PERAN KEPEMIMPINAN DALAM MENINGKATKAN KINERJA PEGAWAI PADA KANTOR CAMAT KOTA .....
BAB
II
LANDASAN
TEORITIS
A. Konsep Peran
Peran
adalah sesuatu yang jadi bagian satu yang memegang pemimpin yang terutama dalam terjadinya
hal atau peristiwa. Kamus
bahasa Indonesia (2001)
menegaskan bahwa peran adalah bagian dan tugas utama yang haruss dilaksanakan,
jadi peran adalah suatu perilaku seseorang yang diharapkan dapat membuat suatu
perubahan serta harapan yang mengarah pada kemajuan, meskipun tidak selamanya
sesuai dengan yang di harapkan.
Menurut
Gibson dan ivancevich dan Donelly (2006), peran adalah seorang yang harus
berhubungan dengan dua sistem yang berbeda, biasanya organisasi dan beberapa
bagian dan lingkungan. Peran atau biasa juga di sebut peranan (role).
Peran berarti :
a. Aspek
dinamis dan kedudukan.
b. Perangkat
hak- hak dan kewajiban
c. Prilaku
aktual dari pemegang kedudukan
d. Bagian
aktivitas yang di perankan oleh seseorang
Suatu
peranan mencakup paling sedikit tiga hal, yaitu :
1. Peranan
adalah meliputi norma norma yang di hubungkan dengan posisi atau tempat
seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian
peraturan peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.
2. Peranan
adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam
masyarakat sebagai organisasi.
3. Peranan
juga dapat di katakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur
sosial (Widodo : 2006)
B. Konsep Kepemimpinan
Menurut Kartono
(2005) kepemimpinan dapat
dilihat sebagai suatu instrument dalam satu organisasi yang
memiliki kekuatan dan kekuasaan tertentu untuk melancarkan kegiatan organisasi
dalam mengejar tujuan bersama. Selanjutnya, menurut Kartono kepemimpinan juga
dapat dilihat sebagai produk satu keadaan, yang ditentukan oleh tiga faktor,
yaitu :
1. Pribadi
kepemimpinan dengan cara hidup dan filsafat hidupnya
2. Struktur
kelompok dengan cirri khasnya.
3. Problema
dan kejadian-kejadian yang berlangsung pada saat itu.
Kemudian dikemukakan
oleh Davis (1989)
bahwa tanggung jawab seorang
pemimpin adalah untuk
mendorong kelompok kepemimpinan
arah pencapaian tujuan-tujuan yang bermanfaat. Anggota-anggota kelompok
perlu merasakan bahwa meraka memiliki sesuatu yang bermanfaat dan harus
dilakukan dengan sumber-sumber daya serta kepemimpinan yang ada.
Menurut
Winardi (2001) mengatakan bahwa seorang pemimpin haruslah memiliki kemampuan
untuk membangkitkan di dalam kekuatan-kekuatan emosional maupun rasional
pengikutnya.
C. Gaya Kepemimpinan
Gaya
kepemimpinan pemerintahan Indonesia menurut S. Pamudji (1995), secara garis
besar adalah sebagai berikut:
a. Gaya
motivasi
Yaitu pemimpin dalam
menggerakan crang-orang dengan mempergunakan motivasi baik yang berupa imbalan
ekonomis , dengan memberikan hadiah- hadiah (penghargaan), jadi bersifat
positif, maupun yang berupa ancaman (hukuman ). Dalam hubungan ini kepemimpinan
pemerintahan di Indonesia sedapat-dapatnya menekankan pada pemberian motivasi
yang bersifat positif.
b. Gaya
Pengawasan
Yaitu kepemimpinan yang
dilandaskan kepada perhatian seorang pemimpin terhadap perilaku kelompok.
Dengan adanya kepemimpman tersebut maka gaya kepemimpinan yang paling ideal
dalam menggerakan dan meningkat kan produktivitas kerja pegawai adalah gaya motivasi dan gaya
pengawasan, di mana gaya motivasi pemimpin berupaya mengajak para pegawainya
untuk turut serta secara bersama-sama menjalankan organisasi agar tujuan yang
telah direncanakan dapat tercapai
sebagaimana yang diharapkan. Sementara gaya
pengawasan, pemimpin berusaha
memperhatikan bawahannya sebagai manusia yang bermartaba, disisi lain pemimpin
selalu memperhatikan proses produksi serta
metode-metode dalam meningkatkan produktivitas kerja pegawai. Dari uraian di atas maka
dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan yang efektif, sebagaimana disebutkan di
atas, adalah gaya kepemimpinan motivasi dan gaya kepemimpinan pengawasan yang
mendorong dan mengajak pegawai serta selalu memperhatikan bawahan dalam untuk
mningkatkan produktivitas pegawai.
