada keharmonisan antara aku dan istriku indah, meskipun setiap
saat dia selalu tersenyum dan manja kepadaku, tapi naasnya aku tidak bisa
membalas senyuman itu dengan ikhlas. Namun ketabahan dan kesabarannya tak
membuat dia lupa tentang kewajibannya sebagai istri, apalagi marah, aku belum
pernah melihat dia dengan amarah. Meskipun aku terus saja masam muka kepada
istriku namun dia tak pernah membalasnya, bahkan senyum dan manjanya selalu di
persembahkan untukku. Di pagi-pagi buta dia selalu bangun lebih cepat, setelah
shalat shubuh Ia selalu membaca surat Al-waqiah dan Az-Zariat yang katanya
membaca ke dua surat itu di selesai shalat shubuh akan memudahkan rezki
keluarga. Setelah itu dia mempersiapkan sarapan untukku, dia juga telah
mempersiapkan baju untuk aku berkerja, dia tau baju apa yang aku kenakan, lalu
barulah dia membangunkan aku untuk mandi dan bersiap-siap. ,maklum saja setelah
shalat shubuh aku selalu tidur lagi, ini yang sangat beda dengan istriku.
Suatu hari aku harus kerja
lembur dan pulang agak larut malam, aku berpesan kepada istriku :
“indah, malam ini mas akan pulang larut, kamu tidur aja gak apa,
jangan lupa pintu dan jendelanya di kunci ya, mas punya kunci,,, aku mencoba
care dengan indah, tapi tetap saja sulit untukku memanggilnya dengan panggilan
sayang
“iya mas, mas hati-hati ya, jawab istriku sambil mengingatkan
Aku segera berlalu untuk berangkat kerja tanpa meninggalkan secuil
senyuman pun untuk indah istriku di rumah. Namun begitu sial bagiku, malam ini
hujan begitu deras, hingga aku kehujanan di larut malam, dan tiba di rumah
dengan kedinginan dan basah kuyup dan sesekali aku bersin, sepertinya aku flu.
Ternyata istriku indah belum tidur saat itu, dia masih setia menungguku, saat
aku tiba, dia segera membukakan pintu dan memberikan handuk padaku,,,
“mas ini handuknya, sambil memberikanku handuk,,, saat itu dia
lansung mendekatiku dan membuka pakaianku, aku hanya terdiam saat dia membuka
pakaianku satu per satu, dia juga telah menyiapkan baju ganti untukku. Setelah
aku ganti baju, indah berucap,,,
“ini mas jahe merahnya, di minum dulu biar hangat badannya,,, kali
ini aku masih juga membisu, aku hanya mengangguk kecil sambil meneguk minuman
penghangat itu pelan-pelan. Saat itu akupun bersin beberapa kali, yang membuat
khawatir indah,,,
“mas, flu, mas masuk angin, bagaimana kalau aku kerok ya ? aju
indah padaku
Sekali lagi aku hanya terdiam membisu, aku Cuma menurunkan kepalaku
untuk mengangguk, lalu aku langsung masuk ke kamar dan indah menyusulku untuk
mengerok punggungku, kala tangan lembut itu menyentuh kulitku dalam keikhlasan,
aku berfikir betapa jahatnya aku, gadis setulus dan sebaik indah yang selalu
ada untukku tapi aku, untuk memanggilnya sayang saja tidak mampu, aku terus
berfikir dan akhirnya terlelap dalam fikiran itu serta merta dalam sentuhan
lembut tangan istriku.
Shubuh itu aku di kejutkan suara indah yang sedang mengaji seperti biasanya,
shubuh ini dia tidak membangunkanku, ntah dia masih berfikir aku kurang sehat
atau apalah, akupun segera bangun untuk wudhuk, indah menyadari kala aku
beranjak dari tempat tidur, dia tersenyum padaku, dan saat aku telah selesai
shalat indah mendekatiku,,,
“mas sudah mendingan, baiknya hari ini mas izin kerja saja, ucap
indah
“Iya, jwabku singkat,,,
“mas mau apa, biar indah siapkan ? indah bertanya padaku
“apa saja, aku kembali cuek, meski dalam hatiku ingin care dengan
istriku, namun saat mulutku ingin berucap seakan tertahan oleh cintaku yang
hanya terlena pada “putri” mantanku.
“bagaimana kalau bubur mas, indah masih saja baik padaku meski
sikapku seperti itu
“boleh, ucapku pelan,,,
Indah segera ke dapur untuk membuatkan bubur untukku, dan aku hanya
terduduk di ruang tamu dengan novel di tanganku, novel karangan seorang pemuda
dari Aceh “Love In Somalia” di novel ini di ceritakan bagaimana Somalia
benar-benar negeri yang terjerat dalam bencah darah dan air mata, tersisih dari
berita dan bermacam media yang lambat laut mereka akan tersisih dan terlupa.
