RUMAHKU TAK SENYAMAN DULU
Nyanyian syahdu itu tidak pernah
lagi aku dengar, sejak dimensi kami telah berbeda
Berbeda kebutuhan, berbeda
keinginan, meski kerinduan ini masih tetap sama
Aku rindu nyanyianMu, sebab rumah
kita telah berbeda sejak engkau meninggalkannya
Beda keadaannya, beda suasananya,
beda kerinduannya, bahkan mungkin aku tidak lagi merindui pulang
“Ayah, rasa nyaman dulu sulit
membuatku meninggalkan tempat aku pulang, rasa nyaman membuat aku sulit
berubah, celakanya lagi aku tidak tahu telah terjebak dalam keadaan nyaman
dulu, saat nyanyian itu bersenandung dengan syahdu
“Ayah, rasa takut juga sulit
membuatku untuk pergi, sulit untuk aku tidak pulang, meski aku tidak tahu takut
untuk apa, aku hanya me_reka-reka ketakutanku yang tidak pernah aku tahu ada
ataupun tidak, bahkan aku tega menciptakan ketakutan, lantas menguntai getar,
menjadikan tameng untuk tidak berjalan bahkan bergerak
“Ayah, rumah kita tidak senyaman
dulu, bukan, bukan karena atapnya dari rumbia, bukan sebab dinding penuh rayap,
bukan warnanya yang telah kusam, tapi aku tidak mengenali isi di dalamnya, aku
melihat banyak orang asing di sana, aku melihat ada benda asing menjelma, dan
miris saat asing dekat dengan ibu, aku bahkan mengenal ibu dalam ke_asingan itu
Tidak, tidak, aku tidak membenci,
tapi aku tidak mencintai, perasaan tenggelam, hampa, aku bahkan tidak tahu
siapa aku dan saudarku, terlelap dalam kenyamanan masa lalu terlena nyanyian
syahdu
Aku hanya bisa memendam bongkahan
perasaan itu, tak jarang aku terjebak dalam hatiku sendiri, aku sibuk merangkai
kejadian di sekitar untuk membenarkan harapan hatiku, sibuk membenarkan hatiku,
menimbun mimpi yang tak pernah ada, hingga aku lupa mana simpul yang nyata dan
mana simpul yang dusta
“Tuhan, kenapa bongkahan perasaan
itu harus ada, kenapa dia harus selalu bertengkar dengan fikiran, kenapa ?
kenapa Ya Rabb
Aku tidak bisa melihat, engkau
anugerahi mata, aku tidak bisa mendengar, engkau berikan aku telinga, aku tidak
bisa berjalan, engkau ciptakan kaki, tapi kenapa bongkahan perasaan harus ada ?
kenapa aku tidak bisa rela, kenapa aku tak bisa, padahal rela atau tidak,
rumahku memang telah berbeda, telah beda
Yaa, rumahku memang telah berbeda,
rinduku bukan lagi pulang, rinduku pergi, aku sadari, meski hati meronta-ronta,
menipu jiwa, tersenyum pada semua, berharap mereka masih mengira tempat aku
pulang masih sama,,,
Maaf, cinta ini telah sirna, rindu
ini tak ada lagi artinya, menyayangi hanya kebencian yang aku nafi, jangan
mengajari, aku tahu itu salah, tapi aku tidak tahu yang mana yang benar
Aku bukan daun, yang tak pernah
membenci angin saat iya terjatuh, aku bukan hujan, terus terjatuh meski ia tahu
akan menghilang, aku tidak memelihara kepompong, yang akhirnya menjadi
kupu-kupu indah, namun setiap yang bersayap akan terbang,,, semua bukan aku
Aku sadar hidup semakin sulit, namun
berhenti bukanlah tujuan, berjalan, terus berjalan meski tersesat adalah tujuan,
hidupku harus terus berlanjut, tak peduli seberapa sakit dan bahagia pada
akhirnya, biarlah aku memahami hidup dengan pemahaman yang benar, biarkan aku
menerima hidup, dengan penerimaan yang indah, hingga jalan dan waktu menjadi
obat penawar rindu nyanyian syahdu itu.
Aku tidak mau kalah dengan
ke_asingan rumahku, aku tidak mau mati dalam kekalahan orang asing itu, aku
tidak mau
Sebab aku masih bersatu, rindu masih
tetap rindu, dimensi tak pernah menjadi belenggu,,, aku rindu, dimensi lain
itu.
Jangan bertanya apapun ! karena
rumahku tidak seperti rumahmu, kerena rumahku tidak senyaman rumahmu, itulah
sebabnya aku lebih bahagia di sini, di tempat asing, di perjalanan, di luar
sana, pergi, bukan pulang.
T.M.A
0 Response to "RUMAHKU TAK SENYAMAN DULU"
Post a Comment