-->

PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT BERBASIS PONDOK PESANTREN

BAB I

PENDAHULUAN


A.  Penegasan Judul

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam mengartikan judul “Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Pondok pesantren (Studi Pondok pesantren ASWAJA Lintang Songo di Desa Sitimulyo, Piyungan Bantul)”, penulis memandang perlu memberikan penegasan dan batasan terhadap beberapa istilah yang terdapat dalam judul di atas sebagai berikut:
1.   Pemberdayaan Masyarakat

Menurut Wuradji pemberdayaan masyarakat adalah proses penyadaran masayarakat yang dilakukan secara transpormatif, partisipatif dan berkesinambungan melalui peningkatan kemampuan dan bertujuan untuk menangani berbagai persoalan hidup supaya tercapai cita-cita yang diharapakan.1
Modal  besar  pemberdayaan  berupa  sumber  daya  alam  dan

sumber daya manusia, harus benar diketahui dan dipahami untuk menekankan pendekatan yang tepat, memilih progam-progam dan merencanakan tujuan dan target.2
Pemberdayaan    masyarakat    merupakan    suatu    cara    untuk
mewujudkan masyarakat menjadi lebih mandiri dan berdaya, didalam sebuah  pemberdayaan,  masyarakat  seharusnya  ditempatkan  sebagai


1   Aziz  Muslim,  Metodologi  Pengembangan  Masyarakat,  (Yogyakarta  :  UIN  Sunan
Kalijaga, 2008), hlm. 2.

2Ibid.,,hlm 82.






subyek pemberdayaan sehingga dapat langsung melakukan aktifitas yang harus mereka lakukan. Perencanan sebelum melakukan berbagai progam kegiatan selayaknya perlu dilakukan guna mendapatkan gambaran umum mengenai alur kegiatan pemberdayaan dalam menunjang kemandirian masyarakat.
Perencanaan yang baik dilakukan dengan merumuskan problem yang ada di dalam masyarakat guna memecahkan masalah-masalah yang sedang dialami masyarakat, dari perumusan tersebut dapat dihasilkan  sebuah  aktifitas  maupun  kegiatan  yang dapat  dilakukan guna menjawab dan menyelesaikan masalah tersebut.
Pemberdayaan  masyarakat  dapat  disimpulkan  adalah serangkaian kegiatan penyadaran masyarakat yang dilakukan secara transformatif dan pasrtisipatif dengan  melakukan ketrampilan  yang dimiliki oleh masyarakat yang bertujuan menjadikan masyarakat mandiri dan berdaya dalam kehidupanya.
2.   Pondok Pesantren

Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan bahwa   pesantren sebagai   asrama   tempat   santri   atau   tempat   murid-murid   belajar mengaji. Sedangkan secara istilah pesantren adalah lembaga pendidikan Islam dimana para santri biasa tinggal di pondok (asrama) dengan materi pengajaran kitab-kitab klasik dan kitab-kitab umum. Pondok pesantren juga bertujuan untuk menguasai ilmu agama Islam secara  detail  dan  mendalam,  serta  mengamalkan  sebagai  pedoman






hidup keseharian dengan menekankan penting moral dalam kehidupan bermasyarakat.3
Adapun sebuah alasan mengapa suatu pondok pesantren dapat dijadikan sebagai tempat pemberdayaan masyarakat, paling tidak meliputi 3 aspek penting. Pertama, pondok pesantren hidup selama 24 jam. Dengan pola 24 jam tentunya pesantren bisa dijadikan lembaga keagamaan, sosial kemasyarakatan, atau lembaga pengolahan potensi umat.  Kedua,  pondok  pesantren  umumnya  sudah  mengakar dikalangan masyarakat, karena kebanyakan berada di daerah pedesaaan. Ketiga, pondok pesantren dipercaya masyarakat, karena banyak kecenderungan orang tua menyekolahkan anaknya ke pondok
pesantren.4

Pemberdayaan masyarakat berbasis pondok pesantren paling tidak mencangkup tiga aktifitas penting. Pertama, berupaya membebaskan dan menyadarkan masyarakat. Upaya ini bersifat subyektif dan memihak kepada masyarakat dalam rangka menfasilitasi mereka dalam proses penyadaran, kedua, menggerakan partisipasi dan etos swadaya masyarakat. Pesantren perlu menciptakan suasana dan kesempatan    yang    memungkinkan    masyarakat    mengidentifikasi
massalahnya   sendiri.   Ketiga,   pesantren   mendidik,   memberikan




3Riyanto  blog  (2005),  Pesantren  sebagai  lembaga  Islam,  http://blog.re.or.id/pondok- pesantren-sebagai-lembaga-pendidikan-islam.htm, hlm. 3

4  Zubaedi,  PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS PESANTREN, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2007), hlm. 15.






pengetahuan serta keterampilan kepada masyarakat sehingga masyarakat dapat berkarya dalam menunjang kesejahteraan mereka.5
3.   Studi

Studi  menurut  Raharjo  dan  Gudnarto  adalah  suatu  metode yang dilakukan untuk memahami suatu individu yang integratif dan komperhensif  agar  mendapatkan  pemahaman  yang  mendalam mengenai suatu masalah sehingga dapat dijadikan bahan acuan untuk menjadi pengembangan yang baik.6
Studi menurut Bimo Walgito adalah merupakan suatu metode

untuk   memahami   kejadian   secara   medalam   terhadap   seseorang (riwayat hidup). Pada metode ini diperlukan banyak refrensi yang digunakan sehingga membutuhkan data-data pendukung sebagai bahan informasi.7
Dapat disimpulkan dalam pendapatnya bahwa studi merupakan
suatu metode pengumpulan data yang komperhensif terhadap suatu kejadian sehingga dapat ditemukan hasil yang lebih mendalam. Dari pengertian tersebut dapat penulis simpulkan bahwa studi Pondok Pesantren ASWAJA Lintang Songo merupakan suatu pemahaman atau metode untuk mengetahui informasi yang lebih mendalam mengenai hal-hal yang terdapat di Pondok Pesantren ASWAJA Lintang Songo.


