WANITA DI BAWAH, BUKAN DI ATAS
Emansipasi atau keseteraan gender merupakan problema yang tidak kelar-kelar sampai sekarang ini, pandangan wanita karir, mereka berhak berada di atas untuk memimpin para laki-laki, meskipun demikian dalam konteks agama, khususnya agama islam telah di gariskan bahwa perempuan tunduk di bawah pimpinan para laki-laki, sebagaimana Allah telah menyatakan dalam Al-qur’an surat An-Nisa ayat
الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى
النِّسَاءِ
Laki-laki itu adalah pemimpin untuk para
perempuan
Dalam surat ini nyatalah perempuan
harus tunduk terhadap kepemimpinan laki-laki, meskipun demikian banyak wanita
karir yang menolak pernyataan ini, karena menurut pandangan mereka pantas dan
sanggup menjadi pemimpin.
Namun
kenyataannya, di lihat dari segi manapun perempuan tetap menjadi makhluk yang
di pimpin oleh laki-laki, di lihat dari penciptaanya “perempuan tidak di
ciptakan dari tulang kepala anak adam, yang berarti perempuan sebagai pemimpin
bagi anak adam, dan perempuan tidak pula di ciptakan dari tulang kaki anak
adam, yang bertanda bahwa perempuan menjadi bawahan yang dapat di hina,
melainkan perempuan di ciptakan dari tulang rusuk anak adam, yang mana tulang
rusuk dekat dengan tangan, yang berarti perempuan adalah sosok yang harus di
lindungi, juga dekat dengan hati, yang bertanda perempuan harus di cintai dan
di sayangi”.
Sebenarnya
inilah kedudukan kaum hawa, mereka tidak berada di bawah, tapi mereka berada di
tempat yang istimewa, tidak menanggung banyak tanggung jawab seperti halnya
anak adam, bahkan mereka selalu di tanggung oleh orang tua, kemudian setelah
menikah dosa mereka di alih/tanggung oleh suami mereka, beginilah keistimewaan
kaum hawa.
Dalam sebuah hadist, rasul
menjelaskan bahwa keadaan suatu negri itu tergantung pada keadaan wanitanya,
النساء
عماد البلاد وإن صلحت صلح البلاد وإن فسدت فسد البلاد
Wanita itu adalah tiang negri, jika wanita
baik, maka baik pula negri tersebut, dan jika buruklah wanita, maka buruk pula
negri tersebut.
Jelaslah
bagaiman kita memjadikan negri ini baik, maka kita harus mendidik terlebih
dahulu wanitanya, karena wanita itu dapat meruntuhkan suatu kerajaan, bukan
dengan kekuatan melainkan dengan pesonan yang dapat menjerumuskan banyak
laki-laki ke dalamnya. Dalam sebuah artikel seorang ustaz pernah berkata, bahwa
jika perempuan memakai pakaian yang seksi dan berlalu di depan laki-laki,
sedangkan laki-laki itu sedang berpuasa maka gugurlah fahala puasa leki-laki
tersebut, tapi jika laki-laki yang melakukan hal yang demiakian maka tidak
runtuh fahala perempuan yang sedang berpuasa, begitulah bahaya wanita.
Meskipun
demikian, perempuan tidak juga menjadi objek limpahan kesalahan, tapi perempuan
juga menjadi subjek pengampilan keputusan. Dalam artian kehidupan untuk akhirat
kelak, laki-laki dan perempuan tingkatannya sama, keduanya sama-sama makhluk
yang Allah ciptakan untuk berubudiah kepadanya.sekian saja.
Adapun tulisan
ini kami tulis kepada mereka pejuang kesetaraan genter agar mengetahui bahwa
kedudukan perempuan bukan di bawah, melainkan berada di posisi yang istimewa. Buktinya
semua keindahan yang ada identik dengan perempuan, misalkan kota yang paling
indah yaitu Ibu Kota, jari yang paling besar yaitu Ibu Jari, bahkan kitab yang
paling tinggi karangan Imam Syafi’i iyalah ummul kitab (kitab oem), alfatihah
menjadi ummul qur’an, dan banyak lagi lainnya. Ini adalah analogi sederhananya.
0 Response to "WANITA DI BAWAH, BUKAN DI ATAS"
Post a Comment