NIKMATNYA RASA SAKIT
Rasa
sakit terkadang harus di syukuri, karena terkadang karena rasa sakit mereka
lebih mendekatkan diri kepada Rabbi Nya, mereka khusu’ dalam sujudnya, berdoa
setiap saatnya, dan inilah salah satu kenikmatan rasa sakit.
Abi Umamah Al Bahili menerangkan bahwa
Rasulullah SAW telah bersabda:
"Apabila seorang mukmin menderita sakit, Allah memerintahkan kepada
para malaikat agar menulis semua
amal kebajikan yang dilakukan sewaktu sehat dan bahagia."
Dalam riwayat lain diterangkan, Rasulullah bersabda: "Apabila
seseorang mukmin menderita sakit, Allah memerintahkan kepada empat malaikat,
yang masing-masing dari mereka mendapat tugas sendiri-sendiri. Yang satu
mendapat tugas mengambil kekuatan yang ada pada badannya, hingga dia menjadi
lemas tak berdaya. Yang satu mendapat tugas mengambil kenikmatan yang ada pada
mulutnya, hingga dia tidak merasakan nikmatnya makan dan minum. Yang satu
mendapat tugas mengambil cahaya yang ada pada mukanya, hingga dia kelihatan
pucat pasi. Dan, satu lagi mendapat tugas mengambil semua dosa yang telah
dilakukan, hingga dia bersih dari segala dosa lantaran sakit.
Inilah kenikmatan di saat kita di landa sakit,
dan terkadang ketulusan sebuah
doa muncul tatkala rasa sakit mendera. Demikian pula dengan ketulusan
tasbih yang senantiasa terucap saat rasa sakit terasa. Adalah jerih payah
dan beban berat saat menuntut ilmulah yang telah mengantarkan seorang
pelajar menjadi ilmuwan terkemuka. la telah bersusah payah di awal
perjalanannya, sehingga ia bisa menikmati kesenangan di akhirnya. Usaha
keras seorang penyair memilih kata-kata untuk bait-bait syairnya telah
menghasilkan sebuah karya sastra yang sangat menawan. Ia, dengan hati,
urat syaraf, dan darahnya, telah larut bersama kerja kerasnya itu,
sehingga syair- syairnya mampu menggerakkan perasaan dan menggoncangkan
hati. Upaya keras seorang penulis telah menghasilkan tulisan yang sangat
menarik dan penuh dengan 'ibrah, contoh-contoh dan petunjuk.
Lain halnya
dengan seorang pelajar yang senang hidup foya-foya, tidak aktif, tak
pernah terbelit masalah, dan tidak pula pernah tertimpa musibah. la akan
selalu menjadi orang yang malas, enggan bergerak, dan mudah putus asa.
Seorang penyair yang tidak pernah merasakan pahitnya berusaha
dan tidak pernah mereguk pahitnya hidup, maka untaian qasidah-qasidah-nya hanya
akan terasa seperti kumpulan kata-kata murahan yang tak bernilai. Sebab,
qasidah-qasidah-nya hanya keluar dari lisannya, bukan dari perasaannya.
Apa yang dia utarakan hanya sebatas penalarannya saja, dan bukan dari hati
nuraninya.
Contoh pola
kehidupan yang paling baik adalah kehidupan kaum mukminin generasi awal.
Yaitu, mereka yang hidup pada masa-masa awal kerasulan, lahirnya agama,
dan di awal masa perutusan. Mereka adalah orang-orang yang memiliki
keimanan yang kokoh, hati yang baik, bahasa yang bersahaja, dan ilmu yang
luas. Mereka merasakan keras dan pedihnya kehidupan. Mereka pernah merasa
kelaparan, miskin, diusir, disakiti, dan harus rela meninggalkan semua
yang dicintai, disiksa, bahkan dibunuh.
Dan karena semua itu pula mereka menjadi
orang-orang pilihan. Mereka menjadi tanda kesucian, panji kebajikan, dan
simbol pengorbanan.
"Yang
demikian jtu ialah karena mereka ditimpa kehausan, kepayahan dan kelaparan
pada jalan Allah, dan tidak (pula) menginjak suatu tempat yang membangkitkan
amarah orang-orang kafir, dan tidak menimpakan sesuatu bencana kepada
musuh, melainkan dituliskanlah bagi mereka dengan yang demikian itu suatu
amal salih. Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala
orang-orang yang berbuat baik."
(QS. At-Taubah: 120)
Di dunia ini
banyak orang yang berhasil mempersembahkan karya terbaiknya dikarenakan
mau bersusah payah. Al Mutanabbi, misalnya, ia sempat mengidap rasa demam
yang amat sangat sebelum berhasil menciptakan syair yang indah berikut
ini:
Wanita yang mengunjungiku
seperti memendam malu,
ia hanya
mengunjungiku di gelapnya malam
Syahdan, an-Nabighah
sempat diancam akan dibunuh oleh Nu'man ibn
al-Mundzir sebelum akhirnya
mempersembahkan bait syair berikut ini:
Engkau
matahari, dan raja-raja yang lain bintang-bintang
tatkala engkau
terbit ke permukaan,
bintang-bintang
itu pun lenyap tenggelam
Di dunia ini,
banyak orang yang kaya karena terlebih dahulu bersusahpayah dalam masa mudanya.