Love In Somalia melempar Anda ke satu lingkar suaka kekerasan dan tempat yang
Anda tidak ingin bermimpi berada di sana, lalu menjelajah Somalia, tetitori
yang belum pernah dipetakan dalam literatur cerita kontemporer kita. Kisah
cinta dalam balutan air mata kekerasan serta debu berterbangan seakan salju
sedang berdatangan, tapi cinta menyelaraskan mereka semua.
Sedang asiknya aku menikmati paragraph demi paragraph novel itu,
aku di kejutkan dengan suara indah,,,
“ini mas buburnya sudah jadi, kata indah
“iya, taruh saja di meja, ucapku singkat
“maaf mas ya, kalau mengganggu mas membaca, pinta indah
“iya, tidak apa, aku tersenyum padanya dan baru kali ini aku
tersenyum padanya dengan tulus
“biar aku suapin mas ya,,,
“aku mengangguk pelan, aku tidak bisa menolak niat tulusnya
mengkhadam suaminya, meski cinta hingga saat ini belum tumbuh dalam jiwaku pada
istriku
***
Di suatu hari Indah mulai sadar akan tingkah ku yang acuh tak acuh
padanya, memang benar aku tak bisa membohongi hatiku bahwa aku tidak pernah
mencintainya, bahkan untuk saat inipun bibit cinta belum tumbuh dalam kebun
hatiku. Hari itu indah minta izin padaku,,,
Mas, besok aku ingin pulang ke rumah Ummi sebentar ya, aju indah
padaku
Untuk apa, aku mencoba bertanya,,,
Tiba-tiba aku kangen sama Ummi mas, kata indah
Baiklah, aku antar ya, pinta ku
Tidak usah mas, aku bisa sendiri, lagi pula mas harus berkerja
besok,,,
Akupun tidak memaksa, benar juga katanya aku harus berkerja besok. Keesokan
harinya indahpun pulang ke rumah Umminya, aku hanya seorang diri di rumah, ini
adalah situasi yang aku idam-idamkan dari pada serumah dengan perempuan yang
tidak aku cintai, begitulah kata hatiku.
Namun begitu sial hari itu, hujan turun begitu deras saat aku
pulang kerja, hingga aku basah kuyup dan kedinginan, setiba di rumah aku segera
membuka pintu, saat itu barulah aku sadar bahwa indah sedang pulang ke rumah
Umminya, jujur,,, saat itu aku merasa kesepian, dia yang biasanya membukakan
pintu saat aku pulang, membukakan bajuku saat aku pulang kehujanan, mengerok
tubuhku saat aku masuk angin, menyediakan baju ganti, dan hari ini aku harus
mengurus diriku sendiri tanpa indah.
Setelah menggati baju, malam itu aku sangat capek sehingga aku
bersegera untuk langsung tidur, tapi betapa terkejutnya aku kala menemukan
sepucuk surat di bawah bantal indah, aku terus berfikir yang tidak-tidak,
pikiranku terus negative, aku berfikir apakah selama ini indah selingkuh,
apakah dia menjalin hubungan dengan pemuda lain, mungkinkah perlakuan baiknya
untukku hanya untuk menutup perselingkuhannya. Lalu ku buka surat itu dengan
tergesa-gesa dan mulai ku baca paragraph demi paragram di dalamnya, tanpa
terasa pipiku basah oleh air mata saat membaca surat itu, ternyata surat itu di
tujukan padaku, suami yang sangat dia cintai, dan di dalam surat itu salah satu
paragraph yang membuat aku meneteskan air mata adalah:
Mas, aku tahu mas tidak pernah mencintaiku, aku sadar mas hanya
ingin membahagiakan orang tua mas dengan perjodohan ini, aku menghargai dengan
keputusan mas untuk membahagiakan keluarga mas, maka dari itu aku selalu bersikap
layahnya istri yang sangat di cintai oleh suaminya, berharap dalam perjalanan
ini, bibit cinta akan tumbuh di dalam lubuk hatimu mas, namun aku sadar hingga
saat ini cinta mas tidak tumbuh untuk ku, maka dari itu aku tuliskan surat ini
untuk mas, aku tidak berani berkata langsung, di dalam lemari ada buku
tabunganku, ambillah mas untuk menikah dengan seorang perempuan yang mas cintai
dan sayangi, Demi Allah mas, aku rela dan ikhlas untuk di madu, aku rela jika
hanya hal itu yang bisa membuat suamiku bahagia, kerena kewajiban seorang istri
adalah untuk membuat suaminya bahagia.
Setelah membaca surat itu, tiba-tiba aku merasa sangat rindu kepada
indah istriku, mata yang tadinya serasa sangat kantuk, kini sirna dengan
kerinduan itu, aku ingin menelepon indah, namun nomornya tidak aktif, hal itu
membuatku semakin bersalah dan bersalah, rasa cinta seakan tumbuh dengan surat
tadi, betapa ikhlasnya Ia dalam mengkhadamku, pantaskah sikapku padanya ?
hatiku selalu berbisik kata itu. Akhirnya ku putuskan untuk menjemput indah di
kediaman Umminya besok, dan aku akan minta maaf padanya.