5 Ibid., hlm 19.

6 Rahardjo, Susilo dan Gudnarto (2011), Pemahaman Individu Tehnik Non Tes. Kudus : Nora Media Enterprise, hlm 10

7  Walgiti Bimo (2010), Bimbingan dan Konseling Studi dan Karir, Yogyakarta : Andi,
hlm. 20.






4.   Pondok Pesantren ASWAJA Lintang Songo di Desa Sitimulyo, Piyungan, Bantul.
Pondok Pesantren Aswaja Lintang Songo berlokasi di kaki pegunungan Pathuk, tepatnya di RT 01 Dusun Pagergunung 1, Desa Sitimulyo, Kecamatan Piyungan, Kabupatan Bantul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Pondok pesantren yang beralamat di Pagergunung, Sitimulyo, Piyungan, Bantul ini secara terang-terangan melabeli nama pesantrennya dengan Pondok Pesantren Islamic Studi Center (ISC) Aswaja  Lintang Songo. Suasana yang terbangun di pondok ini sangat kental NU-nya, penuh dengan segala aktivitas religius yang tenang dan nyaman, meski dengan latar belakang masyarakat yang beragam.
Pondok Pesantren ICS Aswaja Lintang Songo mempunyai beberapa program yang ditawarkan. Selain ilmu agama, Pondok Pesantren ICS Lintang Songo juga menawarkan ilmu-ilmu umum seperti  kehutanan,  pertanian,  perikanan,  peternakan,  perkoperasian, dan lain sebagainya. Semua program tersebut dijalankan secara rutin oleh lebih dari 300 santri dan 500 orang binaan di seputar lokasi pesantren.
Berdasarkan pengertian diatas, maka maksud dari judul Pemberdayaan Masyarakat Bebasis Pondok Pesantren di Pondok Pesantren Aswaja Lintang Songo adalah suatu cara yang dilakukan oleh  pondok  pesantren  untuk  melakukan  sebuah  perubahan  sosial






terhadap  masyarakat  sekitar.  Penyadaran  kepada  masyarakat  akan suatu masalah yang dihadapi   dengan memberikan alternatif progam atau kegiatan pengembangan kepada masyarakat merupakan suatu model pemberdayaan guna menunjang kesejahteraan masyarakat.
B.  Latar Belakang Masalah

Masalah pembangunan merupakan masalah yang kompleks. Kompleksitas itu terlihat dari sisi manajemen misalnya dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Pembangunan dapat dilakukan melalui berbagai aspek seperti aspek ekonomi, sosial dan budaya. Dalam aspek sosial pembangunan tentunya lebih kepada pengembangan dan pemberdayaan masyarakat, jikalau dalam proses pemberdayaan menempatkan masyarakat sebagi obyek pemberdayaan, sehingga yang terjadi suatu keadaan yang kaya semakin meningkat dan masyarakat miskin bertambah banyak.
Pemberdayaan  masyarakat  tentunya  menjadikan  masyarakat sebagai  subyek  yaitu  pelaku.  Masyarakat  yang  melakukan  kegiatan tersebut secara mandiri untuk kepentingan pribadinya, karena dengan menempatkan  masyarakat  sebagai  subyek  pemberdayaan,  masyarakat dapat belajar dan mengetahui masalah yang sedang dihadapinya.  Awal proses  dari  pemberdayaan  harus  dimulai  dengan  sebuah  penyadaran kepada masyarakat.
Kesadaran merupakan langkah awal dalam melakukan pemberdayaan, seorang fasilitator harusnya terlebih dahulu melakukan sebuah penyadaran kepada masyarakat dalam pemberdayaan yang mereka






lakukan, ketika masyarakat sudah sadar akan pentingnya kehidupan, maka dibentuklah sebuah kelompok untuk merencanakan progam-progam sehingga dapat diaplikasikan dan dapat menunjang kesejahteraan.
Strategi  pemberdayaan  tentunya  juga  diperlukan  agar pemberdayaan   masyarakat   menjadi   lebih   sempurna,   dengan   adanya strategi  dalam  pemberdayaan  masyarakat  tentunya  juga  mempermudah para pekerja sosial dalam mendekati dan melakukan penyadaran kepada masyarakat. Begitu banyak model-model pemberdayaan yang dapat diterapkan di masyarakat, seperti salah satunya pemberdayaan masyarakat berbasis  pondok  pesantren.  Pondok  pesantren  pada  hakekatnya  adalah suatu lembaga yang mempunyai banyak fungsi, selain sebagai lembaga penyiaran agama, pesantren juga mempunyai fungsi sebagi lembaga sosial.
Gambaran rinci mengenai fungsi pondok pesantren dikemukakan oleh Nur Syam. Menurutnya pondok pesantren adalah lembaga pendidikan keagamaan yang memerankan fungsi sebagai institusi sosial, sehingga fungsi pondok pesantren dapat diperoleh sebagai berikut ; (1) sebagai sumber nilai dan moralitas, (2) sebagai pendalaman nilai dan ajaran kagamaan, (3) sebagai pengendali-filter bagi perkembangan moralitas dan kehidupan  spiritual,  (4)  sebagai  perantara  berbagai  kepentingan  yang timbul dan berkembang dalam masyarakat, dan (5) sebagai praksis dalam






