PENGARUH KEBIJAKAN PEREKONOMIAN TERBUKA TERHADAP PERMINTAAN AGREGAT
PENGARUH KEBIJAKAN PEREKONOMIAN TERBUKA
TERHADAP PERMINTAAN AGREGAT
Sama-sama telah kita pahami bahwa perekonomian terbuka adalah perekonomian yang beroperasi lintas antar dunia, atau di sebut juga hubungan internasional. dalam perekonomian terbuka ada beberapa kebijakan yang di terapkan untuk mengatur perekonomian lintas negara, diantaranya yaitu kebijakan fiskal dan kebijakan moneter.
jadi dalam kesempatan ini kami akan memaparkan hubungan perekonomian terbuka terhadap permintaan agregat yang akan kami singgung secara garis besar.
Seperti telah kita pelajari, ada banyak faktor yang mempengaruhi
permintaan agregat selain kebijakan Perekonomian terbuka, atau lebih tepatnya
kebijakan moneter dan fiskal. Secara khusus, pengeluaran-pengeluaran yang
memang telah diniatkan oleh rumah tangga dan perusahaan menentukan permintaan
barang dan jasa secara keseluruhan. Seperti pengeluaran dana pendidikan yang
memang telah lama diniatkan oleh keluarga. Selanjutnya bagaimana kebijakan
moneter mempengaruhi permintaan agregat?. Seperti bahasan sebelumnya, kurva
permintaan agregat berbentuk “downward sloping” atau miring kebawah dipengaruhi
oleh tiga faktor yaitu :
Ø Efek kekayaan
Ø Efek suku bunga
Ø Efek nilai tukar
Meskipun sama-sama menjelaskan bentuk kurva permintaan agregat yang
miring kebawah, ketiga pengaruh tersebut tidak sama pentingnya dan berbeda-beda
menurut jenis perekonomian. Untuk memahami bagaimana kebijakan mempengaruhi
permintaan agregat, kita mempelajari pengaruh suku bunga secara lebih mendalam
yang dibahas dalam teori preferensi likuiditas yang dikemukakan oleh keynes.
Dalam teori ini menyatakan bahwa suku bunga berbah-ubah untuk membuat jumlah
uang yang beredar dan permintaan uang menjadi seimbang. Suku bunga yang
dimaksud dalam teori ini adalah suku bungan nominal dan suku bungan riil untuk
kemudian akan dikembangkan teori ini dengan memperhatikan jumlah uang yang
beredar dan permintaan uang serta bagaimana masing- masing bergantung pada suku
bunga. Jumlah Uang Yang Beredar Seperti kita ketahui JUB dikendalikan oleh Bank
Sentral yaitu dengan menjual atau membeli obligasi pemerintah dalam operasi
pasar terbuka, mengubah persyaratan cadangan, dan tingkat diskonto. Perincian
dari pengendalian moneter ini penting bagi implementasi kebijakan Bank Sentral,
namun tidak penting bagi pembahasan kita kali ini. Tujuan kita disini adalah
untuk mengkaji bagaimana perubahan-perubahan pada jumlah uang yang beredar
mempengaruhi permintaan agregat barang dan jasa. untuk tujuan tersebut kita
hanya berasumsi bahwa Bank Sentral hanya mengendalikan jumlah uang yang beredar
secara langsung. Dengan kata lain, Bank Sentral menetapkan jumlah uang yang
beredar dalam perekonomian pada sembarang tingkat yang telah diputuskan. Jadi,
karena JUB ditetapkan oleh Bank Sentral secara langsung, maka JUB tidak
bergantung pada variabel-variabel ekonomi lainnya, seperti suku bunga dan
lan-lain. Setelah Bank Sentral memutuskan kebijakannya, jumlah uang yang
beredar tidak mengalami perubahan, meskipun terdapat perubahan pada suku bunga.
Permintaan Uang, Seperti
yang telah kita ketahui bahwa permintaan uang berpengaruh pada suku bunga.
Ketika suku bunga naik maka permintaan uang akan turun, sebaliknya ketika suku
bunga turun, permintaan uang akan naik, sehingga kurvanya berbentuk downward
sloping (sifatnya negatif). Keseimbangan dalam Pasar Uang ketika suku bunga
naik diatas keseimbangan maka permintaan uang akan turun dibawah JUB yang telah
ditetapkan, orang lebih senang untuk menyimpan uangnya di Bank atau membeli
obligasi berbunga. Sehingga penerbit obligasi dan Bank kemudian merespon dengan
menurunkan suku bunga, dan orang akan lebih banyak memegang uang sehingga kurva
keseimbangan akan tercipta. Ketika suku bunga turun dibawah titik keseimbangan
maka permintaan uang akan naik diatas JUB yang telah ditetapkan oleh Bank
Sentral, orang akan memilih untuk memegang uang lebih banyak dan tidak ingin
membeli obligasi, sehingga Bank Sentral dan penerbit obligasi akan meresponnya
dengan menaikkan suku bunga untuk menarik minat nasabah ataupun pembeli
obligasi. akibatnya permintaan uang akan turun dan kemidian akan mendekati pada
titik keseimbangan.
Teori preferensi likuiditas
ini memberi satu prinsip penting yaitu kebijakan moneter dapat dijelaskan, baik
dari segi jumlah uang yang beredar maupun dari segi tingkat suku bunga.
Bagaimana kebijakan fiskal mempengaruhi permintaan agregat ?
