EPISTEMOLOGI ILMU (POWER POIN)
Epistemologi merupakan bentukan dari dua kata
dalam bahasa Yunani, yaitu :
§Episteme
yang berarti pengetahuan, dan
§Logos
yang juga berarti pengetahuan atau informasi.
Jadi epistemologi adalah pengetahuan tentang
pengetahuan.
Sumber-sumber Epistemologi
ØAlam
Adalah Sumber Epistemologi
ØRasio
Dan Hati
ØSejarah
Merupakan Sumber Lain Epistemologi
ØPengalaman
Indra (Sense Experience)
ØNalar
(Reason)
ØOtoritas
(Authority)
ØIntuisi
(Intuition)
ØWahyu
(Revelation)
ØKeyakinan
(Faith)
Beberapa
Pandangan
Epistomologi
vAliran Filsafat
dan
Epistemologi
Science Modern
vLandasan Al Quran dan
Epistemologi
Islami
vPerbandingan
Epistemologi
vPengujian Kebenaran
Ilmiah
Aliran
Filsafat
dan
Epistemologi
Science Modern
qEmpirisme
ØSecara radikal empirisme berpendirian bahwa sebenarnya kita hanya bisa memperoleh pengetahuan melalui pengalaman
dengan menggunakan indra ilmiah.
ØThomas
Hobbes, salah seorang penganut empirisme mengemukakan bahwa empiris (pengalaman) adalah awal
dari segala pengetahuan. Karena itu semua diturunkan dari pengalaman.
ØTokoh empiris lain
adalah John
Locke. Ia terkenal dengan teori
Tabula Rasanya. Menurut
Locke, rasio manusia pada mulanya sebagai lembaran kertas putih (as
white paper). Apa yang
kemudian mengisinya, seluruhnya berasal dari pengalaman, baik pengalaman lahiriah
(sensation) maupun pengalaman batiniah
(reflection).
ØGeorge
Barkeley adalah tokoh lain
empiris yang
mengemukakan teori immaterialisme atas dasar prinsip empirisisme. Menurutnya sama sekali tidak ada substansi yang
bersifat
material. Yang ada hanyalah ciri-ciri yang
dapat diamati, atau dengan kata
lain, yang ada hanyalah pengalaman dalam jiwa saja
(being is being perceived).
ØDavid
Hume tidak menerima konsep mengenai substansi, sebab menurutnya, apa yang
dialami manusia hanyalah kesan-kesan tentang beberapa ciri yang
selalu terdapat bersama-sama
qRasionalisme
ØPenganut rasionalisme berpandangan bahwa ia dapat dicapai dengan menggunakan akal budi
(intellect) sebagai sumber utama. Hal
ini didasarkan pada pandangan bahwa pada dasarnya pengetahuan adalah suatu sistem dedukatif yang
dapat dipahami secara rasioanal dengan ukuran kebenaran adalah konsistensi logis.
ØPenganut rasionalisme meyakini bahwa metode rasional yang
dedukatif, rasional, matematis dan inferensial dapat digunakan untuk mencapai pengetahuan.
qKritisisme
ØKritisisme adalah suatu aliran filsafati,
yang dalam epistemologi berupaya menunjukkan jalan untuk mencapai pengetahuan tanpa harus terjebak dalam ekstrimitas empirisme dan rasionalisme.
ØMenurut
Kant, memang benar bahwa kita punya pengalaman inderawi, tapi sama benarnya juga bahwa kita mempunyai pengetahuan yang
menghubungkan hal-hal,
yang untuk mencapainya, kita harus keluar menembus pengalaman.
ØBagi
Kant, pengetahuan manusia pada dasarnya terjadi alas
unsur-unsur aposteriori (sesudah pengalaman) dan apriori (mendahului pengalaman)
Landasan
Al Quran dan
Epistemologi
Islami
vLandasan Al
Quran
vDasar Epistemologi Qurani
Pemikiran dedukatif sederhana mengenai epistemologi Qurani adalah sebagai berikut :
ØSumber ilmu satu-satunya hanya
Allah. Karena pada hakikatnya hanya Dia yang
mengetahui baik alam nyata maupun alam gaib, dan Dia Maha Pengasih dan Penyayang (Al Hasyr 22).
ØManusia tidak lahir dalam kedaan berpengetahuan, namun pada dirinya terkandung potensi
internal berpengatuhan yang
dikaruniakan
Allah padanya (An Nahl 78).