kehidupan.  Dalam  tulisan  lain,  Nur  Syam  juga  menyebutkan  fungsi pesantren sebagai pemberdayaan masyarakat.8
Pesantren dengan semangat pemberdayaan merupakan salah satu contoh  konkrit  dimana  pesantren  tidak  hanya  mengembangkan  ilmu tentang  keislaman  saja,  akan  tetapi  pesantren  juga  juga  merupakan lembaga yang bergerak diranah sosial dengan melalui pemberdayaan masyarakat sekitar. Kehadiran pesantren di tengah-tengah masyarakat tentunya  menjadi  sebuah  trobosan  baru  dalam  model  pemberdayaan, karena masyarakat selain diajarkan bagaimana bekerja keras dalam hal duniawi juga diberikan  tambahan ilmu pengetahuan mengenai masalah keagamaan.
Keterlibatan lembaga pesantren secara aktif dalam pemberdayaan masyarakat, merupakan wujud dari komitmen pesantren terhadap masyarakat sekitar dalam peningkatan  masyarakat baik secara individu maupun secara kelompok. Hal ini dimaksudkan untuk mencapai tingkat sumber daya yang optimum, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan dan mutu masyarakat yang bertumpu pada kemandirian.  Dari Semua hal tersebut menunjukan bahwa kehadiran pesantren betul-betul memberikan “berkah” terhadap masyarakat sekitar.
Salah  satu  pesantren  yang  mengupayakan  pemberdayaan masyarakat  sekitar  adalah  Pondok  Pesantren  Aswaja  Lintang  Songo.
Pondok pesantren yang beralamat di Pagergunung, Sitimulyo, Piyungan,


8  Nur Syam, Kepemimpinan dalam pengembangan Pondok pesantren, dalam A. Halim dkk. (ed.), Manajemen Pesantren, (Yogyakarta : Pustaka Pesantren, 2005), hlm. 78-79.






Bantul ini secara terang-terangan melabeli nama pesantrennya dengan Pondok Pesantren Islamic Studi Center (ISC) Aswaja Lintang Songo. Suasana yang terbangun di pondok ini sangat kental dengan tradisi NU- nya,  penuh  dengan  segala  aktivitas  religius  yang  tenang  dan  nyaman, meski dengan latar belakang masyarakat yang beragam.
Pondok   Pesantren   ICS   Aswaja   Lintang   Songo   mempunyai beberapa program yang ditawarkan. Selain ilmu agama, Pondok Pesantren ICS Lintang Songo juga menawarkan ilmu-ilmu umum seperti kehutanan, pertanian, perikanan, peternakan, perkoperasian, dan lain sebagainya. Semua program tersebut dijalankan secara rutin oleh lebih dari 300 santri dan 500 orang binaan di seputar lokasi pesantren. Dalam hal penanganan pesantren ini, Bapak KH. Heri Kuswanto sebagai pengasuh menggandeng beberapa ustadz-ustadzah lulusan dari UIN, UNY, UGM, UAD dan beberapa pesantren di Yogyakarta. Untuk program pendampingan, mantan anggota DPRD PKB Bantul ini bekerjasama dengan pemerintah dalam pelatihan dan pengawasannya. Dari kegiatan ini, pesantren ini beberapa kali mendapat penghargaan termasuk dari presiden Susilo Bambang Yudhoyono, dalam bidang ketahanan pangan pada tanggal 4 Desember
2010.

Hingga saat ini, pesantren yang berlokasi di 15 km ke timur laut pusat kota Yogyakarta ini terus mengalami perkembangan, baik dari sisi kuantitas santri, bangunan, maupun program yang ditawarkan. Menurut paparan  Bapak  KH.  Heri  Kuswanto,  visi  dan  misi  yang  diusung  oleh






pesantren ini adalah agar santri bisa menjadi insan berkualitas, mandiri, dan bermanfaat bagi masyarakat, mempunyai pemahamaan tentang Islam yang mendalam, santri mempunyai keterampilan sehingga dapat hidup mandiri, dan santri mempunyai kepedulian sosial yang tinggi.
Alasan   pemilihan   tema   Pemberdayaan   Masyarakat   Berbasis Pondok Pesantren di Pondok Pesantren Aswaja Lintang Songo  karena melihat fenomena Pondok Pesantren pada umumnya hanya mengajarkan dan mendalami bidang keagamaan saja tanpa menakankan kepada bidang ilmu umum dan ketrampilan. Perbedaan Pondok Pesantren Aswaja Lintang Songo dengan pondok pesantren pada umumnya adalah di pondok pesantren  tersebut  selain  mengajarkan  ilmu  agama  juga  menekankan kepada bidang ketrampilan para santri, kemudian juga melibatkan masyarakat sekitar dalam kegiatan pemberdayaan. Alasan inilah yang dijadikan penulis dalam memilih Pondok Pesantren Aswaja Lintang Songo untuk dijadikan tema dalam penelitian ini.
Dari persepektif pemberdayaan berbasis pesantren yang telah dikemukakan kiranya cukup jelas, bahwa kepedulian pesantren yang tinggi terhadap kesejahteraan masyarakat sekitar. Dalam konteks inilah, kiranya penelitian    mengenai Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Pondok Pesantren cukup menarik dan penting untuk dilakukan. Penelitian ini memfokuskan terhadap model-model pemberdayaan masyarakat yang bertumpu  kepada  Pondok  pesantren  dengan  mengambil  lokasi  Pondok






Pesantren Aswaja Lintang Songo di desa Sitimulyo, kecamatan Piyungan, kabupaten Bantul.
C.  Rumusan Masalah

1.   Bagaimana konsep dan aktivitas pemberdayaan masyarakat berbasis pesantren di Pondok Pesantren Aswaja Lintang Songo ?
2.   Apa   sajakah   faktor   pendukung   dan   faktor   penghambat   Pondok pesantren Aswaja Lintang Songo dalam pemberdayaan masyarakat ?
D.  Tujuan Penelitian