Diantaranya dipengaruhi oleh belanja pemeritah, dan tingkat
perpajakan. Ketika belanja pemerintah naik maka akan berpengaruh pada kenaikan
output barang dan jasa sehingga kurva permintaan bergeser kekanan. Ada dua efek
yang dapat mempengaruhi pergeseran permintaan agregat yaitu efek pengganda yang
akan menggeser kurva permintaan lebih besar daripada belanja pemerintah, dan
efek pembatasan paksa yang akan menggeser kurva permintaan dibawah atau lebih
kecil dari belanja pemerintah. Selanjutnya ketika pemerintah menurunkan pajak
pendapatan, orang akan memperoleh lebih banyak pendapatannya yang mana dapat ditabung
atau dengan meningkatkan konsumsi, sehingga kurva permintaan agregat bergeser
kekanan. Sebaliknya ketika pajak naik, orang akan lebih sedikit menerima
pendapatannya yang kemudian berdampak pada penurunan konsumsi, kurva permintaan
agregat bergeser kekiri. Ada dua pendapat dari penggunaan kebijakan untuk
kestabilan perekonomian yaitu pendapat yang mendukung kebijakan stabilisasi
aktif dan penentang kebijakan stabilisasi aktiif. Para pendukung kebijakan
stabilisasi aktif berpendapat bahwa ketika dalam suatu negara mengalami suatu
masalah dalam kebijakan moneter ataupun fiskal maka campur tangan para pembuat
kebijakan sangatlah diperlukan karena menyangkut perekonomian secara
keseluruhan pada suatu negara. Sedangkan para penentang kebijakan stabilisasi aktif
berpendapat bahwa kebijakan moneter dan fiskal terkadang berjalan lamban dan
memerlukan waktu yang cukup lama, sehingga pembuat kebijakan tidak seharusnya
ikut campur karena hanya akan menyebabkan ketidakstabilan dalam perekonomian.
Namun para ekonom telah sepakat bahwa kelambanan dalam penerapan kebijakan
moneter dan fiskal dapat diatasi dengan Stabilisator Otomatis yang menjelaskan
perubahan- perubahan kebijakan fiskal yang mendorong permintaan agregat ketika
perekonomian mengalami resesi yang tidak mengharuskan pemerintah melakukan
tindakan yang disegaja.
Adapun hubungan antara kebijakan fiskal dan permintaan agregat
adalah kenyataan bahwa kebijakan fiskal merupakan faktor makroekonomi yang
digunakan oleh pemerintah untuk mempengaruhi tingkat konsumsi konsumen dalam
perekonomian. Hal ini mungkin karena kebutuhan diidentifikasi untuk peningkatan
konsumsi atau keinginan untuk memperlambat konsumsi dengan maksud untuk cooling
down pasar yang terlalu panas. Contoh bagaimana kebijakan fiskal dan permintaan
agregat yang terhubung dapat dilihat dalam penggunaan perpajakan, pengeluaran
pemerintah dan kebijakan pemerintah lainnya seperti ekspor dan bea masuk untuk
mempengaruhi konsumsi konsumen.
Sebuah ilustrasi tentang hubungan antara kebijakan fiskal dan permintaan
agregat adalah situasi di mana pemerintah meningkat atau menurun pajak
perusahaan dengan tujuan mendorong investasi modal dan pengeluaran dalam
perekonomian. Misalnya, pemerintah mungkin menawarkan potongan pajak untuk
industri tertentu sebagai sarana untuk mendorong lebih banyak aktivitas dan
investasi di industri ini. Para tunjangan pajak dapat mencakup faktor-faktor
seperti pengurangan pajak, yang juga akan mendorong lebih banyak investasi
asing di negara itu sebagai akibat dari rezim pajak yang menguntungkan di
daerah. Jenis manipulasi pajak ini penting karena dapat berfungsi sebagai dasar
untuk lebih banyak investasi, peningkatan pasokan, dan peningkatan permintaan
konsumen untuk produk agregat.
Ketika ekspor suatu negara barang, itu menghasilkan peningkatan
permintaan agregat untuk barang-barang yang berasal dari negara itu. Jenis arus
permintaan dari luar negeri dan dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti
perpajakan dan peraturan ekspor. Jika ada kuota di tempat meletakkan topi pada
jumlah barang tertentu yang dapat diekspor dalam periode menyatakan, hal ini
akan berdampak negatif pada volume ekspor dan permintaan agregat total.
Pemerintah dapat mendorong ekspor barang-barang dari negara melalui pengurangan
bea masuk dan tarif perdagangan dan pajak lainnya, yang akan mendorong
perekonomian melalui peningkatan permintaan barang yang berasal dari negara
itu. Cara lain di mana pemerintah mungkin mencoba untuk membatasi permintaan
untuk barang-barang tertentu mungkin untuk menempatkan larangan impor atau
ekspor barang untuk jangka waktu dinyatakan.
Kebijakan fiskal dan permintaan agregat yang dihubungkan dengan
keputusan pemerintah untuk menambah atau mengurangi pengeluarannya. Sebuah
keputusan untuk membatasi pembayaran tunjangan pengangguran dan tunjangan
kesejahteraan lainnya juga mempengaruhi permintaan agregat. Setiap kenaikan
pemerintah atau penurunan pajak penghasilan memiliki efek pada permintaan
agregat total. Sebagai contoh, keputusan untuk meningkatkan pajak penghasilan
akan mengurangi pendapatan disposable yang tersedia dan akibatnya mengurangi
permintaan.
0 Response to "PENGARUH KEBIJAKAN PEREKONOMIAN TERBUKA TERHADAP PERMINTAAN AGREGAT"
Post a Comment