MENDUKUNG ULAMA BERARTI TIDAK MENDENGAR ULAMA MENDENGAR ULAMA BERARTI TIDAK MENDUKUNG ULAMA POLITIK;KITA (BIREUEN)
MENDUKUNG ULAMA BERARTI TIDAK MENDENGAR ULAMA
MENDENGAR ULAMA BERARTI TIDAK MENDUKUNG ULAMA
POLITIK;KITA (BIREUEN)
Mendukung ulama berarti tidak mendengar ulama, Mendengar ulama
berarti tidak mendukung ulama, begitulah semboyan yang begitu pas untuk
menggambarkan wajah politik Bireuen hari ini. Saya tidak tau asal muasal
semboyan ini, tapi yang pasti semboyan ini ada. Mungkin untuk masyarakat luar
Bireuen semboyan ini sangat membingungkan, karena ada dua kata yang sama tapi
membedakan, ini seperti putih yang menghitamkan atau malah hitam yang
memutihkan.
Terlepas dari kelompok manapun, saya pribadi ingin bersuara kenapa
semboyan ini ada, pribadi’ dan jikapun banyak terjadi kesalahan, mungkin
ini menjadi pembuka sebuah masalah yang akan di bicarakan selanjutnya !
Secara garis besar, ini berbicara pada dua kata kunci yang sama
namun terdapat perbedaan, “Mendukung Ulama” dan “Mendengar
Ulama”.
Pertama, mendukung Ulama
berarti mendukung salah satu calon yang berasal dari kalangan Ulama muda, tak
perlu disebutkan siapa, karena sudah masyhur dan jelas siapa beliau.
Kedua, mendengar Ulama
berarti mendukung salah satu calon yang berasal dari (bukan Ulama), hal ini di
ketahui pada acara deklarasi calon independen yang di hadiri oleh Ulama Kharismatik
Aceh, dan dapat di simpulkan berarti sebagian ulama lebih condrong kesini’.
Mungkin pertanyaan selanjutnya yang akan muncul adalah kenapa Ulama
berbeda pendapan dengan Ulama ?
Jawabannya tanya pada Ulama, tapi Ulama yang mana ? pertanyaan seperti ini akan terus menerus ada
hingga kita aneh sendiri pada terkaan yang seharusnya tidak pernah ada jika
kita tidak pernah menerka.
Namun,
jika berbicara tentang perbedaan, tentunya kita tau bahwa perbedaan itu adalah
fitrah, Khilafiah itu telah ada dari masa ke masa, meski dalam kontek dasar
tujuan tetap sama. Imam Mujtahid yang Empat, mereka juga memiliki
perbedaan-perbedaan, tapi sebab perbedaan itulah yang membuat teguhnya sebuah
pendirian pada tiang sebuah kebenaran.
Kontek perbedaan sebenarnya
sederhana jika ingin di analogikan, tapi begitu rumit saat di jelaskan kepada
perbedaan lainnya.
“Perbedaan”
Layak
seekor gajah yang diletakkan di ruang gelap tanpa cahaya
Tidak
ada satupun yang tau bentuknya kecuali di raba
Orang-orang
mulai datang dan meraba di dalam hitam gelap gulita
Ada yang
meraba belalainya hingga ia berkata, gajah itu panjang, bulat bagai pipa
Ada yang
meraba telinganya hingga ia berkata, gajah itu tipis, layaknya kipas
Ada pula
yang meraba kakinya lalu ia berkata, gajah itu bulat, besar bagai tiang istana
Ada juga
yang meraba punggungnya kemudian berkata, jangan takut gajah itu datar, lembur,
tempat kita bersantai melepas dahaga,
Andai
seorang lainnya datang membawa cahaya, saat itulah semua mata terbuka, ternyata
mereka salah semua, sebab gajah bukan seperti terkaan mereka !
Jadi, sebelum hari H, mungkin masih ada waktu untuk kita menunggu
datangnya cahaya, dan memilih dia yang tidak hanya berfikir bahwa pemimpin itu
hanya tentang Tahta, Kuasa dan Singgasana !
Mari nikmati perbedaan yang ada,
Anak kecil berbicara.
0 Response to "MENDUKUNG ULAMA BERARTI TIDAK MENDENGAR ULAMA MENDENGAR ULAMA BERARTI TIDAK MENDUKUNG ULAMA POLITIK;KITA (BIREUEN)"
Post a Comment