IMPLEMENTASI MANAJEMEN KEDISIPLINAN DALAM MENINGKATKAN MOTIFASI BELAJAR SISWA DI SMA (Proposal)
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pada dasarnya,
esensi Pendidikan umum
adalah proses menghadirkan situasi dan kondisi yang memungkinkan sebanyak mungkin
subyek didik memperluas dan memperdalam makna-makna esensial untuk mencapai
kehidupan yang manusiawi. Dalam hal ini,
sangat diperlukan adanya
kesengajaan atau kesadaran (niat)
untuk mengundangnya melakukan
tindak belajar yang
sesuai tujuan.
Dengan demikian, esensi
pendidikan umum mencakup dua dimensi, yaitu dimensi pedagigis dan subtantif.
Dimensi pedagogis adalah proses menghadirkan situasi dan kondisi yang
memungkinkan sebanyak mungkin subjek didik terundang untuk
mempurluas dan memperdalam dimensi subtantif. Sedangkan
dimensi subtantif adalah makna-makna esensial. Makna-makna esensial menurut
Spektrum Phenix adalah makna simbolik, empiric, estetik, sintetik, etik, dan
juga makna sinoptik (religi,
filsafat, sejarah). Dengan
demikian tujuan umum pendidikan yaitu
seperti tujuan pendidikan
Islam yaitu membentuk
manusia seutuhnya menuju insan kamil, manusia yang mempunyai kecerdasan
otak dan juga karakter yang baik serta spiritual yang bagus. Sebagaimana
pendapat Maragustam Siregar bahwa dalam pendidikan itu manusia sebagai subjek menentukan corak dan arah pendidikan manusia
khususnya mereka yang
dewasa bertanggungjawab dalam
menyelenggarakan pendidikan
dan secara moral
berkewajiban atas berkembangan
pribadi peserta didik. Sedangkan
sebagai objek, manusia menjadi fokus perhatian terhadap teoeri dan praktik pendidikan.
Jadi, konsep pendidikan harus mengacu pada pemahaman siapa manusia itu.
Oleh karena
itu salah satu
cara menciptakan manusia
yang cerdas berpikirnya dan
baik tingkah lakunya
adalah melalui bagaimana
me-manage kedisiplinan siswa itu sendiri. Kedisiplinan merupakan sebuah
aspek penting yang harus diterapkan oleh lembaga pendidikan dalam upaya
meningkatkan kualitas manusia-manusia di dalamnya khususnya adalah peserta
didik. Perlu diketahui bahwa peserta didik adalah seseorang yang sedang berada
dalam prosess perkembangan dan pertumbuhan menurut fitrahnya masing-masing.
Oleh karena itu
mereka sangat memerlukan
bimbingan dan pengarahan
yang konsisten menuju ke arah titik optimal kemampuan fitrahnya.
Tugas membimbing dan
mengarahkan di atas
tidak lain adalah
tugas guru di
suatu lembaga pendidikan terutama
dalam mengelola siswa
di lembaganya tersebut. Walaupun orang tua juga
mempunyai peran yang besar namun ketika sebuah lembaga pendidikan bisa
menjamin bahwa anak-anak didiknya itu benar-benar didampingi dan dididik dengan
benar maka orang tua juga akan merasa nyaman. Di sinilah
kemudian manajemen kedisiplinan
menjadi bagian penting yang tak mungkin bisa dipisahkan dari
dunia pendidikan. Sikap disiplin menjadi sebuah alat penting dalam rangka
menciptakan generasi-generasi yang unggul. Oleh karenanya, sikap disiplin tidak
bisa diraih hanya dengan peran guru dan orang tua namun bagaimana menciptakan
agar anak-anak didik mampu mengembangan
sikap disiplin dengan sendirinya. Dalam dunia barat, sikap disiplin diri
diletakkan dalam perspektif filsafat pragmatisme dan nilai sosial. Dengan
demikian disiplin diri hanya berfokus pada segi kemanusiaan dan kepuasan diri
sehingga menafikkan keteraturan manusia yang berhubungan dengan tuhan. Selain
itu, Bemhard menyatakan bahwa tujuan disiplin diri adalah mengupayakan
pengembangan minat anak dan mengembangkan anak menjadi manusuia yang baik, yang
akan menjadi sahabat, tetangga, dan warga Negara yang baik.
Dalam
penelitian ini, peneliti akan mencoba membahas lebih gamblang tentang bagaimana
implementasi manajemen kedisiplinan siswa di sekolah ini yang kemudian
dibungkus dalam sebuah judul “IMPLEMENTASI MANAJEMEN KEDISIPLINAN DALAM
MENINGKATKAN MOTIFASI BELAJAR SISWA DI SMA SWASTA MUSLIMAT”. Perlu
diketahui bahwa sekolahan ini terletak di Kecamatan Samalanga Kabupaten Bireuen
atau di
Jl. Mesjid Raya Gampoeng Putoeh.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut : “Bagaimana Penerapan Manajemen Kedisiplinan dalam
Meningkatkan Motifasi Belajar Siswa di SMA
Swasta Muslimat” ?