1.  Mengetahui konsep dan  aktivitas pemberdayaan  masyarkat berbasis pesantren di Pondok pesantren Aswaja Lintang Songo
2.   Menganalisis   faktor   pendukung   dan   faktor   penghambat   Pondok pesantren Aswaja Lintang Songo dalam pemberdayaan masyarakat
E.  Manfaat penelitian

1.   Dari hasil penelitian  yang dibuat ini diharapkan dapat memberikan manfaat akademis khasanah keilmuan bagi pengembangan ilmu di jurusan Pengembangan Masayarakat Islam (PMI) khususnya pemberdayaan berbasis Pondok pesantren.
2.   Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam mengembangkan progam pemberdayaan dan menjadi bahan rujukan   bagi   masyarakat   sekitar   tentang   bagaimana   mendirikan Pondok pesantren yang sekaligus   sebagai tempat pemberdayaan masyarakat.






F.   Tinjauan Pustaka

Untuk mengetahui kebaharuan dan keaslian penelitian,  maka perlu disajikan beberapa hasil penelitian terdahulu yang fokus penelitiannya berkaitan dengan penelitian ini. Beberapa penelitian itu adalah :
1.   Skripsi Widiastutik yang berjudul Peran Pondok pesantren Pabelan dalam Pemberdayaan Masyarakat Setempat (1994-2004). Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan Kualitatif. Fokus penelitianya bagaimana peran Pondok pesantren dan pengembanganya dalam pemberdayaan masyarakat setempat. Hasil penelitiannya antara lain : progam pengembangan meliputi 3 aspek ; pengembangan fisik, pengembangan nonfisik, pengembangan pemberdayaan masyarakat.
2.   Skripsi Yuli Nur Khalid yang berjudul Proses Pendidikan Karakter Di Pondok pesantren Islamic Studies Center ASWAJA Lintang Songo  di desa Sitimulyo, Piyungan, Bantul. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan Kualitatif. Fokus penelitianya memaparkan tentang bagaimana wujud pendidikan karakter santri di Pondok pesantren Islamic Studies Center Aswaja Lintang Songo. Hasil penelitianya  adalah  bahwa  wujud  pendidikan  karakter  dan  akhlak santri dilakukan dalam proses pendidikan secara terus menerus dan berkesinambungan antara tatap muka teoritik-literer dengan praktik keseharian santri dalam lingkungan kondusif aplikatif.
3.   Skripsi Anwar Arif Wibowo yang berjudul Strategi Pondok pesantren dalam Menumbuhkan Semangat Jiwa Kewirausahaan Masyarakat di






desa Sitimulyo, Piyungan, Bantul. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan Kualitatif. Fokus penelitianya menjelaskan tentang bagaimana konsep kewirausahaan Pondok pesantren Aswaja Lintang Songo, Bantul. Hasil penelitianya adalah bahwa konsep kewirausahaan adalah kemampuan seseorang komunitas masyarakat untuk berfikir kreatif dan inovatif. Selanjutnya pemikiran tersebut diajadikan dasar untuk membaca menciptakan peluang yang ada, yaitu dengan cara menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda.

Dari penelitian-penelitian tersebut, menunjukkan bahwa penelitian tentang Pemberdayaan Masyarakat berbasis Pondok Pesantren masih layak untuk diteliti, karena sejauh penelusuran penulis belum ditemukan hasil penelitian yang membahas permasalahan ini. Dalam penelitian ini, lebih fokus pada penelitian mengenai bagaimana konsep dan aktivitas pondok pesantren dalam pemberdayaan masyarakat dan apa sajakah faktor pendukung dan penghambat pondok pesantren dalam pemberdayaan masyarakat.

G. Landasan Teori

1.   Konsep Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Pesantren

Menurut H.M Ya’kub mengungkapkan bahwa pengembangan masyarakat itu sama seperti pemberdayaan masyarakat. Pengembangan masyarakat adalah proses penyadaran masayarakat yang dilakukan secara   transpormatif,   partisipatif   dan   berkesinambungan   melalui






peningkatan  kemampuan  dan  bertujuan  untuk  menangani  berbagai persoalan hidup supaya tercapai cita-cita yang diharapakan.9
Kata pondok berasal dari funduq (bahasa Arab) yang artinya ruang tidur, asrama atau wisma sederhana, karena pondok memang sebagai tempat penampungan sederhana dari para pelajar/santri yang jauh dari tempat asalnya
Kata pesantren berasal dari kata santri yang diimbuhi awalan pe- dan akhiran -an yang berarti menunjukkan tempat, maka artinya adalah tempat para santri. Terkadang juga dianggap sebagai gabungan kata sant (manusia baik) dengan suku kata tri (suka menolong), sehingga kata pesantren dapat berarti tempat pendidikan manusia baik-baik. Sedangkan  menurut  Geertz  pengertian  pesantren  diturunkan  dari bahasa India Shastri yang berarti ilmuwan Hindu yang pandai menulis, maksudnya pesantren adalah tempat bagi orang-orang yang pandai membaca dan menulis. Dia menganggap bahwa pesantren dimodifikasi dari para Hindu. Pesantren pada hematnya bergeras sesuai tuntutan zamannya ; kehadiran pesantern senantiasa dalam kerangka memecahkan  persoalan-persoalan  yang  dihadapi  masyarakat  secara
kontekstual.10
Konsep pemberdayaan  masyarakat berbasis  pondok pesantren paling tidak mencangkup tiga aktifitas penting.  Pertama, berupaya

9   Aziz  Muslim,  Metodologi  Pengembangan  Masyarakat,  (Yogyakarta  :  UIN  Sunan
Kalijaga, 2008), hlm. 3.

10  Imam Bawani, Ahmad Zaini, Pesantren Buruh Pabrik, pemberdayaan buruh pabrik berbasis pendidikan pesantren, (Yogyakarta : LKiS, 2011), hlm. 54.






