MAKALAH AKHLAK, MORAL, DAN ETIKA
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akhlak, Moral, dan Etika
a. Pengertian
Akhlak
Akhlak
berasal dari kata “akhlaq” yang merupakan jama’ dari “khulqu” dari bahasa Arab
yang artinya perangai, budi, tabiat dan adab. Akhlak itu terbagi dua yaitu
Akhlak yang Mulia atau Akhlak yang Terpuji (Al-Akhlakul Mahmudah) dan
Akhlak yang Buruk atau Akhlak yang Tercela (Al-Ahklakul Mazmumah).
Akhlak
yang mulia, menurut Imam Ghazali ada 4 perkara; yaitu bijaksana, memelihara
diri dari sesuatu yang tidak baik, keberanian (menundukkan kekuatan hawa nafsu)
dan bersifat adil. Jelasnya, ia merangkumi sifat-sifat seperti berbakti pada
keluarga dan negara, hidup bermasyarakat dan bersilaturahim, berani
mempertahankan agama, senantiasa bersyukur dan berterima kasih, sabar dan rida
dengan kesengsaraan, berbicara benar dan sebagainya.
Æ Menurut
Ibnu Maskawaih : Menurutnya akhlak ialah "hal li nnafsi daa'iyatun lahaa
ila af'aaliha min ghoiri fikrin walaa ruwiyatin" yaitu sifat yang tertanam
dalam jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
Æ Menurut
Abu Hamid Al Ghazali : Akhlak ialah sifat yang terpatri dalam jiwa manusia yang
darinya terlahir perbuatan-perbuatan yang dilakukan dengan senang dan mudah
tanpa memikirkan dirinya serta tanpa adanya renungan terlebih dahulu.
Æ Menurut
Ahmad bin Mushthafa : Akhlak merupakan sebuah ilmu yang darinya dapat diketahui
jenis-jenis keutamaan, dimana keutamaan itu ialah terwujudnya keseimbangan
antara tiga kekuatan yakni kekuatan berpikir, marah dan syahwat atau nafsu.
Æ Menurut
Muhammad bin Ali Asy Syariif Al Jurjani : Akhlak merupakan sesuatu yang
sifatnya (baik atau buruk) tertanam kuat dalam diri manusia yang darinyalah
terlahir perbuatan-perbuatan dengan mudah dan ringan tanpa berpikir dan
direnungkan.
Dalam
Al-Qur'an surat Al-Qalam ayat 4 dikatakan bahwa :
Artinya : "Dan sesungguhnya engkau
(Muhammad) berada diatas budi pekerti yang agung".
Dan dalam sebuah hadits dikatakan bahwa
:
Artinya : " Aku diutus hanya untuk
menyempurnakan akhlak yang mulia".
Akhlak
yang mulia yaitu akhlak yang diridai oleh Allah SWT, akhlak yang baik itu dapat
diwujudkan dengan mendekatkan diri kita kepada Allah yaitu dengan mematuhi
segala perintahnya dan meninggalkan semua larangannya, mengikuti ajaran-ajaran
dari sunnah Rasulullah, mencegah diri kita untuk mendekati yang ma’ruf dan
menjauhi yang munkar, seperti firman Allah dalam surat Al-Imran 110 yang
artinya “Kamu adalah umat yang terbaik untuk manusia, menuju kepada yang makruf
dan mencegah yang mungkar dan beriman kepada Allah”
Akhlak
yang buruk itu berasal dari penyakit hati yang keji seperti iri hati, ujub,
dengki, sombong, nifaq (munafik), hasud, suudzaan (berprasangka buruk), dan
penyakit-penyakit hati yang lainnya, akhlak yang buruk dapat mengakibatkan
berbagai macam kerusakan baik bagi orang itu sendiri, orang lain yang di
sekitarnya maupun kerusakan lingkungan sekitarnya sebagai contohnya yakni
kegagalan dalam membentuk masyarakat yang berakhlak mulia samalah seperti
mengakibatkan kehancuran pada bumi ini, sebagai mana firman Allah Subhanahu
Wataala dalam Surat Ar-Ruum ayat 41 yang berbunyi:
Artinya: “Telah nampak kerusakan di
darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah
merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali
(ke jalan yang benar).”(Q.S. Ar-Ruum).