C.
Tujuan
Penelitian
Berdasarkan
latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian
ini adalah sebagai berikut : “Untuk Mengetahui Penerapan Managemen Kedisiplinan
dalam Meningkatkan Motifasi Belajar Siswa di SMA Swasta Muslimat”.
D.
Manfaat
Penelitian
Berdasarkan
latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan penelitian, maka yang menjadi
manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Hasil
penelitian ini diharapkan mampu menambah khasanah keilmuan dan pengetahuan
dalam dunia pendidikan pada umumnya dan khusus tentang bagaimana meningkatkan kedisiplinan dan motifasi siswa/sisi
di suatu sekolahan.
2. Memberikan kontribusi
penting bagi praktisi
dan juga pengamat pendidikan khususnya tentang
kedisiplinan siswa di sekolahan dan juga lembaga pendidikan
lainnya.
3. Dapat
memberikan kontribusi pemikiran yang bisa dijadikan referensi kepada sekolah
atau lembaga pendidikan lainnya di seluruh Indonesia.
4. Membantu
sekolah dalam menemukan kekurangan-kekurangan untuk kemudian dilengkapi atau
diperbaiki.
5. Bagi
penulis ini menjadi pengalaman sekaligus pelajaran yang begitu luar biasa,
khususnya tentang motifasi belajar siswa.
BAB
II
TINJAUAN
TEORITIS
A. Manajemen Kedisiplinan
a. Pengertian Manajemen
Kata
manajemen berasal dari bahasa perancis kuno “ménagement”, yang berarti “seni
melaksanakan dan mengatur”. Istilah manajemen juga berasal dari kata
“management” (Bahasa Inggris) yang berasal dari kata “to manage” yang artinya
mengurus atau tata laksana.
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Manajemen adalah :
1. orang
yg mengatur pekerjaan atau kerja sama di antara berbagai kelompok atau sejumlah
orang untuk mencapai sasaran;
2. orang
yg berwenang dan bertanggung jawab membuat rencana, mengatur, memimpin, dan
mengendalikan pelaksanaannya untuk mencapai sasaran tertentu.
Pengertian manajemen
menurut Oxford adalah “the process of dealing with or controlling people or
things” (proses berurusan dengan atau mengendalikan orang atau benda).
Dalam
Encylopedia Of The Social Sciences dikatakan bahwa Manajemen adalah suatu
proses dengan proses mana pelaksanaan suatu tujuan tertentu di selenggarakan
dan di awasi.
Banyak ahli yang
memberikan definisi tentang manajemen, diantaranya:
1. Harold
Koontz
a) Dalam
bukunya yang berjudul “The Management Theory Jungle” menganggap pengertian
manajemen adalah seni menyelesaikan suatu pekerjaan melalui dan dengan beberapa
orang yang tergabung dalam suatu kelompok formal yang terorganisir.
b) Harold
Koontz & O’Dannel dalam buku yang berjudul “Principles of Management”
mengemukan, “Manajemen adalah berhubungan dengan percapaian sesuatu tujuan yang
dilakukan melalui dan dengan orang-orang lain”.
2. George
R. Terry
a) Dalam
buku yang berjudul “Principles of Management” memberikan definisi: “Manajemen
adalah suatu proses yang membedakan atas perencanaan, pengorganisasian,
penggerakkan, pelaksanaan dan pengawasan, dengan memanfaatkan baik ilmu maupun
seni, agar dapat menyelesaikan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya”.
b) Manajemen
adalah pencapaian tujuan yang ditetapkan terlebih dahulu dengan mempergunakan
kegiatan orang lain (1994).
c) Manajemen
adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau
pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan organisasional atau
maksudmaksud yang nyata.
3. Mary
Parker Follet berpendapat bahwa manajemen adalah seni dalam menyelesaikan
pekerjaan melalui orang lain.
4. James
A.F. Stoner berpendapat manajemen dapat diartikan sebagai proses perencanaan,
pengorganisasian, kepimpinan, dan pengawasan upaya (usaha-usaha) anggota
organisasi dan menggunakan semua sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan
yang ditetapkan.
5. H.B.
Siswanto berpendapat bahwa manajemen adalah seni dan ilmu dalam perencanaan,
pengorganisasian, pemotivasian, dan pengendalian terhadap orang dan mekanisme
kerja untuk mencapai tujuan.