membebaskan dan menyadarkan masyarakat. Upaya ini bersifat subyektif dan memihak kepada masyarakat dalam rangka menfasilitasi mereka dalam proses penyadaran, kedua, menggerakan partisipasi dan etos swadaya masyarakat. Pesantren perlu menciptakan suasana dan kesempatan yang memungkinkan masyarakat mengidentifikasi massalahnya sendiri. Ketiga, pesantren mendidik, memberikan pengetahuan    serta    keterampilan    kepada    masyarakat    sehingga
masyarakat dapat berkarya dalam menunjang kesejahteraan mereka.11

Pesantren merupakan lembaga pendidikan keagamaan sekaligus lembaga sosial, disatu sisi memang harus berperan aktif didalam mengawal perjalanan moral masyarakat namun disatu sisi juga mampu berperan aktif dalam menjawab aneka macam kebutuhan masyarakat yang belakangan ini semakin meningkat dan variatif.12
Pesantren seharusnya  berpartisipasi dalam mengatasi problem

masyarakat seperti kemiskinan, kebodohan, kerusakan lingkungan, ketebatasan  sumber  daya,  minimnya  sanitasi  ligkungan  dan sejenisnya.
Sehingga dari pendapat para ahli terkait pemberdayaan masyarakat berbasis pesantren yang telah dipaparkan diatas, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa pemberdayaan masyarakat berbasis pesantren merupakan suatu tindakan yang dilakukan sebuah pondok
pesantren  dalam  menyadarkan  masyarakat  tentang  masalah  yang

11 Zubaedi, PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS PESANTREN, hlm. 15

12Ibid. hlm. 271






dialaminya sehingga dari proses penyadaran itu dapat memunculkan sebuah aksi guna menunjang keberdayaan masyarakat tersebut menuju kesejahteraan sosial bagi masyarakat.
Jikalau dilihat dari proses-proses pemberdayaan dapat terbagi menjadi  3  aspek,  pertama  membebaskan  masyarakat  dan menyadarkan masyarakat. Memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk berfikir akan keadaan yang dialaminya, menyadari apa yang kurang dan dibutuhkanya. Kemudian aspek kedua mengidentifikasi masalah, setelah masyarakat menyadari apa yang dirasakan kemudian masalah-masalah apa saja diidentifikasi. Aspek ketiga aksi atau tindakan yang harus dilakukan guna menyelesaikan masalah dan mendapatkan kesejahteraan hidup. Tentunya aksi ini berwujud kegiatan-kegiatan  yang  berhubungan  dengan  peningkatan kesejahteraan masyarakat.   Kegiatan-kegiatan pemberdayaan yang mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat seperti peternakan, perikanan, keterampilan, wiraswasta, koprasi, pengembangan desa wisata, pengembangan budaya daerah, kesenian dan perkebunan.

2.   Aktivitas Pondok Pesantren dalam Pemberdayaan Masyarakat

Aktivitas pondok pesantren merupakan sebuah bentuk kegiatan yang dilakukan di pondok pesantren setiap harinya. Bentuk aktivitas tersebut sangatlah bermacam-macam, dari mulai pagi hingga malam. Pondok  pesantren  merupakan  sebuah  wadah  seorang  anak  untuk belajar pengetahuan agama maupun pengetahuan umum.






Kegiatan pondok pesantren merupakan sebuah bentuk pembelajaran  yang  pentung  bagi  para  peserta  didik  untuk mendapatkan pengalaman, karena di pondok pesantren kita selalu diajarkan mengenai kemandirian dengan melakukan berbagai aktivitas itu sendiri tanpa didampingi oleh orang tua.
Konsep penting yang perlu ada dalam berbagai aktivitas yang dilakukan di pondok pesantren, paling tidak meliputi empat hal : Pertama, Pembaharuan Subtansi atau isi pendidikan dengan memasukan subyek-subyek umum dan vocational. Kedua, pembaharuan metodologi seperti sistem klasikal atau penjenjangan. Ketiga, pembaruan kelembagaan seperti kepemimpinan dengan diversifikasi lembaga pendidikan. Keempat, pembaruan fungsi dari semula  hanya  fungsi  pendidikan  saja  menjadi  sebuah  fungsi  yang
mencangkup sosial ekonomi.13

Sebagai sebuah konsekuensi pondok pesantren dalam laju kehidupan kemasyarakatan yang bergerak secara dinamis, di pondok pesantren, selain berkembang aspek pokoknya yaitu pendidikan dan dakwah; juga berkembang hampir semua aspek kemasyarakatan, terutama yang berkaitan dengan ekonomi dan kebudayaan. Berikut beberapa contoh  aspek kehidupan kemasyarakatan yang berkembang
di pondok pesantren :






13 Zubaedi, PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS PESANTREN, hlm. 19.






Pendidikan agama dan pengajian kitab, pendidikan dakwah, pendidikan formal, pendidikan seni, pendidikan kepramukaan, pendidikan olahraga dan kesehatan, pendidikan keterampilan, pengembangan masyarakat dan penyelenggaraan kegiatan sosial.14

Keberadaan pondok pesantren diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para santri yang ikut mengaji karena di pondok pesantren para santri mendapatkan banyak ilmu yang tidak dapat didapat dari sekolah lainya. Pendidikan karakter dan kemandirian merupakan pendidikan yang sangat bermanfaat di dalam kehiduoan setiap orang, dengan kegiatan bersama-sama, saling bertoleransi, tolong menolong dan solidaritas merupakan serangkaian pelajaran yang dapat diambil dari pendidikan di pondok pesantren.
Pendidikan keterampilan dan kejuruan dikembangkan di pondok pesantren untuk kepentingan dan kebutuhan para santri sebagai modal untuk menjadi manusia yang bersemangat wiraswasta dan sekaligus menunjang pembangunan masyarakat di lingkungan pondok pesantren.15
Pengembangan  masyarakat  di  lingkungan  pondok  pesantren

diselenggarakan   mengingat potensi dan pengaruh pondok pesantren yang  luas  dan  dalam  masyarakat.  Selain  itu  keberadaan  pondok
pesantren   merupakan   sebuah   potensi   yang   cukup   besar   untuk




14  Departemen Agama RI, Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah, (Jakarta : Diva
Jakarta, 2003), hlm. 21.