D. Fungsi Kepemimpinan
Kepemimpinan yang
efektif hanya akan
terwujud apabila dijalankan sesuai dengan fungsinya. Fungsi
kepemimpinan ini berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan
kelompok/organisasi masing-masing.
Berbagai
kriteria digunakan untuk menilai efektifitas kepemimpinan seseorang. Kriteria
tersebut berkisar pada kemampuan pimpinan berperan dalam menjalankan berbagai
fungsi-fungsi kepemimpinan, sebagaimana dikemukakan oleh Siagian (2003) sebagai
berikut:
1. Pimpinan
selaku penentu arah yang akan ditempuh dalam usaha pencapaian tujuan
2. Wakil
dan juru bicara organisasi dalam hubungan dengan pihak-pihak di luar
organisasi.
3. Pimpinan
selaku komunikator yang efektif
4. Mediator
yang handal, khususnya dalam hubungan ke dalam, terutama dalam menangani
situasi konflik.
5. Pimpinan
selaku integrator yang efektif, rasional, objektif, dan netral.
Kartono
(2005), bahwa fungsi kepemimpinan ialah memacu, menuntun dan membimbing, membangun dan memberi atau
membangun motivasi-motivasi kerja,
mengendalikan organisasi,
menjalin jaringan-jaringan komunikasi
yang baik, memberikan supervisi/pengawasan yang efisien dan membawa para
pengikutnya kepada sasaran yang ingin
dituju sesuai dengan ketentuan waktu dan rencana.
E. Kinerja
Menurut
Bernardin dan Russel seperti dikutip Keban (2004) mengartikan kinerja sebagai "The
record of outcomes produced on a specified job junction or activity during a
specified time period". Dalam definisi ini aspek yang ditekankan oleh
kedua pengarang tersebut adalah catatan tentang outcome atau hasil akhir
yang diperoleh setelah suatu pekerjaan atau aktivitas dijalankan selama kurun
waktu tertentu. Dengan demikian kinerja hanya mengacu pada serangkaian hasil
yang diperoleh seorang pegawai selama periode tertentu dan tidak termasuk
karakteristik pribadi pegawai yang dinilai.
F. Indikator Kinerja
Dwiyanto
seperti dikutip Pasolong (2008) adalah sebagai berikut:
1. Produktifitas
2. Konsep
produktivitas tidak mengukur tingkat efisiensi,tetapi juga efek tifitas
pelayanan. Produktifitas pada umumnya dipahami sebagai rasio antara input
dengan output.
3. Kualitas
Layanan
4. Banyak
pandangan negatif yang terbentuk mengenai organisasi publik muncul karena ketidakpuasan
masyarakat terhadap kualitas layanan yang dite rima dan organisasi publik.
Dengan demikian kepuasan masyarakat terhadap layanan dapat dijadikan indikator
kinerja orga.nisasi publik.
5. Responsivitas
adalah kemampuan organisasi
untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan
prioritas pelayanan dan mengem bangkan
program-program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirsi
masyarakat. Secara singkat responsivitas menunjukkan pada keselarasan program
dan kegiatan pelayanan dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat.
6. Responsibilitas
menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan organisasi publik itu dilakukan sesuai
dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar atau sesuai dengan kebijakan
organisasi.
7. Akuntabilitas
publik menunjuk pada seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik
tunduk pada para pejabat politik yang dipilih oleh rakyat. Dalam konteks ini,
konsep akuntabilitas publik dapat digunakan untuk melihat seberapa besar
kebijakan dan kegiatan organisasi publik itu konsisten dengan kehendak
masyarakat banyak.
G. Syarat Penilaian Kinerja
Terdapat
kurang lebih dua syarat utama yang diperlukan guna melakukan penilaian kinerja
yang efektif, yaitu :
1. adanya
kriteria kinerja yang dapat diukur secara objektif; dan
2. adanya
objektivitas dalam proses evaluasi.
