AYAH, AKU TIDAK MAU MENJADI WANITA KARIR,,,
Pelajaran ini saya dapatkan dari
adik perempuan saya yang mengaji di salah satu masjid, pengajian rutin yang di
adakan seminggu sekali.
Pada sore itu sekitar jam 13:30 WIB,
di teras masjid dia sedang duduk menunggu saya yang memang berkewajiban
menjemputnya, tapi hari itu saya sedikit lambat. Di sampingnya ada seseorang
perempuan yang telah dewasa dengan pakaian yang serba rapi dan sebuah tas
laptop di pangkuannya. Sepertinya wanita itu wanita karir, dan sedang menunggu seseorang.
Singkat cerita merekapun saling menyapa dan berbicara, hingga adik perempuan
saya bertanya “memangnya kakak dari mana dan menunggu siapa ? namun jawaban
perempuan itu membuat adik perempuan saya heran “Alhamdulillah saya baru saja
berhenti bekerja, dan kakak sedang menunggu di jemput oleh suami kakak.
“Kenapa ? kakak di pecat ? Tanya adik
saya
“Tidak dik, kakak berhenti/
mengundurkan diri, jawab wanita karir itu
“maaf sebelumnya kak, bolehkan kami
tahu kenapa kakak berhenti dari pekerjaan, padahal di era ini begitu sulit
untuk mencari kerja, tapi kakak malah mengundurkan diri ?
“sambil tersenyum, kakak itu
menjawab, itulah hidup dik, ini kewajiban kakak
“kewajiban ? imbuh adik saya yang
semakin heran
“iya dik, banyak cerita yang telah
kakak laluin dalam hidup bersama suami kakak, dan keputusan ini menjadi
kewajiban untuk kakak.
Akhirnya si kakak itupun bercerita
pada adik perempuan saya. “dua hari yang lalu, kakak baru saja pulang dari
kantor dan kakak merasa capek dan sangat pusing, hingga kakak merebahkan diri
di ranjang, selang lima belas menit kemudian suami kakak pulang kerja, dan dia
(suami) berkata pada kakak, “sayang, boleh tolong ambilkan air segelas, abang
capek. Namun karena merasa capek dan pusing, kakak menjawabnya dengan suara
sedikit membentak “ambil saja sendiri, saya lagi capek, kemudian kakakpun
tertidur pulas di ranjang.
Saat kakak terbangun dan ingin
menyuci piring dan membereskan rumah, betapa tercengang kakak melihat semuanya
sudah beres, piring dan pakaian telah di cuci, seisi rumah juga telah bersih. Saat
itu kakak melihat suami kakak sedang tertidur di sofa, lalu kakak
menghampirinya, ternyata suami kakak sedang sakit, suhu badannya begitu panas,
lalu kakak membangunkanya dan menyuruh suami kakak untuk tidur di kamar, saat
itu kakak pun meminta maaf pada suami kakak, namun suami kakak hanya tersenyum
dan menjawab “ini rumah kita, jadi kita berdua berkewajiban merawatnya. Saat itu
kakak merasa sangat bersalah, di lihat dari pekerjaan, suami kakak berkerja
lebih keras ketimbang kakak, kakak hanya berkerja di ruangan, sedangkan suami
kakak berkerja sebagai penjual roti keliling, di sirami hujan, di bakar terik,
mungkin itu sudah biasa baginya.
Pada saat itulah kakak mengambil
kesimpulan untuk berhenti berkerja, sebab kewajiban kakak untuk mengkhadam
suami kakak, bukan untuk berkerja. Biarpun suami kakak hanya penjual roti
keliling yang hanya mendapat penghasilan sedikit, mungkin 7 kali penghasilannya
itu setara dengan sekali gajian kakak, namun itulah pilihan kakak, kakak
percaya suami kakak mampu menangani semuanya.
Saat mengambil keputusan ini, mamak
kakak marah besar dan berkata, sudah mamak bilang, jangan menikah dengannya,
lihat adik dan kakakmu, suaminya berpenghasilan besar, sedangkan suamimu ?
kakak hanya tersenyum dan berkata “sudahlah Ma, suamiku pasti bisa.
Ya
memang suami kakak yang paling miskin di antara suami-suami saudara kandung
kakak, tapi setidaknya suami kakak berpenghasilan dari usahanya sendiri, bukan
titipan dari usaha orang tuanya, dan itulah yang membuat kakak bangga, karena
pada dasarnya kita menikah bukan karena dia harus kaya terlebih dahulu, tapi
kita menikah dengan orang yang mau berusaha membuat kita bahagia. Begitu dik,
adik sudah menikah ? Tanya si kakak
“belum
kak, adik masih sekolah kak, masih terlalu dini, jawan adik saya
“iya
dik, belajar dulu yang benar, pantaskan diri adik terlebih dahulu, maka Allah
akan memberikan pendamping yang pantas jua untuk adik kelak, Amien
“Amien,,,
Di
sela-sela pembicaraan kami, seorang laki-laki datang menjumpai kami, “sudah
lama dik ? belum bang, baru 15 menit
“ini
suami kakak, ucap kakak itu sambil beranjak dari tempat duduknya
“iya
kak,
“kakak
duluan ya, sambil tersenyum
“iya
kak, sebentar lagi saya juga di jemput kok,,,
Lalu
kakak itupun beranjak pergi dengan suaminya, selang beberapa menit sayapun
datang menjemput adik saya, sudah lama selesai pengajiannya dek ?
“dari
tadi sudah bang, abang lama kali, ucap adik saya dengan nada sedikit tinggi
“maaf
dik, kan baru sekali, saya beralasan
“sekali
? kemaren-kemaren juga sama, abaaaaang,,,,
“saya
hanya tertawa, iya juga ya,,,,
“bang
? tadi adik jumpa sama kakak, baik kali orangnya,,,,
“iya
? kenalin sama abang lah, mana tahu jodoh, jawab saya sambil kembali tertawa
“istri
orang bang,,,,
“oe,,,
gak jodoh,,, hahaha
Lalu
adik saya bercerita tentang kakak itu, dan dia berkata pada saya, “bang, adik
tidak mau menjadi wanita karir ?
“bagaimana
kalau suamimu nanti tidak punya pekerjaan, Tanya saya mengganggunya
“adik
gak mau menikah dengan lelaki yang tidak mempunyai pekerjaan, jwabnya tersenyum
“terserah
adik sajalah, kalau itu yang terbaik, kenapa tidak, tapi adik kasih tau dulu
sama ayah, biar adik ke pesantren aja,,,
“iya
bang,,,,
Sesampai
di rumah, adik saya langsung menjumpai ayah, dan berkata “Ayah, Adik tidak mau
menjadi wanita karir,,,
Ayah
kami yang lagi duduk di teras tercengan dengan ucapan adik saya yang spontan
itu,,,
Saya
yang mendengarnya tertawa, dan ayah pun ikut tertawa, ibu saya dari dapun lari
ke depan, Ia heran kenapa ayah tertawa,,, dan akhirnya semua tertawa, hanya
adik saya yang ngambek,,, :D
sekian
0 Response to "AYAH, AKU TIDAK MAU MENJADI WANITA KARIR,,,"
Post a Comment