15Sulthon Masyhud, Manajemen Pondok Pesantren, (Jakarta : Diva Pustaka, 2004), hlm.
64.






melakukan  pengembangan  masyarakat,  karena  melihat  keberadaan yang terletak di area masyarakat kebanyakan.
Pondok pesantren merupakan sebuah lembaga yang beraktivitas selama 24 jam, sehingga sudah pantas dan layak keberadaan pondok pesantren dapat memberikan manfaat kepada masyarakat.16
3.   Faktor  Pendukung  dan  Penghambat  Pondok  Pesantren  Dalam

Pemberdayaan Masyarakat

Pondok pesantren memiliki peran penting dan strategis dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, hal ini dapat dilihat dari beberapa hal yang melatarbelakanginya, seperti keberadaan pondok pesantren merupakan Lembaga Pendidikan tertua di Indonesia, sehingga keberadaanya sangat mengakar dan berpengaruh ditengah masyarakat; pondok pesantren  adalah lembaga pendidikan generasi muda   yang   menggabungkan   etika,   moral   dan   agama,   sehingga berperan  dalam  mencetak  generasi  muda  yang  berakhlak  mulia. Jikalau kelak menjadi pejabat pemerintah atau pejabat politik diharapkan akan memberikan nuansa-nuansa lingkungan yang membawa ketentraman dan kesejahteraan bagi rakyatnya secara berkelanjutan, tanpa mengurangi hak generasi yang akan datang. Pesantren  berfungsi  sebagai  pangkal  berpijak   sebagai  organisasi
swadaya dan pemberdayaan.17



16Zubaedi, PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS PESANTREN, hlm 18.

17 Manfred Ziemiek, Pesantren Dalam Perubahan Sosial, (Semarang : CV. Guna Aksara, September 1986 ), hlm. 179.






Pondok pesantren lembaga pendidikan yang sangat berperan dalam pengkajian, pengajaran dan dakwah, dengan demikian diharapkan dalam berbagai aktivitas dan dakwahnya dapat mengajak masyarakat untuk berprilaku ramah lingkungan dan memperlakukan lingkungan sesuai dengan tuntunan Al’Qur’an dan Hadits Nabi.
Faktor  pendukung  tentunya  sangat  menentukan  dalam kesuksesan akan suatu progam atau kegiatan, dengan adanya faktor pendukung  progam-progam  yang  sudah  ada  akan  menjadi  lebih matang dan berhasil. Selain itu faktor pendukung juga dapat menjadi tolak ukur dimana suatu progam itu apakah mendapat respon yang baik dari berbagai kalangan atau tidak.
Para pelaku pemberdayaan memberikan respon yang postif terhadap  progam  pemberdayaan  yang  ada  di  pondok  pesantren, adapaun indikator yang dapat dikemukakan antara lain :


a.   Para   santri,   masyarakat   dan   ustadz   menguasai   berbagai masalah pemberdayaan berikut dengan segala implikasi yang terkait.
b. Adanya partisipasi yang responsive dari berbagai kalangan dengan mengikuti progam-progam yang dilaksanakan.
c.   Para santi memliki intensif dalam melakukan proyek yang ada
di kalangan pondok pesantren.
d.   Pesantren setidaknya mempunyai basis komunitas pendukung yang kokoh dan solid (kental).
e.   Terdapat tempat akses terhadap informasi terutama informasi
yang  terkait  berbagai  model  pemberdayaan  dapat  diperoleh dari  buku-buku,  surat  kabar,  majalah,  jurnal,  kontak  dan
pertemuan tokoh-tokoh LSM.18






18 Zubaedi, PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS PESANTREN, hlm 213.






f. Pesantren setidaknya mempunyai daya dorong (motivatif) yang kuat bagi perkembangannya gagasan baru, eksperimentasi dan inovasi.
g. Adanya tuntutan para santri untuk mengadakan berbagai pelatihan yang menunjang kepada pengembanga pondok pesantren baik pelatihan managerial dan fisik.19


Faktor pendukung pondok pesantren dalam pemberdayaan masyarakat sangatlah bermacam-macam, seperti dapat berbentuk dukungan  dari  pemerintah,  instansi,  anggota  ataupun  masyarakat. Faktor pendukung juga dapat dilihat dari banyaknya subsidi yang masuk.
Jadi jika dilihat dari peran pondok pesantren dalam pemberdayaan masayrakat, tentunya faktor pendungnya adalah faktor- faktor apa saja yang meberikan respon baik terhadap kegiatan pemberdayaan yang dilakuakan oleh pondok pesantren.
Pengembangan  pemberdayaan  di  dalam  pondok  pesantren yang berat di tengah-tengah kehidupan mempunyai sedikit ketegangan atau hambatan (Faktor Penghambat), diantaranya :

a. Kurangnya pemahaman terhadap progam-progam pemberdayaan yang dilakukan di pondok pesentren tersebut.
b. Adanya fanitisme dan image negatif terhadap pondok pesantren dalam melakukan proses pengembangan dan pemberdayaan
c. Kurangnya  silaturahmi  dan  dialog  terbuka  dalam  berbagai kesempatan.20
d. Belum lengkapnya informasi yang mereka terima apa, bagaimana pengembangan  masyarakat  serta  mengapa  dilakukan pengembangan masyarakat.
e.  Belum  adanya  contoh  konkrit  tentang  kinerja  pesantren  dalam
melakukan pemberdayaan masyarakat.