Seperti yang telah
disebutkan di atas Akhlak juga dibagi kedalam 2 jenis yaitu, Akhlak Mahmudah
dan Akhlak Mazmumah. Akhlak mahmudah adalah akhlak yang baik dan dibenarkan
oleh Allah. Sedangkan Akhlak Mazmumah
adalah akhlak yang tidak dibenarkan oleh Allah.
b. Pengertian
Moral
Moral
merupakan pengetahuan yang menyangkut budi pekerti manusia yang beradab. Moral
juga berarti ajaran yang baik dan buruk perbuatan dan kelakuan (akhlak).
Moralisasi, berarti uraian (pandangan, ajaran) tentang perbuatan dan kelakuan
yang baik. Demoralisasi, berarti kerusakan moral.
Menurut
asal katanya “moral” dari kata mores dari bahasa Latin, kemudian diterjemahkan
menjadi “aturan kesusilaan”. Dalam bahasa sehari-hari, yang dimaksud dengan
kesusilaan bukan mores, tetapi petunjuk-petunjuk untuk kehidupan sopan santun
dan tidak cabul. Jadi, moral adalah aturan kesusilaan, yang meliputi semua
norma kelakuan, perbuatan tingkah laku yang baik. Kata susila berasal dari
bahasa Sansekerta, su artinya “lebih baik”, sila berarti “dasar-dasar”,
prinsip-prinsip atau peraturan-peraturan hidup. Jadi susila berarti
peraturan-peraturan hidup yang lebih baik.
Pengertian
moral dibedakan dengan pengertian kelaziman, meskipun dalam praktek kehidupan
sehari-hari kedua pengertian itu tidak jelas batas-batasnya. Kelaziman adalah
kebiasaan yang baik tanpa pikiran panjang dianggap baik, layak, sopan santun,
tata krama, dsb. Jadi, kelaziman itu merupakan norma-norma yang diikuti tanpa
berpikir panjang dianggap baik, yang berdasarkan kebiasaan atau tradisi.
Moral
juga dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
Æ Moral
murni, yaitu moral yang terdapat pada setiap manusia, sebagai suatu
pengejawantahan dari pancaran Ilahi. Moral murni disebut juga hati nurani.
Æ Moral
terapan, adalah moral yang didapat dari ajaran pelbagai ajaran filosofis,
agama, adat, yang menguasai pemutaran manusia.
c. Pengertian
Etika
Dari
segi etimologi (asal kata), istilah etika berasal dari kata Latin “Ethicos”
yang berarti kebiasaan. Dengan demikian menurut pengertian yang asli, yang
dikatakan baik itu apabila sesuai dengan kebiasaan masyarakat. Kemudian lambat
laun pengertian ini berubah, bahwa etika adalah suatu ilmu yang mebicarakan
masalah perbuatan atau tingkah laku manusia, mana yang dapat dinilai baik dan
mana yang dapat dinilai tidak baik. Etika juga disebut ilmu normative,
maka dengan sendirinya berisi ketentuan-ketentuan (norma-norma) dan nilai-nilai
yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Etika
merupakan cabang filsafat yang mempelajari pandangan-pandangan dan
persoalan-persoalan yang berhubungan dengan masalah kesusilaan, dan
kadang-kadang orang memakai filsafat etika, filsafat moral atau filsafat
susila. Dengan demikian dapat dikatakan, etika ialah penyelidikan filosofis
mengenai kewajiban-kewajiban manusia dan hal-hal yang baik dan buruk. Etika
adalah penyelidikan filsafat bidang moral. Etika tidak membahas keadaan
manusia, melainkan membahas bagaimana seharusnya manusia itu berlaku benar.
Etika juga merupakan filsafat praxis manusia. Etika adalah cabang dari
aksiologi, yaitu ilmu tentang nilai, yang menitikberatkan pada pencarian salah
dan benar dalam pengertian lain tentang moral.
