TANPA BERHAJI, ORANG INI MENDAPAT HAJI MABRUR
Dalam berhaji, ada tiga (tiga)
katagori di panggilnya seseorang ke tanah suci, adapun tiga katagori tersebut
adalah sebagai berikut :
Ø Panggilan
Nabi Ibrahim as
Ø Panggilan
Malaikat
Ø Panggilan
Jin/syetan
Maka
untuk katagori yang pertama, yaitu orang-orang yang berhaji dari panggilan Nabi
Ibrahim as, maka InsyaAllah golongan ini akan mendapat haji mabrur. Hal ini di
lihat ketika orang itu kembali ke tanah air, bila ia semakin dekat dengan
Allah, selalu dalam ibadah-ibadah, menambah ketakwaannya, maka Alhamdulillah
mabrur.
Sedangkan yang ke dua, yaitu berhaji
dari panggilan malaikat, maka orang-orang tersebut termaksud dalam golongan orang-orang
yang berbahagia, sebab Allah telah menggariskan tempat mereka meninggal adalah
di tanah suci mekkah. Itulah maksud panggilan malaikat, yaitu panggilan
menjemput kematian.
Adapun yang ke tiga, yaitu
orang-orang yang berhaji dari panggilan jin/syetan, maka celakalah orang-orang
tersebut. Orang-orang seperti ini biasanya berhaji hanya untuk popularitas,
wibawa dan lain sebagainya, mereka berhaji puluhan kali, tapi sayangnya mereka
tidak mendapat apa-apa. Bahkan saat mereka kembali dari hajinya, bukan semakin
bertambah taqwa, tapi malah sebaliknya, maka rugilah orang-orang yang demikian.
A’u’zubillahi min zalik.
Meskipun demikian, ada juga
orang-orang yang tak berhaji, tapi ia mendapatkan haji mabrur. Kisah ini
terjadi di masa kekhalifahan Sahabat Nabi Muhammad S.A.W, pada suatu malam,
Khalifah bermimpi, dalam mimpinya, ia melihat seseorang di pelosok desa telah
mendapat haji mabrur, mimpi ini ia dapatkan hingga tiga (3) malam
berturut-turut. Hingga keesokan harinya iya pergi ke pelosok desa tersebut, dan
betapa terkejutnya khalifat tersebut, ia melihat sebuah rumah di kaki gunuh
persis seperti di dalam mimpinya, lalu iapun menghampiri/bertamu ke rumah
tersebut. dan pemilik rumah itupun menerimanya dengan amat baik dan ramah.
P = Pemilik rumah, K = Khalifah
P : terima
kasih baginda telah meluangkan waktu bertamu ke kediaman kami, namun apakah gerangan baginda kesini ? atau apa yang bisa
kami bantu ?
K : “sambil
tersenyum” saya hanya ingin bertanya beberapa hal jika itu berkenan untuk di
jawab ???
P : jika
itu yang baginda inginkan, kenapa tidak , saya akan menjawab semuanya.
K : apakah
kamu telah berhaji ???
P : “dengan
raut wajah sedih” belum ya baginda,,,
K: jangan
engkau bersedih, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang beruntung,
Lalu
baginda bercerita tentang mimpinya, tentang pemilik rumah tersebut yang
mendapat haji mabrur, meski sebenarnya ia belum pernah sekalipun berhaji.
K: katakan
padaku apa yang engkau kerjakan, sehingga Allah memberimu haji mambrur, sunggu
aku juga mengginkannya,,,
Lalu
pemilik rumah itupun bercerita, sesungguhnya kami adalah orang yang sangat merindukan
haji wahai baginda, setiap kali saya mendengarkan kalimat “Labbaikallahumma labbaik labbaikala la syarikalakalbaik I’ndal Hamda
wannikmata Laka wal mulk la syarikalaka” saya selalu menangis, air mata itu
turun begitu saja membasahi pipi saya, hingga setiap seusai Shalat saya selalu
berdoa sambil menangis agar cita-cita saya di kabulkan, yaitu berhaji ke tanah
suci mulia. Dan memang sejak lama kami yang hanya sebagai petani menyisihkan
uang untuk berhaji, hingga suatu saat terkumpullah uang kami, cukup untuk saya
dan istri saya berhaji, namun saat itu keadaan berkata lain, Istri saya sedang
Hamil tua, hingga saya dan Istri harus menunggu kelahiran anak kami, karena
kami telah berjanji untuk haji bersama.