ØAllah
Yang Maha Pengasih menciptakan manusia mengajarkannyaAl
Quran, dan mengajarkannya Al Bayaan (penjelasan-penjelasan) (Ar Rahman
1-4).
ØManusia diperintahkanNya membaca dengan menjadikan petunjukNya sebagai petunjuk utama sebagai proses manusia diajarkan ilmu olehNya (Al’Alaq
3-5).
ØBayan
atau kejelasan-kejelasan ayat-ayat
Allah potensi diperoleh manusia apabila ia memanfaatkan potensi akalnya (Ali
Imran 118).
ØYang memiliki potensi berakal adalah qalb (hati) demikian pula
yang memiliki potensi mengindera secara non-fisik (Al
Haj 46).
ØAlam semesta dan diri manusia adalah ayat-ayat
Allah yang padanya terkandung potensi pengetahuan yang
perlu diperhatikan (Az Zariat 21).
ØAlam semesta diperlihatkan oleh
Allah kepada manusia hingga jelas bagi mereka kebenaran yang
terkandung dalam Al
Quran. Artinya ada hubungan antara kebenaran yang
dinyatakan dalam Al
Quran dengan kebenaran yang
dinyatakan dalam alam semesta serta diri manusia (Fushshilat 53).
ØDalam rangka memperoleh pengetahuan,
Allah mengakui keberadaan
orang-orang yang telah memperoleh pengetahuan,
yang pengetahuannya dapat dijadikan acuan untuk pengembangan lebih lanjut (Al Anbiya 7).
ØManusia diperintahkan agar
membaca segala obyek bacaan dengan berlandaskan Isim RububiyahNya, sehingga setiap fenomena yang
dibaca dapat dimaknai menurut hukum-hukum yang
diturunkan dari sifat RububiyahNya itu (Al Alaq
1-3).
vEpistemologi
Qurani
ØMerujuk pada AL
Quran untuk membangun suatu pandangan epistemologi adalah merupakan konsistensi pandangan filsafati mengenai sumber pengetahuan, yakni
Allah adalah Sumber Pengetahuan. Al
Quran adalah petunjuk dari Sumber Pengetahuan yang
ditujukan pada manusia untuk berilmu.
ØAllah
dengan kemahapemurahanNya, mengajarkan pengetahuan kepada manusia dengan perantaraan qalam (Q.S
Al Alaq
1-5). Secara epistemologis hal ini dapat dipahami bahwa manusia potensial memperoleh pengetahuan karena kepemurahan
Allah.
ØAl
Quran mempertegas adanya fuad sebagai indra batiniah ini, misalnya melaui, ayat 11 Surah An Najm yang
artinya “ Tiadalah berdusta fuad (hati) terhadap apa yang
dilihatnya.”
ØAyat tersebut menegaskan kebenaran penginderaan fuad Nabi
Muhammad SAW ketika mengindera dengan cara “melihat” berbagai fenomenal dari realitas alam gaib, yaitu malaikat Jibril, Sidratul Muntaha dan Jannatul Ma’wa.
Penginderaan fuad dan penginderaan indera fisik sebagai berikut :
1.Indera lahiriah mempersepsi fenomena alam sebagai fenomena fisik, misalnya benda, unsur, warna dan sebagainya.
2.Fuad sebagai indera qalbu mempersepsi terwujudnya kualitas dari sifat-sifat Allah “pada obyek alam fisik tersebut.
Peranan Akal
adalah sebagai berikut :
ØAkal mengarahkan perhatian untuk memahami suatu obyek pemahaman Pengarahan akal tersebut diterima oleh sistem saraf pusat yang
kemudian mementahkan indera fisik melakukan tindak mempersepsi.
ØHasil persepsi indera fisik diterima kembali oleh sistem saraf pusat atas pengarahan akal dan mensistematisirnya dalam kerangka kemungkinan penalaran untuk kemudia dibuat hubungan-hubungan logisnya.
ØPemahaman yang
terjadi dari hubungan-hubungan logis dilakukan oleh akal. Artinya, pada tingkat kerja akal (aql, qalb) itulah sesungguhnya pemahaman itu difinalkan sebagai suatu pengetahuan logis, yaitu pengetahuan yang
menjelaskan seluk-beluk hubungan satuan-satuan konsep pembentuk pengetahuan.
Dari
penjelasan tersebut terlihat betapa perbedaan pengertian mengenai akal dalam
filsafat
science modern dengan filsafat ilmu islami. Jika dalam filsafat
science modern
akal diidentikkan dengan otak, maka dalam filsafat ilmu islami akal adalah qalb (hati) yang khusus untuk fungsi pengakalannya disebut aql, dimana otak dipandang sebagai pengkonstruksi satuan-satuan pemahaman.