B. Perbedaan dan Persamaan Antara Akhlak, Etika, dan
Moral
Dilihat
dari fungsi dan peranannya, dapat dikatakan bahwa akhlak, etika, dan moral,
sama, yaitu menentukan hukum atau nilai dari suatu perbuatan yang dilakukan
manusia untuk ditentukan baik buruknya. Kesemua istilah tersebut sama-sama
menghendaki terciptanya keadaan masyarakat yang baik, teratur, aman, damai, dan
tentram sehingga sejahtera batiniah dan lahiriahnya. Objek dari akhlak, etika,
dan moral, yaitu perbuatan manusia, ukurannya yaitu baik dan buruk .
Sedangkan
perbedaan antara akhlak dengan etika, dan moral, dapat kita lihat pada sifat
dan kawasan pembahasannya, di mana etika lebih bersifat teoritis dan memandang
tingkah laku manusia secara umum, sedangkan moral lebih bersifat praktis, yang
ukurannya adalah bentuk perbuatan. Serta sumber yang dijadikan patokan untuk
menentukan baik dan buruk pun berbeda, di mana akhlak berdasarkan pada
al-Qur’an dan al-Sunnah, etika berdasarkan akal pikiran, sedangkan moral
berdasarkan kebiasaan yang berlaku pada masyarakat.
Adapun
hubungan antara akhlak dengan etika, dan moral, ini bisa kita lihat dari segi
fungsi dan perannya, yakni sama-sama menentukan hukum atau nilai dari suatu
perbuatan yang dilakukan oleh manusia untuk ditentukan baik dan buruknya, benar
dan salahnya sehingga dengan ini akan tercipta masyarakat yang baik, teratur,
aman, damai, dan tenteram serta sejahtera lahir dan batin.
C. Sumber Akhlak Dalam Islam
Sumber
akhlak adalah wahyu (al-Qur’an dan al-Hadits). Sebagai sumber akhlak wahyu
menjelaskan bagaimana berbuat baik. al-Qur’an bukanlah hasil renungan manusia,
melainkan firman Allah SWT yang Maha pandai dam Maha bijaksana. Oleh sebab itu,
setiap muslim berkeyakinan bahwa isi al-Qur’an tidak dapat dibuat dan
ditandingi oleh bikinan manusia. Sumber akhlak yang kedua yaitu al-Hadits
meliputi perkataan, ketetapan dan tingkah laku Rasulullah SAW.
Dasar
akhlak yang dijelaskan dalam al-Qur’an yaitu:
لَقَدْ
كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللهَ
وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللهَ كَثِيْرًا
Artinya :”Sesungguhnya telah ada pada
(diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut
Allah”. (Q.S.al-Ahzab : 21)
Dasar akhlak dari hadits yang secara
eksplisit menyinggung akhlak tersebut yaitu sabda Nabi:
اِنَّمَا
بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الْأَخْلَاقَ
Artinya
: “Bahwasanya aku (Rasulullah) diutus untuk menyempurnakan keluhuran akhlak”.
Jadi
telah jelas bahwa al-Qur’an dan hadits adalah pedoman hidup yang menjadi asas
bagi setiap muslim, maka teranglah keduanya merupakan sumber akhlaqul karimah.
D. Akhlak Sebagai Moral Sosial Bagi Keberhasilan Hidup
Seseorang
Dan
tujuan akhir dari akhlak, yaitu memutuskan diri kita dari cinta kepada dunia,
dan menancapkan dalam diri kita cinta kepada Allah SWT. Maka, tidak ada lagi
sesuatu yang dicintai selain berjumpa dengan dzat ilahi rabbi, dan tidak
menggunakan semua hartanya kecuali karenanya…"
Jelaslah,
al-Ghazāli menempatkan kebahagiaan jiwa manusia sebagai tujuan akhir dan
kesempurnaan dari akhlak. Kebahagiaan tertinggi dari jiwa berarti mengenal
adanya Allah tanpa keraguan ( ma’rifatullah).
Allah
merupakan sumber cinta dalam manusia dan kebenaran yang memuaskan rohani.