Jika kita meninjau dari
literatur manajemen, kita akan menemukan istilah manajemen mengandung tiga
pengertian yaitu :
a) Manajemen
sebagai suatu proses,
b) Manajemen
sebagai kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen,
c) Manajemen
sebagai suatu seni (Art) dan sebagai suatu ilmu pengetahuan (Science).
b. Pengertian Kedisiplinan
Disiplin
merupakan suatu kegiatan yang dilakukan agar tidak terjadi suatu pelanggaran
terhadap suatu peraturan yang berlaku demi terciptanya suatu tujuan. Disiplin
adalah proses atau hasil pengarahan untuk mencapai tindakan yang lebih
efektif..
Menurut Oteng Sutisna
bahwa dalam menciptakan disiplin yang efektif diperlukan kegiatan-kegiatan
diantaranya sebagai berikut :
1. Guru
maupun murid hendaknya memiliki sifat-sifat perilaku warga sekolah yang baik
seperti sopan santun, bahasa yang baik dan benar.
2. Murid
hendaknya bisa menerima teguran atau hukuman yang adil.
3. Guru
dan murid hendaknya bekerjasama dalam membangun, memelihara dan memperbaiki
aturan-aturan dan norma-norma.
c. Tujuan Disiplin
Sebelum
penulis menjelaskan tujuan disiplin, terlebih dahulu dikemukakan beberapa teori
disiplin yang kesemuanya itu mempunyai tujuan masing-masing. Adapun teori-teori
tersebut yang dapat penulis simpulkan antara lain :
1.
Teori perbaikan
Menurut
teori ini, disiplin itu adalah untuk memperbaiki si pelanggar agar jangan
berbuat kesalahan lagi. Teori ini lebih bersifat pedagogis, karena bermaksud
memperbaiki si pelanggar baik lahiriah maupun batiniah.
2.
Teori
perlindungan
Menurut
teori ini disiplin diadakan untuk melindungi dirinya sendiri dari
perbuatan-perbuatan yang tidak wajar. Dengan adanya disiplin ini dapat
dilindungi dari kejahatan-kejahatan yang telah dilakukan oleh si pelanggar.
3.
Teori
menakut-nakuti
Menurut
teori ini, disiplin diadakan untuk menimbulkan rasa takut kepada pelanggar akan
akibat perbuatannya yang melanggar itu, sehingga ia akan selalu takut melakukan
perbuatan itu dan mau meninggalkannya. Teori ini masih memerlukan, sebab dengan
teori ini besar kemungkinan orang meninggalkan suatu perbuatan itu hanya karena
takut bukan karena keinsyafan bahwa perbuatannya itu memang salah dan buruk.
Jelaslah
bahwa tiap teori itu belum lengkap, karena masing-masing hanya mencakup satu
aspek saja. Sedangkan tiap-tiap teori itu saling membutuhkan kelengkapan teori
yang lainnya.
Dengan
singkat penulis dapat mengatakan bahwa tujuan pedagogis dari disiplin adalah
untuk memperbaiki tabiat atau tingkah laku siswa kearah kebaikan.
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap Disiplin
Karena
sikap kedisiplinan bukan sikap yang muncul dengan sikap sendirinya, maka agar
seorang anak dapat bersikap disiplin maka perlu adanya pengarahan dan
bimbingan.
Adapun
faktor yang mempengaruhi kedisiplinan adalah :
1.
Faktor dari
dalam (Intern)
Faktor
dari dalam ini berupa kesadaran diri yang mendorong seseorang untuk menerapkan
disiplin pada dirinya.
2.
Faktor dari luar
(Ekstern)
Faktor
dari luar ini berasal dari pengaruh lingkungan, yang terdiri dari lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.
a) Lingkungan
Keluarga
Faktor
keluarga ini sangat penting terhadap perilaku seseorang termasuk tingkat
kedisiplinannya. Karena keluarga di sini merupakan lingkungan yang paling dekat
pada diri seseorang dan tempat pertama kali seseorang berinteraksi.
Keluarga
sebagai lingkungan pertama kali sebelum anak mengenal dunia yang lebih luas,
maka sikap dan perilaku seisi keluarga terutama kedua orang tua sangat
mempengaruhi pembentukan kedisiplinan pada anak dan juga serta tingkah laku
orang tua dan anggota keluarga lainnya akan lebih mudah dimengerti anak apabila
perilaku tersebut berupa pengalaman langsung yang bisa dicontoh oleh anak.
b) Lingkungan
Sekolah
Selain
lingkungan keluarga, maka lingkungan sekolah merupakan faktor lain yang juga
mempengaruhi perilaku siswa termasuk kedisiplinannya, di sekolah seorang siswa
berinteraksi dengan siswa lain, dengan para guru yang mendidik dan mengajarnya
serta pegawai yang berada di lingkungan sekolah, sikap, perbuatan dan perkataan
guru yang dilihat dan didengar serta dianggap baik oleh siswa akan masuk dan
meresap ke dalam hatinya.
c) Lingkungan
Masyarakat
Masyarakat
merupakan lingkungan yang mempengaruhi perilaku anak setelah anak mendapatkan
pendidikan dari keluarga dan sekolah. Pada awalnya seorang anak bermain
sendiri, setelah itu seorang anak berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan
sosial.
