MAKALAH SEJARAH P.RAMLEE PERMATA ACEH DI NEGERI JIRAN
BAB
II
PEMBAHASAN
A. P.Ramlee Permata Aceh Di Negeri Jiran
Siapa
sangka, P. Ramlee alias Teuku Zakaria Teuku Nyak Puteh yang merupakan seorang
penyanyi, musisi, aktor kawakan, dan sutradara film Malaysia adalah seorang
bangsawan yang di dalam dirinya mengalir ‘darah biru’ seorang pelaut kawakan
Aceh, Teuku Nyak Puteh Teuku Karim.
Teuku
Zakaria bin Teuku Nyak Puteh atau lebih populer P. Ramlee (seniman) dilahirkan
pada hari Rabu 22 Maret 1929 (lahir waktu pagi hari lebaran) di Pulau Pinang,
Malaysia. Bapaknya, Teuku Nyak Puteh adalah seorang ahli pelayaran yang berasal
dari Lhokseumawe. Ibunya bernama Che Mah Hussin berasal dari Kubang Buaya,
Butterworth, Malaysia. Penggunaan inisial "P" pada awal namanya
diambil dari nama bapaknya Puteh, ketika ia mengikuti lomba menyanyi di Pulau
Pinang pada tahun 1947. Sejak saat itu, inisial "P" terus melekat
pada namanya hingga akhir hayat. Bakat P. Ramlee di bidang seni, khususnya seni
peran dan seni suara sudah ada pada dirinya sejak ia masih kecil.
Ayah
P. Ramlee, Teuku Nyak Puteh Teuku Karim yang berasal dari Lhokseumawe ini
merupakan seorang pelaut kawakan Aceh yang merantau ke Malaysia dan menetap di
Pulau Penang. Hingga pada tahun 1925, di Kubang Buaya, Butterwort, Malaysia,
pelaut Aceh yang gagah perkasa itu menikahi Che Mah Hussein, dara jelita yang
bermukim di Kubang Buaya, Butterwort (tempat penyeberangan ferry ke Pulau
Penang dari Kedah Darulaman, Malaysia).
Pencipta
dan pelantun lagu berirama rancak ini menjadi yatim setelah sang ayah, Teuku
Nyak Puteh meninggal dunia pada tahun 1955 dan menjadi piatu 12 tahun kemudian
sang bunda, Che Mah Hussein juga menyusul sang ayah, setelah sebelumnya
‘menghadiahkan’ P. Ramlee seorang adik tiri (lain ayah dan seibu) yang bernama
Syeikh Ali. Lima tahun sebelum ayahnya meninggal, pelakon film Pendekar Bujang
Lapok ini menikahi Junaidah Daeng Harris yang juga berdarah Aceh pada tahun
1950. Dari buah perkawinannya yang hanya berusia 4 tahun itu, pria berkulit
hitam manis dan perokok berat ini dianugerahkan dua orang putra yaitu Mohd.
Nasir P. Ramlee dan Arfan P. Ramlee kedua putranya itu terpaut usia satu tahun
(Mohd. Nasir lahir 1953, Arfan lahir pada tahun 1954).
Pria
penyayang ini mempunyai 10 orang anak, 2 orang anak kandung (dari perkawinannya
dengan Junaidah), 3 orang anak tiri dari 3 istrinya yaitu Junaidah, Noorizan,
dan Saloma, serta 4 orang anak angkat. Delapan orang anaknya yang lain selain
Mohd. Nasir dan Arfan yaitu Sazali, Abdul Rahman, Norma, Armali, Betty, Zakiah,
Sabaruddin dan Dian. Pendidikan formal yang pernah ditempuh P. Ramlee dimulai
dari Sekolah Melayu Kampung Jawa, kemudian meneruskan ke sekolah Francis Light
sampai kelas lima. Setelah itu ia melanjutkan pendidikan ke Penang Free School
hingga kelas tujuh. Selain itu, pada masa pendudukan Jepang, ia juga pernah
masuk di sekolah Kaigun (sekolah tentara laut Jepang).
Kecintaan
P. Ramlee pada seni musik dan seni suara (penyanyi) mendorongnya untuk giat
belajar musik. Berawal dari bermain ukelele, kemudian ia beralih belajar gitar
dan biola pada Encik Kamaruddin (pemimpin Brass Band di Penang Free School).