Oleh karena itu, tak usah bersedih bila Anda harus bersusah payah, dan tak
usah takut dengan beban hidup, sebab mungkin saja beban hidup itu akan
menjadi kekuatan bagimu serta akan menjadi sebuah kenikmatan pada suatu
hari nanti. Jika Anda hidup dengan hati yang berkobar, cinta yang membara
dan jiwa yang bergelora, akan lebih baik dan lebih terhormat daripada
harus hidup dengan perasaan yang dingin, semangat yang layu, dan jiwa yang
lemah.
"Tetapi
Allah tidak menyukai keberangkatan mereka, maka Allah melemahkan
keinginan
mereka, dan dikatakan kepada mereka: Tinggallah kamu bersama
orang-orang
yang tinggal itu. "
(QS. At-Taubah: 46)
Saya teringat
seorang penyair yang senantiasa menjalani kesengsaraan hidup, menanggung
cobaan yang tidak ringan, dan mengenyam pahitnya perpisahan. Sebelum
menghembuskan nafasnya yang terakhir, ia sempat melantunkan qasidah yang
indah, segar, dan jujur. Dialah Malik ibn ar-Rayyib. Ia meratapi dirinya:
Tidakkah kau
lihat aku menjual kesesatan dengan hidayah
dan aku menjadi
seorang pasukan Ibnu Affan yang berperang
Alangkah
indahnya aku, tatkala aku biarkan anak-anakku
taat dengan
mengorbankan kebun dan semua harta-hartaku
Wahai kedua
sahabat perjalananku, kematian semakin dekat
berhentilah di
tempat tinggi sebab aku akan tinggal malam ini
Tinggallah
bersamaku malam ini atau setidaknya malam ini
jangan kau buat
lari ia, telah jelas yang akan menimpa
Goreslah tempat
tidurku dengan ujung gerigi
dan kembalikan
ke depan mataku kelebihan selendangku
Jangan kau iri,
semoga Allah memberkahi kau berdua
dari tanah yang
demikian lebar, semoga semakin luas untukku
Demikianlah,
ungkapan-ungkapannya demikian syahdu, penyesalan yang sangat berat
diucapkan, dan teriakan yang memilukan. Itu semua menggambarkan betapa
kepedihan itu meluap dari hati sang penyair yang mengalami sendiri
kepedihan dan kesengsaraan hidup. Ia tak ubahnya seorang penasehat yang juga
pernah merasakan apa yang ia ucapkan. Dan, biasanya, perkataan atau
nasehat orang seperti itu akan mudah masuk ke dalam relung kalbu dan
meresap ke dalam ruh yang paling dalam. Semua itu adalah karena ia
mengalami sendiri kehidupan pahit dan beban berat yang ia bicarakan.
" Maka,
Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan
ketenangan atas
mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan
yang dekat
(waktunya)."
(QS. Al-Fath: 18)
Jangan cela
orang yang sedang kasmaran
hingga belitan
keras deritamu berada dalam derita dirinya
Saya banyak
menjumpai syair-syair terasa sangat dingin, tidak hidup, dan tidak ada
ruhnya. Itu, bisa jadi karena kata-kata yang teruntai dalam bait-bait
tersebut bukan terbit dari sebuah pengalaman pribadi sang penyair, tetapi
suatu dikarang dan direka-reka dalam aura kesenangan. Karya-karya yang
demikian itu tak ubahnya dengan potongan-potongan es
dan bongkahan-bongkahan tanah; dingin dan tawar.
Saya juga pernah membaca karangan-karangan yang berisi nasehat-nasehat yang
sedikit pun tak mampu menggerakkan ujung rambut orang yang mendengarkannya
dan tidak mampu menggerakkan satu titik atom pun dalam tubuhnya. Semua itu, tak
lain karena nasehat-nasehat itu tidak terucap dari mulut seseorang yang
langsung pernah mengalami dan menghayati sendiri suatu kesedihan dan
kesengsaraan.
"Mereka
mengatakan dengan mulutnya apa yang tidak terkandung
Dalam hatinya."
(QS. Ali 'Imran: 167)
Agar ucapan dan
syair Anda dapat menyentuh hati pembacanya, masuklah terlebih dahulu ke
dalamnya. Sentuhlah, rasakanlah dan resapilah niscaya Anda akan mampu
memberikan sentuhan ke tengah masyarakat.
"Kemudian,
apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan
suburlah dan
menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah."
(QS. Al-Hajj: 5)
Kenikmatan terkadang datang saat sakit
mendera, terlalu banyak pelajaran di dapatkan dari kegelisahan jiwa, dan berapa
banyak doa yang terkabulkan saat sakitnya jiwa, kekhusyu’kan doa terbawa dalam
sujud, memandang cahaya dari sisi kegelapan mungkin akan lebih terang, sehingga
membuat kita merasakan Indahnya tak tergantikan.
Nikmatilah rasa sakitmu, kawan,,,,,,,
0 Response to "NIKMATNYA RASA SAKIT"
Post a Comment