Sedangkan dari sudut
pandang kegunaan kinerja
itu sendiri, Sondang Siagian (2003) menjelaskan bahwa bagi
individu penilaian kinerja berperan sebagai umpan balik tentang berbagai hal
seperti kemampuan, keletihan, kekurangan dan potensinya yang pada gilirannya
bermanfaat untuk menentukan tujuan, jalur, rencana dan pengembangan karirnya.
Sedangkan
bagi organisasi, hasil penilaian kinerja sangat penting dalam kaitannya dengan
pengambilan keputusan tentang berbagai hal seperti identifikasi kebutuhan
program pendidikan dan pelatihan, rekrutmen, seleksi, program pengenalan,
penempatan, promosi, sistem balas jasa, serta berbagai aspek lain dalam proses
manajemen sumber daya manusia. Berdasarkan kegunaan tersebut, maka penilaian yang
baik harus dilakukan secara formal berdasarkan serangkaian kriteria yang
ditetapkan secara rasional serta diterapkan
secara objektif serta didokumentasi kan secara sistematik.
H. Metode Penilaian Kinerja
Terdapat
beberapa metode dalam mengukur prestasi kerja, sebagaimana diungkapkan oleh
Gomes (2003), yaitu :
1. Metode Tradisional. Metode
ini merupakan metode
tertua dan paling sederhana untuk menilai prestasi
kerja dan diterapkan secara tidak sistematis maupun sistematis. Yang termasuk kedalam
metode tradisional adalah : rating scale, employee comparation, check list,
free form essay, dan critical incident.
a. Rating scale.
Metode ini
merupakan metode penilaian
yang paling tua
dan banyak digunakan, dimana
penilaian yang dilakukan oleh atasan atau supervisor untuk mengukur
karakteristik, misalnya mengenai inisitaif,ketergantungan, kematangan, dan
kontribusinya terhadap tujuan kerjanya.
b. Employee
comparation.
Metode ini
merupakan metode penilaian
yang dilakukan dengan cara
membandingkan antara seorang
pegawai dengan pegawai lainnya.
Metode ini terdiri dari
:
i. Alternation ranking
: yaitu metode penilaian dengan cara mengurutkan peringkat (ranking) pegawai
dimulai dari yang terendah sampai yang tertinggi berdasarkan kemampuan yang
dimilikinya.
ii. Paired
comparation : yaitu
metode penilaian dengan cara seorang pegawai dibandingkan
dengan seluruh pegawai
lainnya, sehingga terdapat
berbagai alternatif keputusan yang akan diambil. Metode ini dapat digunakan
untuk jumlah pegawai yang relatif sedikit.
iii. Porced comparation (grading)
: metode ini sama dengan paired comparation, tetapi digunakan untuk jumlah
pegawai yang relative banyak.
c. Check list. Metode ini hanya
memberikan masukan/informasi bagi penilaian yang dilakukan oleh bagian
personalia.
d. Freeform essay. Dengan metode
ini seorang penilai diharuskan membuat karangan yang berkenaan dengan
orang/karyawan/pegawai yang sedang dinilainya.
e. Critical incident Dengan metode
ini penilai harus mencatat semua kejadian mengenai tingkah laku bawahannya
sehari-hari yang kemudian dimasukan kedalam buku catatan khusus yang terdiri
dari berbagai macam kategori tingkah laku bawahannya. Misalnya mengenai
inisiatif, kerjasama, dan keselamatan.
2. Metode
Modern. Metode ini merupakan perkembangan dari metode tradisional
dalam menilai prestasi kerja.
Yang termasuk kedalam
metode modern ini adalah
: assesment centre, Management by objective (MBO = MBS), dan human
asset accounting.
a. Assessment centre. Metode ini
biasanya dilakukan dengan pembentukan tim penilai khusus. Tim penilai khusus
ini bisa dari luar, dari dalam, maupun kombinasi dari luar dan dari dalam.
b. Management
by objective (MBO
= MBS). Dalam
metode ini pegawai langsung diikutsertakan dalam
perumusan dan pemutusan persoalan dengan memperhatikan kemampuan bawahan dalam
menentukan sasaran nya masing-masing yang ditekankan pada pencapaian sasaran
perusahaan.
c. Human
asset accounting. Dalam metode ini, faktor pekerja dinilai sebagai individu
modal jangka panjang sehingga sumber tenaga kerja dinilai dengan cara
membandingkan terhadap variabel-variabel yang dapat mempengaruhi keberhasilan
perusahaan.