Pada
suatu siang, istri saya ngidam, istri saya mencium aroma yang begitu harum, dan
lezat, lalu dia berkata pada saya, suamiku, maukah engkau mencari asal aroma
ini, sungguh aku sangat menginginkannya, jika telah engkau dapati maka mintalah
semangkuk untukku, atau jika tidak, sesuap juga tak mengapa, lalu sayapun pergi
mencari asal aroma itu, ternyata aroma itu berasal dari sebuah rumah di atas
gunung, lalu saya menghampiri rumah tersebut, saya melihat seorang perempuan tua
sedang memasak dan ketiga anak di sampingnya sedang menangis sejadi-jadinya,
lalu saya mendekati si ibu tersebut, dan bertanya kenapa anak-anak ibu
menangis, namun si ibu itu hanya diam dan melihat sesaat ke arah saya, lalu
melanjutkan pekerjaannya, saat itu dalam hati saya terbesit “mungkin itu
masalah pribadi, saya tidak berhak mengetahuinya”. Kemudian saya memohon maaf
karna telah lancang bertanya. Ibu itu hanya menganggung pelan. Lalu saya
beranikan diri untuk bertanya lagi, Ibu, bolehkah saya meminta sedikit saja
dari apa yang ibu masak ??? namun dengan tegas ibu itu menjawab “TIDAK”,,, lalu
iya melanjudkan memasak. “jika begitu, izinkan saya membeli, berapapun
harganya, sebab ini permintaan istri saya yang sedang hamil, Ucapku mengiba
pada ibu itu. Anehnya si ibu tetap menjawab “TIDAK” berapapun tuan ingin
membeli, saya tidak akan menjualnya. Lalu saya bertanya, Kenapa ? izinkan saya
membelinya ibu, istri yang sangat saya cintai sungguh menginginkannya ?
tiba-tiba saja, ibu itupun menangis dan berkata, “tidak tuan, makanan ini halal
untuk saya dan anak saya tapi haram untuk tuan dan istri tuan”. Mendengar
jawaban ibu tersebut sayapun binggung, kenapa bisa haram untuk saya dan istri
saya, sedangkan tidak untuk ibu dan anak ibu ? saya kembali bertanya. Dalam isak
tangis Ibu itu bercerita bahwa dia dan anak-anaknya sudah kelaparan selama
seminggu, mereka tidak punya makanan lagi, lalu hari ini, yang saya masak ini
adalah bangkai keledai yang telah mati dua hari lalu, saya mengambil sebagian
dagingnya, sebab jika tidak kami bisa saja mati kelaparan, jadi ini halal untuk
saya dan anak saya tetapi harap untuk tuan dan istri tuan.
Mendengar jawaban ibu itu sayapun
menangis, kemudian saya mohon izin dan pulang ke rumah, sesampainya di rumah
saya bercerita hal tersebut pada istri saya, istri sayapun menangis
mendengarnya, lalu dengan nada rendah saya berkata padanya “Istriku, aku ingin
memberikan tabungan kita pada mereka tapi tetap dengan izinmu, mungkin kita
bisa berhaji lain kali, kita akan menabungnya lagi, dan InsyaAllah ini akan
menjadi tabungan kita di akhirat kelak, dengan raut wajah senang tersenyum
istri saya mengangguk tanda setuju. Keesokan harinya saya dan istri saya pergi
ke rumah ibu itu dan menyedekahkan tabungan kami kepadanya, tabungan haji kami.
Itulah yang terjadi wahai baginda,,,
ternyata pipi baginda dari tadi telah basah
dengan air matanya, lalu baginda berkata, “pantaslah Allah memberi kalian Haji
Mabrur” ternyata kalian mempunyai hati yang begitu baik dan tulus. Mudah-mudahan
aku juga termasuk dari golongan kalian.
Semoga tulisan ini menjadi hikmah
untuk kita semua, memberilah bagi yang membutuhkan dan Allah akan membalas
sepuluh kali lipat shedekah yang tulus itu, di dunia dan di akhirat kelak.
Amien ya Rabbal A’lamien.
Wassalam
aaf kak mau titip info Tips Menyimpan Uang Aman Ketika Berhaji
ReplyDelete