Keesokan harinya aku segera berangkat untuk menjemput istriku,
dengan mengenakan kemeja lengan panjang yang dulu pernah ku pakai saat bertamu
ke rumah indah dengan orang tuaku, aku berharap bisa membalas semua keikhlasan
indah padaku, waktunya, kasih sayangnya, kesetiaannya. Setiba di kediaman Ummi
indah, aku segera mengetuk pintu dan mengucapkan salam,
“assalamualaikum,,,,
“waalaikum salam, suara wanita paruh baya menjawab salamku, Ummi
indah seraya membukakan pintu
Indah mana Buk, Tanya ku
Ada di kamar, semenjak pulang ke sini dia selalu ngurung di kamar,
kenapa Ade, apa kalian bertengkar, Tanya Ummi indah padaku
“tidak Bu, indah bilang rindu pada Ibu, makanya indah pulang, aku
memberi alasan
“boleh aku masuk ke kamarnya bu, pintaku pada Ummi
“ummi mengangguk, seraya berkata “masuklah Nak
Akupun segera masuk mengikuti langkah Ummi di belakang, dan ummi
mengisyarahkan padaku dengan tangannya kepada satu kamar di tengan, akupun
segera pergi dan masuk ke kamar itu tanpa mengucapkan salam, sengaja aku
lakukan agar indah terkejut, tapi apa yang terjadi, bukan indah yang terkejut,
malah aku yang terkejut melihat indah tertidur di atas sajadah dengan Mushab
Fatimah di sisinya, aku segera mendekat dan membangunkannya, diapun seketika
terbangun saat tanganku menyentuhnya, dia tercengah melihatku, tanpa sepatah
katapun aku segera memeluknya dengan erat, dan diapun membalas memelukku dalam
isak tangisnya.
“maafkan aku sayang, pintaku pada istriku
“iya mas, aku sudah memaafkanmu jauh sebelum kamu melakukan
kesalahan mas, ucap indah lembut padaku
Di situlah cinta mulai bersemi di hatiku, aku baru sadar ternyata
kebahagiaan tidak di peroleh dari cinta semata, melainkan saat kita bersyukur
apa yang telah kita miliki, itulah puncak kebahagiaan yang hakiki, apalagi
memiliki istri seperti indah, seorang istri yang soleha yang selalu ikhlas
mengkhadam suaminya meski bagaimnapun keadaan suaminya. Lalu aku minta izin
pada Ummi untuk membawa indah bersamaku, Ummi hanya tersenyum bahagia melihat
kami, lalu aku dan istriku segera pulang ke rumah kecil istana cinta kami.
Sesampai di rumah, akulah yang membukakan pintu, lalu mempersilakan
istriku untuk masuk layaknya seorang putri, dia tersenyum melihat tingkahku
yang tidak biasa itu, namun aku melakukannya dengan sangat ikhlas.
“mas sudah makan, Tanya istriku indah
“sudah, kemarin, jawabku seraya tersenyum padanya
“aku masak dulu mas ya, kata indah
“bagaimana kalau kita liburan, aku mengalihkan pembicaraan
“memangnya mas tidak berkerja, Tanya indah
“mas sudah izin sayang untuk sebulan ini, jawabku seraya memeluk
indah dari belakang
“berlibur kemana mas, Tanya indah sambil tersenyum karena aku masih
memeluknya
“bagaimana kalau ke Gali Nanggu, Lombok, kita juga belum berbulan
madu, rayuku
“iya mas, indah kembali tersenyum dengan kelakuanku
Keesokan harinya kamipun berangkat ke gali nanggu, Lombok, setelah
semalam kami telah meminta izin pada orang tua kami dan mengemas barang bawaan.
Sejak saat itu kehidupan kami penuh dengan kebahagiaan, rumah tangga yang penuh
cinta kami rasakan, kehampaan yang dulunya ada seakan sirna di telan keikhlasan
cinta seorang bidadari yang lupa membawa sayap, kini kami telah di karuniai
seorang anak perempuan, pelengkap kebahagiaan kami “Cut Syifa Arifa” itulah
namanya.
Ini kisah cinta dan kebahagiaan yang aku paksakan, ini kisah Surga
yang dulunya aku sia-siakan, hingga akhirnya aku menemukan cinta dan kasih
sayang dari seorang wanita yang dulunya tidak pernah aku cinta.
Jangan mengawini orang yang engkau cintai tapi cintailah orang yang
engkau kawini, karena bersama
dengan orang yang mencintaimu adalah kebahagiaan abadi sedangkan mengejar orang
yang engkau cintai hanya meninggalkan air mata di pipi.
Cek this cool website Paragram
ReplyDelete