Hasibuan
(2005) aspek-aspek yang dinilai kinerja adalah :
a) Kesetiaan
b) Hasil
bekerja
c) Kejujuran
d) Kedisiplinan
e) Kreativitas
f)
Kerjasama
g) Kepemimpinan
h) Keperibadian
i)
Prakarsa
j)
Kecakapan
k) Tanggung
Jawab
I. Konsep Peningkatan Kinerja
Menurut
Kinerja Yukl (1998) mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
pegawai antara lain adalah disiplin
kerja dan motivasi kerja. Displin
kerja diperlukan untuk menghasilkan kinerja yang bagus, dengan disiplin,
pegawai akan berusaha untuk melakukan pekerjaan semaksimal mungkin dan kinerja
yang dihasilkan menjadi lebih bagus. Kemudian Teori Kinerja Simamora menyatakan
kinerja sangat ditentukan oleh 3 (tiga) faktor yakni :
1. Faktor
individual yang terdiri dari :
a. Kemampuan
dan keahlian;
b. Latar
belakang;
c. Demografi
2. Faktor
psikologis yang terdiri dari :
a. Persepsi:
b. Attitude;
c. Personality
d. Pembelajaran
e. Motivasi
3. Faktor
Organisasi
a. Sumberdaya;
b. Kepemimpinan;
c. Penghargaan;
d. Struktur;
e. Job
design
Simamora mengungkapkan
kemampuan dan keahlian
sebagai faktor indivi dual
masing-masing pegawai. Semakin kompeten kemampuan dan keahlian yang dimiliki
masing-masing pegawai, akan mempengaruhi pencapaian hasil kinerja. Begitu juga
dengan motivasi, dimana motivasi adalah faktor psikologis yang akan mendorong
pegawai dalam pengambilan keputusan untuk melakukan pekerjaan. Semakin kuat
motivasi yang melekat pada diri pegawai, semakin bagus kinerja yang dihasilkan.
Kemudian menurut Teori Kinerja Robbins mengatakan bahwa tingkat
kinerja pegawai akan sangat tergantung
pada dua faktor yaitu kemampuan pegawai dan motivasi kerja.
Kemampuan pegawai seperti : tingkat pendidikan, pengetahuan, dan pengalaman.
Tingkat
kemampuan akan dapat mempengaruhi hasil kinerja pegawai dimana semakin tinggi
tingkat kemampuan pegawai akan menghasilkan kinerja yang semakin tinggi pula.
Faktor lain
adalah motivasi kerja
yaitu dorongan dari dalam
pegawai untuk melakukan suatu
pekerjaan. Dengan adanya motivasi
kerja yang tinggi pegawai akan terdorong
untuk melakukan suatu pekerjaan sebaik mungkin yang akan mempengaruhi hasil
kinerja. Semakin tinggi motivasi yang dimiliki semakin tinggi pula kinerja yang
dapat dihasilkan.
J. Tujuan Penilaian Kinerja
Locher
dan Tell seperti dikutip Keban (2004) mengatakan bahwa penilaian kinerja bertujuan
untuk menentukan kompetensi perbaikan kinerja, umpan balik, dokumentasi,
promosi, pelatihan, mutasi, pemecatan, pemberhentian, penelitian, kepegawaian,
dan perencanaan tenaga kerja.
Menurut
Pasolong (2008 ) Tujuan penilaian kinerja adalah sebagai berikut :
a. Sebagai dasar
untuk memberikan kompensasi
kepada pegawai yang setimpal dengan kinerjanya.
b. Sebagai dasar
untuk melakukan promosi
bagi pegawai yang
memiliki kinerja yang baik
c. Sebagai dasar
untuk melakukan mutasi
terhadap pegawai yang
kurang cocok dengan pekerjaannya.
d. Sebagai
dasar untuk melakukan demosi terhadap pegawai yang kurang atau tidak memiliki
kinerja yang baik.
e. Sebagai dasar
untuk melakukan pemberhentian
pegawai yang tidak
lagi mampu melakukan pekerjaan.
f.
Sebagai dasar
memberikan diklat terhadap pegawai,
agar dapa t meningkat kan kinerjanya.
g. Sebagai
dasar untuk menerima pegawai baru yang sesuai dengan pekerjaan yang tersedia.
h. Sebagai
dasar untuk mengetahui berhasil tidaknya suatu organisasi.