Kemudian, untuk mengembangkan bakatnya, ia bergabung dalam orkes Teruna Bintang
dan Sinaran Bintang Sore. Sejak itu, ia sering memenangi berbagai lomba tarik
suara, di antaranya Juara III (1945) dan Juara II sekaligus terpilih sebagai
Bintang Penyanyi Utama Malaya (1947) dalam lomba tarik suara yang
diselenggarakan oleh Radio Pulau Pinang
Keterlibatan
P. Ramlee dalam seni peran berawal, ketika ia diundang untuk memeriahkan sebuah
Pesta Pertanian Ria di Bukit Mertajam pada tanggal 1 Juni 1948. Dalam pesta
itu, ia menyanyikan sebuah lagu ciptaannya sendiri berjudul Azizah. B.S.
Rajhans, seorang pengarah film dari Shaw Brothers Singapura juga hadir dalam
acara tersebut, dan kebetulan sedang mencari penyanyi berbakat. Setelah
mendengar lagu persembahan P. Ramlee, Rajhans menawarkan padanya untuk menjadi
penyanyi latar dalam film-film yang akan diarahkannya. Kemudian, pada tanggal 8
Agustus 1948, P. Ramlee pun berangkat ke Singapura dengan menumpang kereta api.
Di Singapura, ia belajar dan mengembangkan bakatnya di bidang seni peran dan
seni suara di Studio Malay Film Productions.
Karena
kecintaannya dalam dunia film, P. Ramlee mampu melakukan berbagai macam
pekerjaan maupun peran. Ia pernah menjadi clepper boy, pembantu jurukamera,
menjaga continuity, dan sebagai penyanyi latar. Khusus dalam seni peran, ia
mampu memerankan berbagai watak (karakter) misalnya, dalam film pertamanya yang
berjudul Cinta, memerankan karakter penjahat (1948); dalam film Nur Asmara dan
Nasib bersama D. Harris memerankan karakter lucu (komedi); dan dalam film Bakti
memerankan karakter hero (pahlawan). Selain itu, ia adalah bintang film pertama
yang bisa menyanyi tanpa menggunakan penyanyi latar.
Sejak
tahun 1948 hingga 1955, keaktoran P. Ramlee di dunia perfilman terus berkembang
dan telah membintangi 27 buah judul film. Datuk L. Krishnan (pengarah/sutradara
film Melayu terkenal pada tahun 50-an dan 60-an) adalah salah seorang guru P.
Ramlee yang senantiasa memberikan motivasi agar selalu belajar berakting.
Selain Krishnan, ia juga banyak dipengaruhi oleh karya sutradara-sutradara
asing, seperti Akira Kurosawa dari Jepang dan Satyajit Rai dari India.
Sementara gaya lakon (akting) P. Ramlee banyak terinspirasi dari dua aktor
terkenal India Selatan, yaitu MGR dan Sivaji Ganesan. Kepiawaiannya dalam
berakting juga banyak dipengaruhi teman mainnya sesama aktor handal, seperti
Nordin Ahmad, Saadiah, A.Rahim, Daeng Idris, Normadiah dan lain-lain.
Setelah
membintangi film terakhirnya yang berjudul Hang Tuah tahun 1955, P. Ramlee
beralih menjadi pengarah atau sutradara film. Film pertama yang disutradarai
berjudul Penarik Becak (1955), dan setahun kemudian (1956), ia menyutradarai
lagi filmnya yang kedua berjudul Semerah Padi. Film-film arahannya tersebut senantiasa
menuai sukses, disamping karena teknik pengambilan gambar (trick-short) dan
drama yang baik, juga karena penuh dengan unsur-unsur budaya dan agama. Selain
itu, P. Ramlee juga telah melakukan berbagai pembaharuan, baik dari segi
teknik, arahan, maupun seni aktingnya.
Setelah
sukses membintangi dan mengarah beberapa film di Singapura, P. Ramlee pindah ke
Kuala Lumpur, Malaysia, untuk bekerja di Studio Merdeka di Ulu Kelang. Selama 9
tahun di studio tersebut, ia berhasil mengeluarkan 18 buah film, menciptakan
serta menyanyikan lagu-lagu dalam film sebanyak 60 buah. Dalam proses
penciptaan lagu, ia banyak dibantu oleh rekan-rekannya, seperti S. Sudarji,
Jamil Sulong, H. M. Rohizad, Ainol dan sebagainya. Tidak diketahui secara
tepat, berapa jumlah lagu yang telah diciptakannya, yang pasti dikenali
masyarakat seniman kira-kira berjumlah 250 buah.