Karena
masyarakat merupakan faktor penting yang mempengaruhi disiplin anak, terutama
pada pergaulan dengan teman sebaya, maka orang tua harus senantiasa mengawasi
pergaulan anak-anaknya agar senantiasa tidak bergaul dengan orang yang kurang
baik.
e. Disiplin Menurut Islam
Dalam
kehidupan sehari-hari manusia memerlukan aturan-aturan atau tata tertib agar
segala tingkah laku berjalan sesuai dengan aturan yang ada, pendidikan tepat
waktu atau lainya dapat diambil dari sahabat Umar bin Khattab r.a:
الوقت
كا لشيف اذا لم تقطعه قطعك
“Waktu
bagaikan pedang, apabila tidak digunakan maka pedang itu akan memotong
pemiliknya”
Berdasarkan
hal di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa betapa pentingnya bagi kita
sehingga apabila kita tidak dapat menggunakan waktu sebaik-baiknya, maka waktu
itu akan membuat kita sendiri sengsara. Oleh karena itu kita hendaknya
menggunakan waktu seefesien mungkin. Kita diperintahkan untuk tepat waktu
termasuk tepat waktu dalam belajar yang sangat penting bagi siswa.
Islam
juga memerintahkan umatnya untuk selalu konsisten terhadap peraturan Allah yang
telah di tetapkan. Hal ini sesuai dengan firman Allah Surat Huud ayat 112 :
فاستقم كما امرت ومن
تاب معك ولا تظغوانه بما تعملون بصير
(هود)
“Maka
tetaplah pada jalan Allah yang benar sebagaimana diperintahkan kepadamu dan
(juga) orang yang telah bertaubat serta
janganlah kamu melampui batas. Sesungguhnya Allah maha melihat apa yang
kamu kerjakan”.
Dalam
ayat tersebut menunjukkan disiplin bukan hanya tepat waktu saja,tetapi juga
patuh pada peraturan-peraturan yang ada, melaksanakan yang diperintahkan dan
meninggalkan segala yang dilarang-Nya. Disamping itu juga melakukan perbuatan
tersebut secara teratur dan terus menerus walaupun hanya sedikit, karena selain
bermanfaat pada diri kita sendiri juga perbuatan yang dikerjakan secara teratur
dicintai Allah SWT. walaupun hanya sedikit sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW:
عن
عائسة رضى الله عنها قال احب الاعمل إلى الله أد وامها وان قل
Dari
Aisyah r.a Nabi bersabda : amal perbuatan yang paling dicintai Allah adalah
kekekalannya walaupun amal itu hanya sedikit.
Apabila seseorang atau
segolongan tidak mempunyai sikap disiplin maka akan merugikan dirinya sendiri
atau kelompoknya. Disiplin pribadi dibutuhkan sebagai sifat dan sikap terpuji
yang menyertai kesabaran, ketekunan, kesetiaan dan sebagainya. Orang yang tidak
punya disiplin pribadi sangat sulit untuk mencapai tujuan, maka sikap disiplin
mempunyai kewajiban untuk membina melalui latihan mawas diri dan pengendalian
diri. Maka dalam hal ini seorang siswa harus memiliki sikap disiplin pribadi
dalam belajarnya supaya dapat berhasil.
Sikap disiplin pribadi
seorang siswa didalam belajarnya baik teratur waktu belajarnya maupun
mengerjakan tugas serta mentaati peraturan-peraturan sekolah.
Dalam
hal ini seorang siswa hendaknya memiliki self-discipline apabila seorang anak
berhasil memindahkan nilai-nilai moral yang bagi orang Islam terkandung dalam
rukun iman. Iman itu berfungsi bukan hanya sebagai penggalak tingkah laku kalau
berhadapan dengan nilai-nilai positif yang membawa kepada nilai keharmonisan
dan kebahagiaan.
B.
Motifasi
Motivasi berasal dari
kata Latin “movere” yang berarti dorongan atau menggerakkan. “Motivasi sangat
diperlukan dalam pelaksanaan aktivitas manusia karena motivasi merupakan hal
yang dapat menyebabkan, menyalurkan dan mendukung perilaku
manusia supaya mau
bekerja giat dan
antusias untuk mencapai hasil
yang optimal” (Malayu S.P Hasibuan, 2001:141)
Menurut G.R. Terry yang
diterjemahkan oleh J Smith D.F.M (2003:130), “Motivasi dapat
diartikan sebagai suatu
usaha agar seseorang
dapat menyelesaikan
pekerjaannya dengan semangat
karena ada tujuan
yang ingin dicapai”. Manusia
mempunyai motivasi yang berbeda tergantung dari banyaknya faktor seperti
kepribadian, ambisi, pendidikan
dan usia. Motivasi adalah
suatu perubahan energi didalam
pribadi seseorang yang
ditandai dengan timbulnya afektif atau perasaan dan reaksi
untuk mencapai tujuan (Mc. Donald dalam Oemar Hamalik, 2003 : 106).