Kinerja
dapat dinilai dari apa yang dilakukan oleh seorang pegawai dalam kerjanya.
Dengan kata lain, kinerja individu adalah bagaimana seorang pegawai melaksanakan
pekerjaannya. Kinerja pegawai yang meningkat akan turut mempengaruhi/
meningkatkan prestasi organisasi tempat pegawai yang bersangkutan bekerja,
sehingga tujuan organisasi yang telah ditentukan dapat dicapai dengan baik.
K. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Menurut
Mangkunegara (2007) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi kinerja antara
lain :
a. Faktor
kemampuan Secara psikologis kemampuan (ability) pegawai terdiri kemampuan
potensi ( IQ ) dan kemampuan realita (pendidikan). Oleh karena itu pegawai
perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahlihannya.
b. Faktor
motivasi terbentuk dari sikap (attiude) seorang pegawai dalam menghadapi
situasi kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri pegawai
terarah untuk mencapai tujuan kerja. Sikap mental merupakan kondisi mental yang
mendorong seseorang untuk berusaha mencapai potensi kerja secara maksimal.
c. Energi
adalah pemercik api menyalakan jiwa tanpa adanya energi psikis dan fisik yang
men cakupi, perbuatan kreatif pegawai
terhambat.
d. Teknologi adalah
penerapan pengetahuan untuk
melakukan pekerjaan, penerapan
tekhnologi lebih cendrung positif dan proaktif pegawai dalam melakukan
pekerjaan karena mereka memandang teknologi sebagai teman, bukan sebagai musuh
yang meningkatkan kinerja. Pegawai juga memungkinkan lebih kreatif merancang
dan mengembangkan cara berpikir positif dalam strategi berbeda untuk lebih
meningkatkan kinerjanya. Pada dasarnya teknologi merupakan alat, fasilitas atau
sarana yang digunakan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.
e. Kompensasi
adalah sesuatu yang diterima oleh pegawai sebagai balas jasa atau kinerja dan
bermanfaat baginya. Jika pegawai mendapat kom pensasi yang sesuai dengan
hasil kerjanya, maka
pegawai dapat bekerja
dengan tenang dan tekun. Akan
tetapi apabila pegawai
menerima kompensasi tidak sesuai,
maka pegawai berfikir mendua, yaitu berusaha mencari tambahan diluar,
sehingga menyebabkan pegawai sering mangkir. Jadi kompensasi merupakan sebuah
hadiah atau apresiasi yang diberikan kepada pegawai atas pekerjaan yang telah
dilakukan.
f.
Kejelasan
tujuan, tujuan adalah arah, harapan (sesuatu yang ingin di capai). Sehingga
kejelasan tujuan merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam pencapaian
kinerja. Oleh karena pegawai yang tidak mengetahui secara jelas tujuan
pekerjaan yang hendak dicapai, maka tujuan yang tercapai tidak efisien dan
kurang efektif.
g. Keamanan pekerjaan
adalah sebuah kebutuhan
manusia yang sangat
fun damental, karena pada umumnya orang menyatakan lebih penting ke
amanan pekerjaan ketimbang kenaikan gaji atau pangkat. Seorang yang merasa aman
dalam melakukan pekerjaan akan berpengaruh ter hadap kinerjanya.
BAB
III
METODOLOGI
A. Jenis Penelitian
Penelitian
tentang peran kepemimpinan dalam meningkatkan kinerja pegawai pada kantor camat
Kota Juang Kabupaten Bireuen ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif.
Menurut
Bogdan dan Biklen dalam Meleong (2010:4) menyatakan bahwa metodologi penelitian
kualitatif merupakan prosedur penelitian yang berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan
pada latar dan individu yang holistic. Individu atau organisasi tidak boleh di
isolasikan dalam variable atau hipotesis, tetapi perlu memandang sebagai bagian
dari keseluruhan.
B. Objek Dan Subjek
Adapun
yang menjadi objek dalam penelitian ini yaitu Camat Kota juang dan seluruf staf
yang berkerja.
Adapun
yang menjadi subjek dalam penelitian ini yaitu Kantor Camat Kota Juang dan seluruh
Staf.
