"TITIK JENUH"
Kehidupan itu punya jeda, punya spasi, punya titik sebesar bulan,
atau koma sebesar sampan. Sama seperti puisi, tak mungkin punya intonasi jika
tanpa koma, tak mungkin punya arti jika tanpa spasi, meski itu puisi ilusi atau
kata hati.
Namun miris saat titik jenuh menghampiri, semua akan merasakan,
namun tidak semua dapat melewati,
Ada yang berlari tapi hanya berputar-putar
Ada yang berjalan tapi tidak kemana-mana
Ada yang mulai tersesat dalam tujuan
Ada pula yang sadar namun hanya menikmati
Titik ini seperti hidup namun tanpa nyawa
Seperti terikan dalam kebebasan
Seperti mencintai kebencian
Atau malah membenci kecintaan
Tapi mungkinkah kita keluar ? atau tetap menikmati di dalam ?
Terserah bagaimana caramu, tapi akan memilih menikmati kejenuhan,
sama saat kita menikmati rasa sakit !
Sebab saat berusaha menikmati, kita akan tau keajaiban doa,
mendekatah pada Sang Pemilik Kehidupan, maka engkau akan menikmati kejenuhanmu
sama seperti menikmati kenyamananmu !
Berdoalah sebanyak-banyaknya sebab engkau tidak pernah tau doa mana
yang akan menembus keistajaban, sama seperti memperbanyak usaha, sebab kamu
tidak tau usaha mana yang akan membawa kesuksesan, dan jika gagal terus dan
teruslah memulai, sebab jatah gagal memang ada, maka habiskan masa gagalmu saat
muda agar tua engkau tuai kesuksesan.
Banyak yang mengeluh saat jenuh mendera, mereka berkata ada banyak
pilihan, namun tidak bisa di pilih ? mungkinkah ? tapi itu hanya mereka yang
mengandai-andai, hingga mereka fobia pada hal yang di andai-andaikan mereka
sendiri, andai mereka tidak mengandai-andai mungkin tidak ada ketakutan andai,
namun itu hanya andai dari saya yang bahkan tidak tau siapa yang
berandai-andai.
Maka siapakan dirimu, kuatkan imanmu, pantaskan tujuanmu, hingga
saat jenuh itu datang, engkau sadar tidak ada yang dapat menentang takdir
Tuhan, hingga engkau akan berdoa dan terus berdoa, mendekat dan terus mendekat,
hinga rizaNya engkau capai, dan saat itu Tuhan sedang rindu padamu, itulah
kenapa kejenuhan dan masalah di terpakan padamu, sebab IA ingin mendengar rintihanmu dalam doa, mungkin saat senang kau lupa pada Sang Pencipta.
“Titik Jenuh”
0 Response to ""TITIK JENUH""
Post a Comment