Potensialitas berpengatuhan manusia menurut landasan Al
Quran adalah sebagai berikut :
•Tuhan sebagai Sumber Pengetahuan
•Al
Quran sebagai Otoritas Utama
•Indera-Indera Lahir sebagai Alat
•Qalb sebagai Alat dengan 3 potensi :
1. Fuad sebagai “alat” yang bersifat tidak lahiriah, dengan potensi penginderaannya mengindera dan mempersepsi realitas non-lahiriah.
2. Aql sebagai alat yang bersifat tidak lahiriah dengan potensi untuk melakukan penalaran terhadap hasil persepsi indera-indera lahir dan fuad.
3. Lubb sebagai alat yang bersifat tidak lahiriah, dengan potensi pemahaman untuk memahami dan menghayati makna dalam totalitas pandangan ontologis, epistemologis dan aksiologis.
•Obyek Pengetahuan itu sendiri
•Manusia lain
sebagai Otoritas Kedua
Perbandingan
Epistemologi
ØSecara sangat jelas epistemologi
science modern meletakkan pandangan bahwa pencapaian pengetahuan ilmiah semata-mata merupakan fungsi dari bekerjanya indera dan akal manusia. Hal
ini ditunjukkan oleh filsafat rasionalisme dan empirisme secara sendiri-sendiri, maupun oleh kritisisme secara bersama-sama.
ØFilsafat
science modern hanya meletakkan pengetahuan ilmiah (ilmu pengetahuan sains) secara sempit dalam wilayah keterjangkauan indera lahiriah dan/atau kemampuan rasional manusia.
ØPandangan epistemologi Islami sebenarnya juga meletakkan pandangan bahwa pengetahuan ilmiah dapat dicapai antara lain
dengan indera dan akal. Akan tetapi penggunaan indera dan akal tidak ditetapkan secara mutlak berlaku untuk seluruh obyek pengetahuan, dan indera serta akal itu sendiri mempunyai pengertiannya yang
berbeda secara mendasar dengan pandangan epistemologi
science modern.
ØPertama mengenai indera. Dalam hal ini epistemologi Islami meletakkan pandangan adanya dua kategori indra yaitu indera lahiriah dan indera batiniah (indera kalbu) atau fuad. Indera batiniah (fuad) inilah yang
tidak dikenal dalam epistemologi
science modern. Padahal dalam rangka berpengatahuan, peranan indera batiniah ini sangat jelas, yaitu untuk mempersepsi realitas non fisik.
ØSelanjutnya mengenai akal. Filsafat
science modern mengenai akal identik dengan otak pada manusia dengan keseluruhan fungsi sistem sarafnya. Apa yang
dipahami
science modern sebagai yang
masuk akal atau rasional adalah hubungan-hubungan logis (dedukatif maupun induktif)
yang kemudian dikembangkan pemahamannya.
ØDalam Konsep epistemologi Islami yang
telah dikemukakan di atas, akal adalah sekedar sebuah benda secara terminologis yang
sesungguhnya menunjuk pada qalb (hati).
Pengujian
Kebenaran
Ilmiah
Dalam dunia ilmu dikenal tiga pandangan mengenai pengujian kebenaran
ilmiah sebagai berikut :
1. Teori Koresponden (Uji Persamaan dengan Fakta)
Menurut teori ini, suatu pernyataan pengetahuan (sepertinya yang dinyatakan dalam hipotesis) bisa diterima kebenarannya secara ilmiah apabila ia dapat dibuktikan bersesuaian kebenarannya dengan obyek empirik yang
dinyatakannya.
2. Teori Koherensi (Uji Konsistensi)
Teori ini menyatakan suatu pernyataan pengetahuan dapat diterima kebenarannya secara ilmiah apabila pernyataan pengetahuan tersebut menunjukkan koheren dengan teori-teori ilmiah yang
kebenarannya telah diterima sebelumnya.
3. Teori Pragmatik (Uji Kemanfaatan)
Teori ini menilai kebenaran suatu pernyataan pengetahuan secara ilmiah apabila pernyataan pengetahuan tersebut memang potensial digunakan untuk memecahkan berbagai permasalahan kehidupan secara berguna.
0 Response to "EPISTEMOLOGI ILMU (POWER POIN)"
Post a Comment