19 Ibid., hlm. 211.

20 Ibid,, hlm 181.






Namun satu hal yang perlu diperhatikan adalah tentang jumlah penduduk yang berkekurangan begitu besar, tersebar di daerah pedesaan, adat istiadat yang berbeda, permasalaan yang bermacam- macam, sehingga dalam kondisi demikian tidak dapat diterapkan kebijakan sentral atau pendekatan taknokratis.21
Meminjam istilah Ismed Hadad dalam kondisi demikian lebih

tepatnya apabila dilakukan pendekatan yang mengajak ikut serta masyarakat dalam proses pembangunan. Pendekatan ini dilakukan sejak melihat permasalahan mereka sendiri, merencanakan kegiatan yang dipilih dalam mengatasi masalah dan melihat hasil kerja yang dilakukan.22
Selain  itu  dengan  adanya  faktor  penghambat  mempunyai

manfaat dapat diketahuinya sisi-sisi kelemahan progam yang terkait. Hal-hal yang menjadi faktor penghambat biasanya dari segi dana, dukungan, seponsor, kehadiran anggota, pemerintah atau instansi yang terkait.
Jadi jika dilihat dari peran pondok pesantren dalam pemberdayaan masyarakat biasanya faktor penghambatnya dalam bidang respon masayarakat sekitar akan hadirnya pondok pesantren
sebagai alat untuk melakukan perubahan sosial.






21Sonhaji Saleh dan Muntaha Azhari, Dinamika Pesantren (Dampak Pesantren dalam
Pendidikan dan Pengembangan Masyarakat), (Jakarta : P3M, 1988), hlm. 105.

22Ibid., hlm. 106






H. Metodologi penelitian

1.   Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Islamic Studies Center Aswaja Lintang Songo berlokasi di kaki pegunungan Pathuk, tepatnya di RT 01 Dusun Pagergunung 1, Desa Sitimulyo, Kecamatan Piyungan, Kabupatan Bantul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Alasan pemilihanya Pondok Pesantren Islamic Studies Center Aswaja Lintang Songo dari letak geografisnya cukup dekat dengan dengan perkotaan,  sehingga  memudahkan  peneliti  dalam  melakukan penelitian.
Pondok Pesantren Islamic Studies Center Aswaja Lintang Songo sudah memiliki nama dikalangan umum, terbukti pernah dikunjungi   oleh   bapak   Presiden   Susilo   Bambang   Yudhayono. Kegiatan Pondok Pesantren Islamic Studies Center Aswaja Lintang Songo banyak berkaitan dengan kegiatan pemberdaayaan baik untuk santri atau masayarakat sertempat, seperti perikanan, peternakan dan koprasi.
2.   Pendekatan Penelitian

Penelitian  tentang  peran  pondok  pesantren  dalam pemberdayaan masyarakat ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Penelitian ini menggunakan studi yang juga sering disebut dengan  penelitian  lapangan  (fild  research).  Penelitian  studi  adalah suatu penelitian yang dilakukan secara intensif terinci dan mendalam






terhadap suatu organisasi, lembaga atau gejala tertentu. Ditinjau dari wilayah garapannya, maka penelitian kasus ini hanya meliputi daerah atau subyek yang sangat sempit, tetapi bila ditinjau dari sifat penelitiannya, mempunyai kasus yang lebih mendalam.23
Menurut   Bogdan   dan   Taylor   dalam   buku   Metodologi

Penelitian Kualitatif menyatakan bahwa metodologi Penelitian Kualitatif   merupakan   prosedur  penelitian   yang   berupa  kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati. Pendekatan  ini  diarahkan  pada  latar  dan  individu  yang  holistic. Individu atau oraganisasi tidak boleh diisolasikan dalam variabel atau hipotesis,    tetapi    perlu    memandangnya    sebagai    bagian    dari
keseluruhan.24

3.   Subyek penelitian
Penelitian ini memilih informan yaitu bapak KH. Heri Kuswanto sebagai Pengasuh Pondok Pesantern; ibu Hj. Siti Hidayati sebagai Bendahara Pondok pesantren; mas affan, mas sugiman dan mas Candra sebgai santri Pondok pesantren; bapak Suyanto, bapak Suprapto,   ibu   Haryati   sebagai   masyarakat   sekitar.   Sedangkan informan merupakan orang yang digunakan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian.25



23 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : Rineka
Cipta, 2006), hlm 142
.
24 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung:Rosdakarya, 1990), hlm. 3.

25 Ibid., hlm. 180.






Cara pemilihan informan untuk kalangan santri diambil beberapa santri yang senior dan untuk kalangan masyarakat diambil dari perwakilan kordinator setiap kegiatanya. Sedangkan cara mendapatkan  informasi  adalah  dengan  bertanya  kepada  informan kunci yaitu dimulai kepada pengurus pondok pesantren mengenai kegiatan-kegiatan pemberdayaan   apa yang dilakukan di pondok pesantren dan bagaimana perkembangannya, kemudian untuk menambah informasi dilakukan dengan bertanya kepada santri pondok pesantren mengenai kegiatan-kegiatan apa yang dilakukan para santri dalam menunjang pemberdayaan masyrakat. Karena pemberdayaan ini terkait dengan masyarakat maka peneliti juga menambah   informan lagi  yaitu  masyarakat  yang  terkait  dalam  kegiatan  pemberdayaan dengan bertanya mengenai bagaimana pasrtisipasi masyarakat dalam kegiatan pondok pesantren.
4.   Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang obyektif dan dapat dipertanggungjawabkan   secara   ilmiah,   diperlukan   metode   yang mampu mengungkap data sesuai dengan pokok permasalahan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi dan dokumentasi.26  Data yang diperoleh selain berasal dari observasi dan
wawancara juga memanfaatkan data dari buku, skripsi dan surat kabar.