Implikasi etis, jiwa manusia meninggalkan segala hal duniawi supaya mengalami
kebahagiaan jiwa. Manusia yang berpegang pada prinsip akhlak akan mengupayakan
hidupnya secara bijak. Semua perbuatannya/amalnya diyakini keterarahan kepada
Allah yang telah menanamkan segala yang baik dalam ciptaan. Dengan keseimbangan
jiwanya, ia tidak membiarkan diri hanyut akan hal-hal bersifat material sejauh
hal itu bisa menambah kesempurnaan akhlak.
Kebahagiaan
itu diyakini mampu diwujudkan dalam keutamaan-keutamaan hidup. Jalan keutamaan
itu sendiri perlu dilatihkan dan diterangi dengan prinsip akhlak di mana
terjadi perpaduan anugerah Tuhan dan rasionalitas manusia untuk terarah pada
kebaikan moral. Bahkan, dalam daya jiwa difokuskan suatu perbuatan mesti
diorientasikan pada tindakan yang mengarah pada keadilan dan memandang
kebebasan mutlak setiap individu.
Kesuksesan
hakiki akan dapat diraih jika mengikuti konsep 7B, yaitu:
1. Beribadah
dengan benar
2. Bertakwa
dengan baik
3. Belajar
tiada henti
4. Bekerja
keras dan ikhlas
5. Bersahaja
dalam hidup
6. Bantu
sesama dan
7. Bersihkan
hati selalu
Dengan
7 konsep tersebut kita dapat mengimplikasikan dalam kehidupan sehari – hari
namun tetap dengan akhlak yang baik maka kesuksesan akan dengan mudah kita
dapat, baik kesuksesan dunia maupun akhirat.
“Tidak ada sesuatu yang lebih berat dalam timbangan
(amal) seorang mukmin pada hari kiamat, melebihi akhlak yang luhur”(Diriwayatkan
oleh At-Tirmidzi).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Akhlak
adalah keadaan jiwa yang mendorong melakukan suatu perbuatan secara spontan
tanpa pertimbangan dan proses berfikir terlebih dahulu dan tanpa ada unsur
paksaan. ilmu akhlak adalah suatu ilmu pengetahuan agama islam yang berguna
untuk memberikan petunjuk-petunjuk kepada manusia, bagaimana cara berbuat
kebaikan dan menghindarkan keburukan Akhlak pun memiliki kaitan erat dengan
etika, dan moral.
Pembahasan
mengenai ruang lingkup ilmu akhlak adalah tentang perbuatan-perbuatan manusia
yang mendorong kepada baik atau buruknya. Ilmu akhlak bukanlah tingkah laku
manusia melainkan perbuatan yang dilakukan atas kemauan manusia itu sendiri
yang selalu dilakukannya dan kemudian mendarah daging dalam diri manusia itu sendiri.
B. Saran
Dari
Penulisan ini, yang kami kutip dari referensi-referensi yang kami anggap
terpercaya semoga dapat menambah wawasan, terutama bagi penulis dan bagi
pembacanya, di samping itu semoga penulisan ini dapat membawa kita kepada
berbudi pekerti luhur dan dapat menjadi akhlakul karimah. Dan apabila ada kesalahan
dan kesilapan dalam penulisan ini harap di perbaiki dan kami mohon kritikan ke
arah membangun.
DAFTAR PUSTAKA
https://af008.wordpress.com/etika-etiket-dan-moral
http://dewi-w-n-fisip11.web.unair.ac.id/artikel_detail-104158-%20Sosial%20Politik-Definisi%20Etika,%20Etiket,%20Moralitas,%20dan%20Sikap%20Santun.html
http://tradisional.co.id
Margiono,
2011, Akidah Akhlak, Jakarta Timur, Erlangga.
Mukni’ah,
2011, Materi Pendidikan Agama Islam, Jogjakarta, Ar-ruzz media.
http://sanrhadita..com/2012/11/08/akhlaktasawuf-persmaan-dan-perbedaad-sertaketerkaitan-akhlak-etoka-moral-kesusilaan-dan-kesopanan
http://abdmajid.staf.upi.edu/2013/08/27/akhlaq-tolok-ukur-kesuksesan-hidup-2/
WWW.GOOGLE.COM
0 Response to "MAKALAH AKHLAK, MORAL, DAN ETIKA"
Post a Comment