Menurut Syaiful Bahri
Djamarah (2000 : 114) motivasi adalah
perubahan energi dalam diri seseorang itu berbentuk suatu aktivitas nyata
berupa kegiatan fisik, karena seseorang
mempunyai tujuan tertentu
dari aktivitasnya, maka seseorang mempunyai
motivasi yang kuat
untuk mencapainya dengan
segala upaya yang dapat dia lakukan untuk mencapainya.
Seseorang dikatakan
berhasil dalam belajar apabila didalam dirinya sendiri ada keinginan untuk
belajar, sebab tanpa mengerti apa yang akan dipelajari dan tidak memahami
mengapa hal tersebut perlu dipelajari, maka kegiatan belajar mengajar sulit
untuk mencapai keberhasilan. Keinginan atau dorongan inilah yang disebut
sebagai motivasi.
Dengan motivasi
orang akan terdorong untuk
bekerja mencapai sasaran dan
tujuannya karena yakin
dan sadar akan
kebaikan, kepentingan dan manfaatnya. Bagi siswa motivasi ini
sangat penting karena dapat menggerakkan perilaku siswa kearah yang positif
sehingga mampu menghadapi segala tuntutan, kesulitan serta menanggung resiko
dalam belajar.
Dalam kaitannya
dengan belajar, motivasi
sangat erat hubungannya dengan kebutuhan
aktualisasi diri sehingga motivasi
paling besar pengaruhnya pada kegiatan
belajar siswa yang
bertujuan untuk mencapai
prestasi tinggi. Apabila tidak
ada motivasi belajar dalam diri siswa, maka akan menimbulkan rasa malas untuk
belajar baik dalam mengikuti proses belajar mengajar maupun mengerjakan tugas-tugas
individu dari guru.
Orang yang mempunyai
motivasi yang tinggi dalam belajar maka akan timbul minat yang besar
dalam mengerjakan tugas, membangun sikap
dan kebiasaan belajar yang sehat melalui
penyusunan jadual belajar dan melaksanakannya dengan tekun.
Indikator dari
motivasi, yaitu:
1.
Cita-cita.
Cita-cita
adalah sesuatu target yang ingin dicapai. Target ini diartikan sebagai tujuan
yang ditetapkan dalam suatu kegiatan yang mengandung makna bagi seseorang.
Munculnya cita-cita seseorang disertai dengan perkembangan akar, moral
kemauan, bahasa dan nilai-nilai kehidupan
yang juga menimbulkan adanya
perkembangan kepribadian.
2.
Kemampuan
belajar.
Setiap siswa
memiliki kemampuan belajar
yang berbeda. Hal
ini diukur melalui taraf perkembangan
berpikir siswa, dimana siswa yang taraf perkembangan berpikirnya
konkrit tidak sama
dengan siswa yang
sudah sampai pada taraf perkembangan berpikir rasional. Siswa yang
merasa dirinya memiliki kemampuan untuk
melakukan sesuatu, maka
akan mendorong dirinya berbuat
sesuatu untuk dapat
mewujudkan tujuan yang
ingin diperolehnya dan
sebaliknya yang merasa tidak mampu akan
merasa malas untuk berbuat sesuatu.
3.
Kondisi siswa.
Kondisi
siswa dapat diketahui dari kondisi fisik dan kondisi psikologis, karena siswa
adalah makluk yang
terdiri dari kesatuan
psikofisik. Kondisi fisik siswa
lebih cepat diketahui
daripad kondisi psikologis.
Hal ini dikarenakan kondisi
fisik lebih jelas menunjukkan gejalanya daripada kondisi psikologis.
4.
Kondisi
lingkungan.
Kondisi
lingkungan merupakan unsur yang datang dari luar diri siswa yaitu lingkungan
keluarga, sekolah dan masyarakat. Lingkungan fisik sekolah, sarana dan
prasarana perlu ditata dan dikelola agar
dapat menyenangkan dan membuat
siswa merasa nyaman untuk belajar. Kebutuhan emosional
psikologis juga perlu mendapat perhatian, misalnya kebutuhan rasa aman,
berprestasi, dihargai, diakui yang harus dipenuhi agar motivasi belajar timbul
dan dapat dipertahankan.
5.
Unsur-unsur
dinamis dalam belajar.