Selain
sebagai aktor dan pengarah film, P. Ramlee juga aktif dalam berbagai bidang
organisasi, di antaranya Persatuan Artis-artis Malaya (PERSAMA), Kumpulan Musik
PANCA SITARA, Pasukan Badminton (SEKAWAN BINTANG), dan Sepak Takraw (SANGGA
BUANA). Disamping itu, ia juga pernah mengadu nasib di bidang perdagangan
dengan menerbitkan majalah hiburan Bintang dan majalah Gelanggang Films.
Bersama rekan-rekannya, ia pernah mendirikan dua buah perkumpulan film, yaitu
Perusahaan Film Malaysia (PERFIMA) dan SAZARA Film Company. P. Ramlee juga
sering diundang dalam forum-forum penting, di antaranya dalam Kongres Bahasa
dan Persuratan Melayu Ketiga di Singapura dan di Johor Bahru (1956), dan
Kongres Kebudayaan Kebangsaan di Universitas Malaya, Kuala Lumpur (1971).
Semasa hidupnya, ia pernah berkunjung ke beberapa negara, di antaranya
Indonesia, Hong Kong, Manila dan Tokyo. Film terakhir yang dibintangi sebelum
ia menghembuskan nafas terakhir berjudul Laksamana Do Re Mi tahun 1972,
sedangkan lagu dan lirik terakhirnya berjudul Ayer Mata di Kuala Lumpur pada
tahun 1973.
P.
Ramlee meninggal dunia pada tanggal 29 Mei 1973 dalam usia 44 tahun, akibat
serangan jantung. Jenazahnya dimakamkan di Tanah Perkuburan Islam, Jalan Ampang
Kuala Lumpur, Malaysia. Ia meninggalkan sebuah rumah yang berada di jalan Depap
yang telah dijadikan Pustaka Peringatan P.Ramlee pada tahun 1986. Selain itu,
namanya telah diabadikan sebagai nama jalan di Pusat Bandar Raya Kuala Lumpur
menjadi Jalan P. Ramlee (yang dulunya bernama Jalan Parry) pada tahun 1982.
Sepanjang hidupnya, ia telah tiga kali menikah, yaitu Junaidah anak pelawak D.
Harris (istri pertama, 1948), Norizan bekas isteri Sultan Perak (istri kedua,
1955), dan Salmah Ismail atau Saloma (istri ketiga, 1961).
B. Karya-karya P.Ramlee
Sebagai
seniman film dan musik, P.Ramlee telah melahirkan banyak karya film dan lagu,
di antaranya:
Ø Film-film
yang dibintangi P. Ramlee:
1. Abu
Hassan Penchuri (1955)
2. Ahmad
Albab (1968)
3. Ali
Baba Bujang Lapok (1961)
4. Aloha
(1950)
5. Anak
Bapak (1968)
6. Anak-ku
Sazali (1956)
7. Anjoran
Nasib (1952)
8. Antara
Dua Darjat (1960)
9. Antara
Senyum Dan Tangis (1952)
10. Bakti
(1950)
11. Bujang
Lapok (1957)
12. Bukan
Salah Ibu Mengandung (1969)
13. Chinta,
film pertama (1948)
14. Dajal
Suchi (1965)
15. Di
Belakang Tabir (1969)
16. Do
Re Mi (1966)
17. Doktor
Rushdi (1970)
18. Enam
Jahanam (1969)
19. Gelora
(1970)
20. Gerimis
(1968)
21. Hang
Tuah (1956)
22. Hujan
Panas (1953)
23. Ibu
/ Mother (1953)
24. Ibu
Mertua Ku (1962)
25. Jangan
Tinggal Daku (1971)
26. Juwita
(1951)
27. Kanchan
Tirana (1969)
28. Keluarga
69 (1967)
29. Labu
Dan Labi (1962)
30. Laksemana
Do Re Mi, film terakhir (1972)
31. Love
Parade (1963)
32. Madu
Tiga (1964)
33. Masam
Masam Manis (1965)
34. Melanchong
Ke Tokyo (1964)
35. Merana
(1954)
36. Miskin
(1952)
37. Musang
Berjanggut (1959)
38. Nasib
(1949)
39. Nasib
Do Re Mi (1966)
40. Nasib
Si Labu Labi (1963)
41. Nilam
(1949)
42. Noor
Asmara (1949)
43. Nujum
Pak Belalang (1959)
44. Pancha
Delima (1957)