26 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : Rineka
Cipta, 2006), Hlm. 26.






Data  yang  diperlukan  dalam  penelitian  ini  dikumpulkan  melalui beberapa teknik, teknik yang digunakan adalah sebagai berikut:
a.   Wawancara

Penelitian ini menggunakan wawancara terstruktur artinya wawancara yang dilakukan dengan sudah menetapkan kerangka pertanyaan yang akan diajukan kepada Informan, sehingga pewawancaranya menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan- pertanyaan yang akan diajukan.27  Wawancara dalam penelitian ini dilakukan kepada :
1) Pengelola pondok pesantren

Wawancara dilakukan langsung kepada pengelola pondok pesantren untuk mendapatkan data yang valid dan akurat, wawancara kepada pengelola untuk mendapatkan data mengenai peranan pondok pesantren dalam pemberdayaan Masayarakat.
2) Santri pondok pesantren
Wawancara  dilakukan  kepada  santri,  guna  mendapatkan data yang valid dan akurat dalam hal, tanggapan para santri, kritik dan saran terhadap pondok pesantren dalam proses pemberdayaan masayarakat.












27 Ibid, hlm. 127






3) Masyarakat

Wawancara kepada masyarakat, untuk mengetahui respon masyarakat dan kegiatan-kegiatan yang membantu masyarakat dalam hal pemberdayaan dan kesejahteraan social.
b.   Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notula rapat, leger, agenda, foto, dan lain sebagainya.28
Dokumentasi dalam peneletian ini mengambil dari profil

pondok pesantren, surat kabar, aganda, majalah dan foto.

Peneliti membuat dokumen dalam proses observasi dan wawancara yang dilakukan di lapangan penelitian. Di dalam kegiatan observasi peneliti mengabadikan dengan menggunakan Foto dalam mengamati kondisi pondok pesantren dalam melakukan pemberdayaan  masyarakat  seperti  tempat  berkumpul  masyarakat dan  santri  di  setiap  kegiatan,  proses  pemberdayaan  meliputi kegiatan yang dilakukan masyarakat dan hasil dari kegiatan pondok pesantren  dalam  melakukan  pemberdayaan  masyarakat  dalam
bentuk peternakan, pekerbuanan, dan perikanan.









28Sutrisno Hadi, Metodologi Research (Yogyakarta : Andi Offiset, 1997), hlm. 28.






c.   Observasi

Dalam penelitian ini menggunakan pengamatan nonpartisipan artinya peneliti tidak telibat langsung dalam kegiatan yang mendalam hanya sebagai pengamat Independen.29
Peneliti   mengamati   kondisi   pondok   pesantren   dalam

melakukan pemberdayaan masyarakat seperti tempat berkumpul masyarakat dan santri di setiap kegiatan, proses pemberdayaan meliputi  kegiatan   yang  dilakukan  masyarakat  dan  hasil  dari kegiatan pondok pesantren dalam melakukan pemberdayaan masyarakat dalam bentuk peternakan, perkebunan, dan perikanan.
5.   Teknik validitas Data

Banyak hasil penelitian kualitatif diragukan kebenarannya, subjektifitas penelitian merupakan hal yang dominan dalam penelitian kualitatif, alat penelitian yang digunakan adalah wawancara dan observasi, mengandung banyak kelemahan ketika dilakukan secara terbuka dan tanpa kontrol dan sumber data kualitatif yang kurang credible akan mempengaruhi hasil akurasi penelitian. Oleh karena itu dibutuhkan  kredibilitas atau tingkat  kepercayaan  untuk  menentukan kevalidtan data.
Cara memperoleh kredibilitas atau tingkat kepercayaan dalam penelitian  ini  adalah  dengan  memperpanjang  waktu  tinggal  dengan
yang diteliti, observasi secara tekun, dan menguji data dengan dengan


29 Basrowi dan Suwardi, Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta : Rineka Cipta, 2008), hlm. 109.






Triangulasi. Sedangkan Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Triangulasi sumber, metode dan teori yaitu 30
a.   Membandingkan data pengamatan dengan data hasil wawancara. b.   Membandingkan hasil wawancara dengan dokumentasi.
c.   Membandingkan hasil dokumentasi dengan pengamatan.

6.  Analisis Data

Model analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik analisis data yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman yaitu menyangkut tiga tahap dalam penelitian yang  bersamaan (1) reduksi data (2) penyajian data (3) penarikan kesimpulan.31  Dalam penelitian ini  melakukan  tiga langkah  tersebut  kemudian  menarik  kesimpulan tentang  konsepm  pemberdayaan  masyarakat  berbasis  pondok pesantren.
Analisis data dilakukan dengan mendasarkan diri pada penelitian lapangan. Tahap pertama, yaitu reduksi data adalah proses yang dilakukan selama penelitian berlangsung dengan cara pemilihan, Kedua yaitu penyajian data adalah sekumpul informasi yang tersusun, memberi kemungkinan untuk menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan. Langkah yang terakhir adalah menarik kesimpulan yaitu membuat  proposisi  yang  terkait  dengan  prinsip  logika, mengangkatnya  sebagai  temuan  penelitian,  kemudian  dilanjutkan
dengan mengkaji secara berulang-ulang terhadap data.

30Lexy J.Moleong, Metode penelitian kualitatif, hlm. 33.

31 Basrowi dan Suwandi, Memahami penelitian kualitatif, hlm 209.

0 Response to "PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT BERBASIS PONDOK PESANTREN"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel