PENJARA 109
Murka sebabkan jiwa mendekam di penjara
Kesalahan raga, kehitaman hati, keberlanjutan ucap
Puluhan tahun dalam kekhilafan, pelanggaran, kedustaan
Namun hanya puluhan hari keharusan mendekam
Penjara ini beda, bukan dari jeruji besi
Kesalahan raga, kehitaman hati, keberlanjutan ucap
Puluhan tahun dalam kekhilafan, pelanggaran, kedustaan
Namun hanya puluhan hari keharusan mendekam
Penjara ini beda, bukan dari jeruji besi
Tak punya kunci, tak banyak penghuni, hanya sendiri
Penjara ini hanya dari hamparan kain sebagai tabeng
Keluar masuk sesuka hati, tapi kain harus tetap menutupi
Menutup mata agar tak melihat kehinaan
Menutup mulut agar tak mengeluarkan kedustaan
Menutupi telinga agar tak mendengar ke-lagaan
Penjara ini berbeda, penghuni boleh pergi sesuka hati
Boleh pulang kapan yang ia inginkan
Tapi anehnya tak ada yang pergi
Ini memang pencara, tapi penjara suci
Mendekam seakan menjadi keharusan jati diri
Dan aku penghuni penjara109, melihat dari kotak-kotak kecoklatan
Aku melihat semua keasingan ini begitu dekat
Mereka bilang ini bukan tempatku
Tapi kenapa semua seperti tempatku pulang
Mereka bilang di sini bukan jiwaku
Tapi kenapa ada kenyamanan yang besar
Aku penghuni penjara 109, melihat dari kotak-kotak kecoklatan
Aku melihat sosok malaikat dengan kotak-kotak kemerahan
Mereka bilang ia bukan malaikat ku
Tapi kenapa ia melindungi ku, kenapa ia berdoa untukku
Mereka bilang di sini bukan hidupku
Tapi kenapa ketentraman ku rasa
Mereka bilang di sini bukan hidupku
Tapi kenapa ketentraman ku rasa
Aku penghuni penjara 109, melihat dari kotak-kotak kecoklatan
Aku mencium wangi surga di penjara ini
Mereka masih saja berkata ini bukan surgaku
Tapi kenapa kenikmatan surga ku rasa
Kenikmatan cinta menjelma
Mereka masih saja berkata ini bukan surgaku
Tapi kenapa kenikmatan surga ku rasa
Kenikmatan cinta menjelma
Mereka bilang ini bukan aku
Tapi kenapa aku merasa ini aku
Tapi kenapa aku merasa ini aku
Aku penghuni penjara 109,
melihat dari kotak-kotak kecoklatan
0 Response to "PENJARA 109"
Post a Comment