45. Panggilan
Pulau (1954)
46. Patah
Hati (1952)
47. Penarek
Becha (1955)
48. Pendekar
Bujang Lapok (1959)
49. Penghidupan
(1951)
50. Perjodohan
(1954)
51. Putus
Harapan (1953)
52. Putus
Sudah Kaseh Sayang (1971)
53. Rachun
Dunia (1950)
54. Ragam
P Ramlee & Damaq (1964)
55. Sabarudin
Tukang Kasut (1966)
56. Se
Merah Padi (1956)
57. Sedarah
(1952)
58. Sejoli
(1951)
59. Seniman
Bujang Lapok (1961)
60. Sergeant
Hassan (1958)
61. Sesudah
Suboh (1967)
62. Siapa
Salah (1953)
63. Sitora
Harimau Jadian (1964)
64. Sumpah
Orang Minyak (1958)
65. Takdir
Illahi (1950)
66. Tiga
Abdul (1964)
Ø Lagu-lagu
P. Ramlee bersama Saloma:
1. Aci
Aci Buka Pintu
2. Aduh
Sayang
3. Aduhai
Sayang
4. Ahmad
Albab
5. Ai
Ai Twist
6. Aku
Bermimpi
7. Aku
Debuk
8. Aku
Menangis
9. Aku
Tak Berdaya
10. Aku
Terpesona
11. Ala
Payong
12. Alam
13. Alam
Di Tiup Bayu
14. Alam
Maya
15. Alangkah
Indah Di Waktu Pagi
16. Alhamdulillah
17. Ali
Baba Rock
18. Alunan
Biola
19. Anak-ku
Sazali
20. Aneka
Ragam
21. Angin
Malam
22. Apa
Guna Berjanji
23. Apabila
Kau Tersenyum
24. Apek
Dan Marjina
25. Asmara
Bergelora
26. Asmara
Datang Bersama Sang Bulan
27. Asmara
Murni
28. Assalamualaikum
29. Awan
Mendung Telah Tiba
30. Awas-awas
Jangan Tertawan
31. Ayam
Ayam
32. Ayer
Mata
33. Ayer
Mata Di Kuala Lumpur
34. Azizah
35. Bahagia
36. Bahtera
Karam
37. Baidah
38. Barang
Yang Lepas Jangan Di Kenang
39. Bawah
Rumpunan Bambu
40. Bayangan
Wajahmu
41. Beginilah
Nasib
42. Belantara
43. Berdendang
Ria
44. Berhati
Lara
45. Berkorban
Apa Saja
46. Bermandi-manda
47. Berpedati
48. Bersama
49. Bertamasha
50. Dan
banyak lainnya.
Ø Penghargaan
Atas
karya dan jasa-jasanya bagi dunia seni, P. Ramlee telah menerima sejumlah
penghargaan, di antaranya:
1.
Aktor Pria
Terbaik, dalam film Anak-ku Sazali pada Festival Film Asia ke-4 di Tokyo (tahun
1957)
2.
Award Fotografi
Hitam Putih Terbaik pada Festival Film Asia.
3.
Gelar Sargeant
Titular dari Askar Melayu.
4.
Film Komedi
Terbaik, dalam film Bujang Lapuk pada
http://www.blogger.com/img/blank.gifFestival Film Asia di Kuala Lumpur (tahun
1959).
5.
Film Komedi
Terbaik, dalam Film Nujum Pak Belalang pada Festival Film Asia ke-7 di Tokyo
(tahun 1960).
6.
Bintang Ahli
Mangku Negara (AMN) dari DYMM Seri Paduka Baginda di Pertuan Agung Ketiga di
Malaysia (tahun 1962).
7.
Award Khas The
Most Versatile Talent, dalam film Ibu Mertua Ku pada Festival Film Asia ke-10
di Tokyo (tahun 1963).
8.
Film Komedi
Terbaik, dalam film Madu Tiga pada Festival Film Asia ke-11 di Taipei (tahun
1964).
9.
Pengubah Lagu
Terbaik Se Asia pada Festival Film Asia di Hong Kong (1956).
10.
Bintang
Kebesaran Darjah Panglima Setia Mahkota dengan gelar Tan Sri dari Seri Paduka
Baginda Yang di Pertuan Agung di Malaysia (tahun 1990).
C. Dihargai Setelah Mati
Sebelum
ini saya takjup akan negara Malaysia yang begitu menghargai P Ramlee, dan
menurut kabar pun sekalian sastrawannya. Beberapa bulan lalu, seorang kawan
yang bernama Muzakir, ianya sering pulang pergi Aceh - Malaysia menceritakan
bahwa pengagum P Ramlee membuat P Ramlee baru secara hidup.