C. Teknik Pengumpulan Data
Untuk
memperoleh data yang objektif dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah,
diperlukan metode yang mampu mengungkap data sesuai dengan pokok permasalahan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawacara.
a. Wawancara
Penelitian
ini menggunakan wawancara terstruktur artinya wawancara yang dilakukan dengan
sudah menetapkan kerangka pertanyaan yang akan diajukan kepada informan,
sehingga pewawancara menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang
akan diajukan. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan pada : Kantor Camat
Kota Juang Bireuen.
BAB IV
HASIL
PENELIIAN
A. Peran Kepemimpinan
a. Peran
pemimpin bersifat interpersonal diukur melalui :
1. Peran
pemimpin sebagai figur
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Camat Kota Juang dalam menjalankan peran pemimpin bersifat
interpersonal yang diukur berdasarkan figur sudah cukup baik. Terbukti Camat
Kota Juang dapat menjalankan perannya sebagai figurehead, yakni peranan yang dilakukan untuk mewakili
organisasi yang dipimpinannya di dalam setiap kesempatan dan persoalan yang
timbul secara formal.
2. Peran
pemimpin sebagai penggerak
Dari hasil penelitian
menunjukkan bahwasanya dalam menjalankan perannya pemimpin bersifat
interpersonal yang diukur berdasarkan pemimpin sebagai penggerak sudah cukup
baik. Hal ini dibuktikan oleh Camat Kota Juang dalam menggerakkan bawahannya.
3. Peran
pemimpin sebagai penghubung
Berdasarkan hasil penelitian dapat dikatakan bahwa Peran
pemimpin bersifat interpersonal yang
diukur berdasarkan peran pemimpin sebagai penghubung sudah cukup baik
dilaksanakan oleh camat,
dibuktikan dengan terjalinnya kerjasama yang baik sesama
pegawai.
b. Peran
bersifat informasial :
1. Peran
sebagai pemantau
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa peran pemimpin bersifat informasial yang diukur berdasarkan peran
pemimpin sebagai pemantau sudah cukup baik. Terbukti Camat Kota Juang mampu
menjalankan peran sebagai pemantau pada setiap aktifitas.
2. Sebagai
disseminator (pemberi informasi)
Dari hasil penelitian
yang dilakukan dapat dikatakan bahwa peran pemimpin bersifat informasial
yang diukur berdasarkan peran pemimpin sebagai pemberi informasi sudah cukup
baik. Hal ini terlihat dalam melakukan penyampaian informasi dari luar ke dalam
organisasinya, dan informasi yang berasal dari bawahan atau stafnya ke bawahan
atau staf lainnya.
3. Peran
sebagai pengambil keputusan
Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara yang dilakukan dapat
dikatakan bahwa peran pemimpin dalam
pengambil keputusan sudah cukup baik. Terbukti dengan adanya suatu keputusan
yang terbaik dan tegas dalam menyelesaikan masalah maupun pengambilan suatu
kebijakan.
B. Kinerja Pegawai
Kinerja atau
prestasi kerja (performance)
diartikan sebagai ungkapan kemampuan yang didasari oleh
pengetahuan, sikap, keterampilan dan motivasi dalam menghasilkan sesuatu.
Dengan demikian kinerja adalah sesuatu yang dikerjakan atau produk atau jasa
yang dihasilkan oleh seseorang atau kelompok, bagaimana mutu kerja, ketelitian
dan kerapian kerja, penugasan dan bidang kerja, penggunaan dan pemeliharaan
peralatan, inisiatif dan
kreativitas, disiplin, dan semangat
kerja. Kinerja pegawai juga dapat diwujudkan melalui beberapa faktor,
yaitu : kerjasama, Inisiatif, Tanggungjawab, Kedisiplinan, mutu pekerjaan /hasil.
Dari
hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kinerja pegawai kecamatan Kota Juang
sudah cukup baik dilaksanakan oleh para pegawai. Masalah kinerja selalu mendapat perhatian
dalam manajemen karena sangat berkaitan dengan produktivitas
lembaga atau organisasi. Sehubungan dengan itu maka upaya untuk mengadakan
penilaian kinerja merupakan hal yang sangat
penting. Memang diakui bahwa
banyak orang mampu tetapi tidak mau, sehingga tetap tidak menghasilkan kinerja
yang optimal. Demikian pula halnya banyak orang mau tetapi tidak mampu juga
tetap tidak menghasilkan kinerja apa-apa.