Unsur-unsur dinamis adalah unsur-unsur yang
keberadaannya didalam proses belajar
tidak stabil, kadang-kadang kuat, kadang-kadang lemah dan bahkan hilang sama
sekali misalnya gairah belajar, emosi siswa dan lain-lain. Siswa memiliki
perasaan, perhatian, kemauan, ingatan, dan pikiran yang mengalami perubahan
selama proses belajar, kadang-kadang kuat atau lemah.
6.
Upaya guru
membelajarkan siswa.
Upaya
guru membelajarkan siswa adalah usaha guru dalam mempersiapkan diri
untuk membelajarkan siswa
mulai dari penguasaan materi, cara
menyampaikannya, menarik perhatian
siswa dan mengevaluasi hasil belajar
siswa. Bila upaya
guru hanya sekedar
mengajar, artinya
keberhasilan guru yang menjadi titik tolak, besar kemungkinan siswa tidak tertarik untuk belajar sehingga
motivasi belajar siswa menjadi melemah atau hilang (Max Darsono, 2000:65 ;
Dimyati dan Mudjiono, 1994:90-92).
Motivasi mempunyai
fungsi yang sangat
penting dalam belajar
siswa, karena motivasi akan
menentukan intensitas usaha belajar yang dilakukan oleh siswa. Hawley (Yusuf, 2003 : 14)
menyatakan bahwa para siswa yang memiliki motivasi yang tinggi, belajarnya
lebih baik dibandingkan dengan para siswa yang memiliki motivasi rendah. Hal
ini berarti siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi akan tekun dalam
belajar dan terus belajar secara kontinyu tanpa mengenal putus asa serta dapat
mengesampingkan hal-hal yang dapat mengganggu kegiatan belajar.
Menurut Sardiman
(2004:83) fungsi motivasi adalah :
1. Mendorong
manusia untuk berbuat. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari
setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
2. Menentukan
arah perbuatan, yaitu ke arah tujuan yang hendak dicapai, dengan demikian motivasi
dapat memberi arah
dan kegiatan yang
harus dikerjakan sesuai dengan
rumusan tujuannya.
3. Menyeleksi
perbuatan, yaitu menentukan perbuatan-perbuatan
apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan
menyisihkan perbuatan- perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Dari
pendapat di atas sangat jelas bahwa motivasi sangat penting dalam proses belajar
mengajar, karena motivasi
dapat mendorong siswa
untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu yang berhubungan dengan
kegiatan belajar mengajar. Dalam proses belajar mengajar tersebut diperlukan
suatu upaya yang dapat meningkatkan motivasi siswa, sehingga siswa yang
bersangkutan dapat mencapai hasil belajar yang optimal.
Jenis- jenis
motivasi belajar, menurut
Sardiman AM (2001:
88-90), motivasi dibagi menjadi dua tipe atau kelompok yaitu intrinsic
dan ekstrinsik :
1.
Motivasi
intrinsik
Motivasi intrinsik merupakan
motif-motif yang menjadi
aktif atau berfungsinya tidak
perlu dirangsang dari
luar, karena dalam
diri setiap individu sudah ada
dorongan untuk melakukan sesuatu. Contohnya seseorang yang senang membaca tidak
usah disuruh atau mendorongnya, ia sudah
rajin membaca buku-buku untuk dibacanya.
2.
Motivasi
ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik
merupakan motif-motif yang
aktif dan berfungsinya karena
adanya perangsang dari luar. Contohnya seseorang
itu belajar, karena tahu besok pagi ada ujian dengan harapan akan
mendapatkan nilai baik, atau agar mendapatkan hadiah. Jadi kalau dilihat dari
segi tujuan kegiatan yang dilakukannya, tidak secara langsung bergayut dengan
esensi apa yang dilakukannya itu.
Pentingnya motivasi
bagi siswa menurut Diimyati dan Mudjiono, (1994:79) adalah
a) Menyadarkan
kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil akhir belajar.
b) Menginformasikan
tentang usaha belajar, bila dibanding dengan teman sebaya sebagai ilustrasi,
terbukti kegiatan usahanya
belum memadai, maka
ia berusaha setekun mungkin agar berhasil.
c) Mengarahkan kegiatan
belajar, mengetahui bahwa
dirinya belum belajar secara efektif, maka ia mengubah
perilaku belajarnya.
d) Membesarkan
semangat belajar.
e) Menyadarkan
tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja.