Menurutnya,
ada seorang yang dikhususkan berpenampilan sebagaimana P Ramlee secara nyata,
dan beberapa orang lain menyerupai kawan P Ramlee. Bahkan mereka mempunyai
hidangan pagi berupa kopi dan pisang sebagaimana kebiasaan seniman keturunan
Aceh tersebut. Dan, film P Ramlee diputar 24 jam setiap harinya tanpa henti di
rumah kediamannya, sampai sekarang masih pun begitu.
Ketakjuban
saya bahwa P Ramlee dihormati sebagai seniman agung di Malaysia yang
dipuja-puja karya dan kehadirannya semasa hidup, ternyata hanyalah mitos.
Setelah saya membaca buku karangan Zadi Zolkafli yang berjudul 'Koleksi P
Ramlee' yang diterbitkan di Kuala Lumpur pada 2011, mitos itu pun runtuh
seketika, dan saya pun merenung sejenak. Ternyata, P Ramlee tidak seberuntung
yang saya duga semasa dia hdup. Namun Malaysia secara cepat menyadari
kekeliruannya, dan bangsa Melayu itu pun mengangkat P Ramlee lebih tinggi
daripada langit ke tujuh. Namun, itu untuk Malaysia bukanlah lagi untuk P
Ramlee.
"P
Ramlee adalah keturunan Aceh" begitulah tulis Zaedi Zolkafli. P Ramlee
dilahirkan di Pulau Pinang pada 22 Maret 1929, ayahnya Teuku Nyak Puteh dari
Paloh Pineung, Lhokseumawe, Aceh. Selama hidup dia telah mencipta 401 lagu dan
puluhan film, mendapatkan juara film di Malaysia dan Jepang. Namun, penghargaan
yang patut untuk mendukung impiannya memajukan film Malaysia tidak dijumpainya
tatkala hidup. Setelah berjaya dengan perusahaan rekaman Singapura, P Ramlee
berkarya di Kuala Lumpur. Namun yang dia alami tidaklah seindah impian. Dia
pernah disuraki suruh turun dari panggung tatkala tengah bernyanyi. Lagu
terakhirnya berjudul "Air Mata di Kuala Lumpur" pertanda
kekecewaannya karena gagal mewujudkan impiannya setelah hijrah ke Kuala Lumpur.
Pada 29 Mei 1973 ia meninggal dunia karena sakit jantung. Sejak itulah ia
dihargai oleh bangsa dan negaranya. Dan namanya sering dijadikan alat kampanye
politik. Ironis.
Pada
6 Juni 1990, P Ramlee dianugerahkan derajat kebesaran negara pangkat kedua
dengan julukan " Panglima Setia Mahkota". Itu 17 tahun setelah dia
meninggal dunia. Julukan 'Tan Sri" diberikan oleh Runne Shaw, seorang
pengusaha Malay Film Productions, pada 2 Junji 1965 tatkala Singapura akan
berpisah dari Malaysia. Julukan kebesaran lain diberikan setelah P Ramlee tiada. Dan, Malaysia yang menyadari kesalahannya pun
segera bertindak, dengan sepuluh langkah, P Ramlee dibuat lekat dengan telinga
dan lidah serta ingatan setiap orang di Malayia serta disiarkan ke luar negara.
Malaysia
kini mengangkat nama P Ramlee sampai ke langit ke tujuh karena di masa hidupnya
P Ramlee telah mengangkat Malaysia ke langit ke sembilan. Apakah kebesaran P
Ramlee bisa menjadi percerahan bagi orang Aceh untuk berkarya lebih baik dan
menjadi orang besar?
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
P.Ramle
merupakan permata dari Aceh yang terkenal di negeri jiran, siapa sangka dia
adalah anak seorang bangsawan yang di dalam dirinya mengalir ‘darah biru’
seorang pelaut kawakan Aceh, Teuku Nyak Puteh Teuku Karim.
Teuku
Zakaria bin Teuku Nyak Puteh atau lebih populer P. Ramlee besar dan menggema di
negeri tetangga, Malaysia mengangkatnya sebab jeri payahnya mengangkat nama
malaysia hingga ke belahan dunia, mungkinkah ini sebagai tanda bahwa besar di
negeri orang lebih mudah ketimbang berjaya di negeri sendiri ?
0 Response to "MAKALAH SEJARAH P.RAMLEE PERMATA ACEH DI NEGERI JIRAN"
Post a Comment