IBU TIDAK PERGI TAPI IBU TIDAK DI SINI
Ibu sering memarahiku,
bahkan mengusirku,,,
Ibu sering memukulku,
saat guru sekolahku mengirim surat untuk Ibu,,,
Ibu bahkan cukup sering
mengenalkan aku pada sapu, rotan, dan kayu, saat aku tak mau shalat,,,
Ibu juga mengusirku
saat aku tak mau mengaji,,,
Saat aku bangun
kesiangan ibu berkata “sudah Ibu bilang, jangan bergadang”,,,
Ibu sangat keras
padaku, ibu tidak pernah sayang padaku, itulah suara hatiku saat kecil,,,,
Namun saat beranjak
dewasa aku sadar, Ibu adalah kilau keghaiban Tuhan,,,
Ibu adalah hati yang
selalu memaafkan, mau seberapa banyak dan besar kesalahan yang aku lakukan,,,
Saat aku tertidur, aku
tau ibu duduk di sampingku, mengusir nyamuk agar tidak menggigitku,,,
Aku juga tau, ibu
mengipas-ngipasku, saat keringat membasahi keningku dalam tidur,,,
Aku juga tau, tak
jarang ibu bergadang menjagaku, saat aku demam,,,
Saat aku beranjak
besar, ibu selalu khawatir dengan pergaulanku,,,
Ibu sering mengantarku
ke sekolah, Ibu juga tak jarang menjemputku saat pulang,,,
Sebenarnya aku kasihan
pada Ibu, Ia bisa sedikit bersantai, tanpa harus mengantar jemput aku,,,
Ibu juga tak jarang
menangis karena Ulahku,,,
Ibu menangis saat aku
mendapat susah,,,
Ibu juga menangis saat
aku bahagia,,,
Ibu menangis saat
adikku memukul anak tetangga,,,
Ibu juga menangis saat
adikku keluar dari penjara,,,
Ibu adalah sosok yang
dapat mengubah dunia,,,
Ibu mampu merubah sayur
murah menjadi sedap dan di rindui,,,
Ibu adalah hati yang
selalu bisa menerima di sakiti oleh anak-anaknya,,,
Hati yang selalu mampu
bersabar mendidik anaknya,,,
Hati yang tidak akan
menangis saat anaknya menangis,,,
Tapi Ibu menangis saat
anak-anak tidak melihatnya,,,
Ibu,,,,,
Sebanarnya bukan
kepergian yang membuat aku mengeluh,,,
Bukan maut yang membuat
aku takut,,,
Tapi hidup yang tak
hidup, serasa mati dalam kehidupan,,,
Sebab hilangnya rasa
dan fitrah,,,
Aku hanya bisa berdiri
di lorong malam, berselimut sepi,,,
Lorong hitam tanpa
tujuan, aku tak bisa kemana-mana,,,
Iya Bu, hidup memang
fana, tapi hilangnya hati jauh lebih menakutkan,,,
Aku hanya bisa melihat
Ibu, tapi tak mampu berbicara,,,
Memaksa berbicara,
hanya seperti berbicara dengan yang tidak ku kenali,,,
Hidup memang fana Bu,
tapi keadaan tidak berdaya serasa semua tidak ada,,,
Aku seperti terbuang ke
belantara, di jauhi sanak saudara dan tetangga,,,
Aku berbicara di pusat
keramaian, tapi tidak ada yang mendengarku,,,
Aku menulis cita-cita,
tapi mereka menertawakan dan merobek-robek kertasku,,,
Aku takut, aku malu,
aku pilu, hidup serasa begitu semu,,,
Hidup memang fana Bu,
guruku selalu berkata begitu,,,
Tapi itu bisa ku
terima, ketimbang harus memeluk diriku sendiri di hemparan cakrawala,,,
Aksara yang aku lukis
seakan sirna, saat mati rasa, dalamnya savana tak berarti apa-apa,,,
Mengingatmu Ibu sama
dengan kewajiban hari-hariku,,,
Kesederhanaan bahasa
prosa, bait kecil penuh makna, tapi kita punya kewajiban masing-masing ya Bu,,,
kita memang punya cita-cita yang berbeda,,,, masing-masing pihak punya
kewajiban yang nyata,,,
Ibu, apakah Ibu masih
Ingat saat itu, aku memeluk dan mencium ibu di atas perahu, saat ibu sakit aku
selalu memijitmu, saat ibu pusing, aku merangkul pundak Ibu,,, apa Ibu masih
ingat,,,
Ibu, kiamat boleh saja
tiba, hidupku sudah sarat akan makna, aku memang tidak pernah rugi hidup di
dalam Ibu, dan saat aku menulis sajak aksara, dimanapun itu, aku selalu ingat
bahwa keberuntungan dan kesialan kemaren, esok sama saja dengan hari ini,,,
Bencana dan rasa syukur
sama sahaja, langit luar dan langit dalam jiwa juga sama saja,,,
Semua akan bersatu
dalam jiwa,,,
Sudah yaa Bu, aku mau
tidur,,, mungkin ini pesan Ibu,,, dulu,,,,,,
0 Response to "IBU TIDAK PERGI TAPI IBU TIDAK DI SINI"
Post a Comment