Gejala kurang
motivasi belajar akan
dimanifestasikan, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
tingkah laku. Beberapa ciri tingkah laku yang berhubungan dengan rendahnya
motivasi belajar :
a) Malas
melakukan tugas kegiatan belajar, seperti malas mengerjakan PR, malas dalam
membaca, dan lain-lain.
b) Bersikap
acuh tak acuh, menentang dan sebagainya
c) Menunjukkan
hasil belajar yang rendah dibawah nilai rata-rata yang dicapai kelompoknya atau
kelas.
d) Menunjukkkan
tingkah laku sering membolos, tidak mengerjakan tugas yang diberikan dan
sebagainya.
e) Menunjukkan gejala
emosional yang tidak
wajar seperti pemarah,
mudah tersinggung
Menurut Syaiful Bahri
Djamarah (2000 : 117) yang tergolong bentuk motivasi belajar ekstrinsik antara
lain:
a) Belajar
demi memenuhi kewajiban.
b) Belajar
demi menghindari hukuman yang diancam.
c) Belajar
demi memperoleh hadiah material yang dijanjikan.
d) Belajar
demi meningkatkan gengsi sosial.
e) Belajar demi
tuntutan jabatan yang
ingin dipegang atau
demi memenuhi persyaratan
kenaikan jenjang.
f)
Belajar demi
memperoleh pujian dari orang yang penting.
Sedangkan yang
dimaksud dengan motivasi
intrinsik adalah bentuk motivasi yang di dalam aktivitas
belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan secara mutlak berkaitan
dengan aktivitas belajar. Yang tergolong dalam motivasi intrinsik adalah:
a) Belajar
karena ingin mengetahui seluk-beluk masalah selengkap-lengkapnya.
b) Belajar
karena ingin menjadi orang terdidik atau menjadi ahli bidang studi pada
penghayatan kebutuhan dan siswa berdaya upaya melui kegiatan belajar untuk
memenuhi kebutuhan ini hanya dapat dipenuhi dengan belajar giat.
Motivasi sangat penting
untuk mencapai keberhasilan siswa dalam belajar. Motivasi belajar merupakan motor
penggerak yang mengaktifkan siswa untuk melibatkan diri (Winkel, 2004 : 186).
Motivasi yang kuat akan membuat siswa sanggup
bekerja keras untuk
mencapai sesuatu yang
menjadi tujuannya, dan motivasi
itu muncul karena
dorongan adanya kebutuhan.
Dorongan seseorang untuk belajar
menurut Maslow yang mengutip dari Sardiman (2002:78) sebagai berikut:
a) Kebutuhan fisiologis,
seperti lapar, haus,
kebutuhan untuk istirahat
dan sebagainya.
b) Kebutuhan akan
keamanan, yakni rasa
aman bebas dari
rasa takut dan kecemasan.
c) Kebutuhan akan
cinta kasih, rasa
diterima dalam suatu
masyarakat atau golongan
(keluarga, sekolah, kelompok).
d) Kebutuhan untuk
mewujudkan diri sendiri,
yakni mengembangkan bakat dengan usaha
mencapai hasil dalam
bidang pengetahuan, sosial
dan pembentukan pribadi.
C.
Kerangka
Berfikir
Dari
uraian tersebut diatas dapat ditarik suatu kerangka berpikir, dengan bagan
sebagai berikut:
Motifasi
1.
Cita-cita
2.
Kemampuan
Belajar
3.
Kondisi Siswa
4.
Kondisi Lingkungan
5.
Unsur-unsur
dinamis dalam
6.
Belajar
7.
Upaya Guru
Membelajarkan Siswa
|
||
>>>>>>>> MOTIVASI BELAJAR
|
||
Disiplin Belajar
1.
Menaati tata
tertib sekolah
2.
Perilaku
kedisiplinan di dalam kelas
3.
Disiplin dalam
menepati jadwal belajar
4.
Belajar secara
teratur
|
||
D.
Hipotesis
Hipotesis
dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara (Suharsimi Arikunto, 2002:64). Adapun
hipotesis dalam penelitian
ini adalah: “Ada pengaruh
yang signifikan antara
kedisiplinan terhadap motifasi belajar siswa SMA Swasta Samalanga.
BAB
III
METODE
PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian tentang implementasi
manajemen kedisiplinan dalam meningkatkan motifasi belajar siswa di sma swasta
muslimat ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif.
Penelitian
ini merupakan jenis penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya: perilaku,
persepsi, motivasi, tindakan, dan seterusnya, secara holistik dan dengan cara
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang
alamiah serta dengan memanfaatkan
berbagai metode alamiah
B. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data
yang objektif dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, diperlukan metode
yang mampu mengungkap data sesuai dengan pokok permasalahan. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah wawacara, observasi dan dokumentasi. Data
yang diperoleh selain berasal dari observasi dan wawacara juga memanfaatkan
data dari buku, skripsi dan surat kabar.
