BELUM CUKUP NILAI UNTUK MENILAI
Dalam era
kedewasaan, menilai atau menghakimi seakan menjadi tren yang tidak bisa di
pisahkan, tapi ingatlah, silahkan menilai tapi tidak mencaci, tapi jangan
menilai jika kau tidak tau bagaimana kehidupan yang telah dia jalani. Karena saat
kita hanya tau apa yang dia kerjakan saat ini, tapi kita tidak tau apa yang
telah berjalan dalam kehidupannya.
Satu kisah yang
mengajarkan kita agar tidak menilai seseorang jika tidak tau bagaimana
kehidupannya. Konon, seorang pemuda 28 tahun dan ayahnya melakukan perjalanan
dengan menumpangi kereta api, dalam perjalanan kereta api berlaju kenjang, saat
itu pemuda tadi berkata kepada ayahnya, “Ayah,,, lihatlah awan-awan itu
mengejar kita. Ayahnya hanya tersenyum dengan tingkah anaknya itu tapi penumpak
yang lain sontak semuanya terdiam dalam pemikiran. Lalu pemuda itu berkata lagi
“ayah,,, lihatlah pohon-pohon itu seakan terlempar dan melayang. Ayah itu
kembali tersenyum melihat anaknya. Kala itu seorang penumpang berkata “kenapa
anak bapak tidak di bawa ke dokter saja ??? ayah pemuda itu menjawab “ya, kami
baru saja pulang dari dokter, anak saya buta sejak lahir dan Alhamdulillah kini
penglihatannya telah sempurna. Dengan jawaban tersebut si penanya tadi hanya
terdiam saja.
Inilah kisah yang
mengajari kita jangan menilai seseorang jika kita tidak tau bagaimana
kehidupannya, karena kita hanya menilai yang zahir saja, kita tidak tau apa
yang telah dia lalui dalam perjalanan kehidupannya. Sama halnya saat kita melihat
sepucuk pistol, tapi bisa saja nyatanya itu hanya korek api yang berbentuk
pistol, inilah analogi sederhana jangan menilai seseorang dari luar saja,
karena pakaian ada kalanya hanya hal yang membohongi, hingga kita memikirkan
apa yang Nampak, banyak yang miskin memperlihatkan kaya, banyak yang jahat
seakan baik, banyak yang tenang tapi malah menghanyutkan, karena inilah era
modern yang tidak bisa di terka, banyak yang pintar tapi membodohi, banyak yang
bodoh tapi tak tau diri, ada yang berlisan bijak tapi penuh dalam muzarat, ada
yang alim tapi mewarisi kesombongan setan, ada yang bermuka manis tapi berhati
licik, ada yang bermuka gelap tapi berhati terang, banyak yang paham tapi lupa
akan kewajiban, terus di antara itu dimanakah kita berada ???
Jadi intinya
jangan menilai seseorang jika kita belum cukup nilai, lebih baik sibukkan diri
untuk memperbaiki diri sendiri, daripada sibuk memikirkan dan menilai orang
lain yang kadang kala menjadi petaka untuk kita, so,,, jangan menilai jika
belum jadi pengajar, tapi kala kamu jadi pengajar maka silakan untuk menilai
mereka yang di ajari, jika mereka salah perbaiki, jika kamu yang salah
mengerti, dan perbaiki, inilah konsep hidup, perbaiki diri sendiri maka semua
akan berjalan baik-baik saja. Okeeee (Y)
0 Response to "BELUM CUKUP NILAI UNTUK MENILAI"
Post a Comment