Data yang diperlukan
dalam penelitian ini dikumpulkan melalui beberapa teknik, teknik yang digunakan
adalah sebagai berikut :
a. Wawancara
Penelitian
ini menggunakan wawancara terstruktur artinya wawancara yang dilakukan dengan
sudah menetapkan kerangka pertanyaan yang akan diajukan kepada informan,
sehingga pewawancara menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang
akan diajukan. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan pada : siswi SMA
Muslimat.
b. Dokumentasi
Metode
dokumentasi yaitu laporan tertulis dan peristiwa-peristiwa yang isinya terdiri
dari penjelasan dan pemikiran peristiwa dan dituliskan dengan sengaja untuk
menyimpan atau meneruskan peristiwa.
c. Observasi
Dalam penelitian ini
menggunakan pengamatan nonpartisipan artinya peneliti tidak terlibat langsung
dalam kegiatan yang mendalam hanya sebagai pengamat independen.
Peneliti
mengamati kondisi belajar mengajar siswi.
C. Teknik Pengolahan Data
Banyak hasil penelitian
kualitatif diragukan kebenarananya, subjektifitas penelitian merupakan hal yang
dominan dalam penelitian kualitatif, alat penelitian yang digunakan adalah
wawancara dan observasi, mengandung banyak kelemahan ketika dilakukan secara
terbuka tanpa control dan sumber data kualitatif yang kurang credible akan
mempengaruhi hasil akurasi penelitian. Oleh karena itu dibutuhkan kredibilitas
atau tingkat kepercayaan untuk menentukan kevalidtan data.
Cara
memperoleh kredibilitas atau tingkat kepercayaan dalam penelitian ini adalah
dengan memperpanjang waktu tinggal dengan yang diteliti, observasi secara
tekun, dan menguji data dengan triangulasi. Sedangkan triangulasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber, metode dan teori
yaitu :
a. Membandingkan
data pengamatan dengan data hasil wawancara.
b. Membandingkan
hasil wawancara dengan dokumentasi.
c. Membandingkan
hasil dokumentasi dengan pengamatan.
D. Teknik Analisi Data
Model
analisi data yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik analisis data
yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman yaitu menyangkut 3 (tiga) tahap dalam
penelitian yang bersamaan (1) reduksi data (2) penyajian data (3) penarikan
kesimpulan. Dalam penelitian ini melakukan 3 (tiga) langkah tersebut kemudian
manarik kesimpulan.
Analisi
data dilakukan dengan mendasarkan diri pada penelitian lapangan. Tahap pertama,
yaitu reduksi data adalah proses yang dilakukan selama penelitian berlangsung
dengan cara pemilihan. Kedua, penyajian data adalah sekumpulan informasi yang
tersusun, memberi kemungkinan untuk menarik kesimpulan dan pengambilan
tindakan. Langkah yang terakhir adalah menarik kesimpulan yaitu membuat
proposisi yang terkait dengan prinsip logika, mangangkatnya sebagai temuan
peneliti, kemudian dilanjutkan dengan mengkaji secara berulang-ulang terhadap
data.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi.
1990. Manajemen Pengajaran
Secara Manusiawi. Jakarta: PT.
Rineka Cipta
.................. 2002. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Darsono, Max.
2000. Belajar dan
Pembelajaran. Semarang: IKIP
Semarang Press
Dimyati
dan Mudjiono. 1994. Belajar dan Pembelajaran.
Jakarta: PT. Rineka Cipta
Djamarah,
Syaiful Bahri. 2000. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Hadi,
Sutrisno. 2000. Analisis Regresi. Yogyakarta: Andi Offset
Hamalik,
Oemar. 2003. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Hasibuan, Malayu.
2001. Manajemen Sumber Daya Manusia.
Jakarta: Bumi Aksara
G.R.
Terry. 2003. Prinsip-prinsip Manajemen.
Terjemahan J mith D. F.
M. Jakarta: Bumi Aksara
Noehi
Nasution. 1993. Psikologi Belajar. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
Santoso, Singgih. 1999. SPSS : Mengolah
Data Statistik Secara Profesional. Jakarta : Elex Media Komputinda.
Sardiman,
A.M. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo
.....................
2004.
Interaksi dan Motivasi
Belajar Mengajar. Jakarta:
Raja Grafindo
Slameto.
2003. Belajar dan Faktor-faktor Yang
Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta
Sugiyono.
2002. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: CV. Alfabet
Sulistyowati, Sofchah.
2001. Cara Belajar
Yang Efektif dan
Efisien. Pekalongan: Cinta Ilmu Pekalongan
Syah, Muhibin. 1995. Perkembangan
Pendidikan. Bandung: RosdakaryaTu’u, Tulus. 2004. Peran Disiplin Pada Perilaku
dan Prestasi Siswa. Jakarta: Grasindo
Yusuf.
2003. Motivasi Dalam Belajar. Jakarta. P2LPTK.
0 Response to "IMPLEMENTASI MANAJEMEN KEDISIPLINAN DALAM MENINGKATKAN MOTIFASI BELAJAR SISWA DI SMA (Proposal)"
Post a Comment