Faktor yang Mempengaruhi
Kinerja Pegawai Pada Kantor Camat Kota Juang Kabupaten Bireuen.
1. Variabel
individual, meliputi :
a. Motivasi menyebabkan terjadinya suatu perubahan suatu
energi yang ada pada diri manusia. Sehingga akan berhubungan dengan persoalaan
gejala kejiwaan. Perasaan dan juga emosi untuk kemudian bertindak dan melakukan
sesuatu. Semua dorongan itu karena adanya tujuan kebutuhan, keinginan.
b. Pengalaman
yaitu, adalah ukuran tentang lama waktu atau masa kerja yang telah ditempuh
seseorang dapat memahami tugas tugas
suatu pekerjaan dan telah melaksanakan dengan baik.
c. Umur,
adalah rentang kehidupan yang diukur dengan tahun, dikatakan masa awal dewasa
adalah usia 18 tahun sampai 40 tahun, usia ini adalah usia produktif dalam
bekerja.
d. Pendidikan
yaitu, Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tatalaku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan diri melalui upaya pengajaran
dan pelatihan. Semakin baik tingkat
pendidikan seseorang semakin baik juga kinerjanya.
2. Variabel
situasional
a. Faktor
fisik dan pekerjaan ;
i.
Metode kerja
yaitu, cara teratur
yg digunakan untuk melaksanakan suatu
pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yg dikehendaki, cara kerja yang bersistem untuk memudahkan
pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yg ditentukan.
ii.
Perlengkapan
kerja, adalah semua fasilitas / barang-barang
yang ada di dalam
kantor baik langsung maupun tidak langsung digunakan dalam
pelaksanaan pekerjaan kantor
sehingga menghasilkan sesuatu
yang diharapkan.
iii.
Penataan
ruang yaitu, Tata ruang kantor disusun berdasarkan aliran
pekerjaan kantor sehingga
perencanaan ruangan kantor
dapat membantu para pekerja dalam meningkatkan kinerja pegawai.
iv.
Lingkungan fisik
, penyinaran, temperatur, dan fentilasi, sangat ber pengaruh terhadap kinerja pegawai, suasana ruangan dengan
lingkungan sirkulasi yang baik dapat menimbulkan kinerja yang baik.
b. Faktor
sosial dan organisasi, meliputi:
i.
Peraturan peraturan organisasi,
peraturan adalah suatu
produk peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan oleh suatu pemimpin
organisasi yang sifatnya mengatur organisasi. Jika peraturan mampu memberikan
kenyaman kepada pegawai untuk bekerja, maka kinerja pegawai akan lebih baik.
ii.
Jenis latihan merupakan bagian dari suatu proses
pendidikan, yang tujuannya untuk
meningkatkan kemampuan atau keterampilan khusus seseorang atau kelompok orang.
iii.
Sistem upah,
upah merupakan salah satu rangsangan penting bagi para karyawan atau pegawai.
Hal ini tidaklah berarti bahwa tingkat upahlah yang merupakan pendorong utama,
tingkat upah hanya merupakan dorongan utama hingga pada tarif dimana upah itu
belum mencukupi kebutuhan hidup para
pegawai dan berdampak
terhadap kinerja seorang pegawai.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Æ Peran kepemimpinan camat sudah cukup
baik dalam meningkatkan kinerja pegawai yang
diukur melalui peran
bersifat interpersonal yaitu peran pemimpin sebagai figur, peran pemimpin
sebagai penggerak dan peran pemimpin sebagai penghubung sudah dilaksanakan
cukup baik.
Æ Peran
kepemimpinan yang bersifat informasial sudah cukup baik dilaksanakan oleh
camat yang diukur
melalui peran camat sebagai pemantau
dan peran camat sebagai disseminator (pemberi informasi).
Æ Peran
kepemimpinan camat sebagai pengambil keputusan sudah cukup baik dilaksanakan
oleh camat dan peran ini diukur melalui peran camat sebagai Disturbance
handler (penanganan hambatan) , peran camat sebagai Negotiator
(negosiator), dan peran camat Resource allocator (pengalokasi sumber).
Æ Kemudian untuk
kinerja pegawai sudah
cukup baik dilaksanakan
dengan melihat kerjasama pegawai yang cukup baik, kemudian inisiatif
pegawai yang mampu mengambil keputusan dalam mengatasi hambatan dalam bekerja
serta tanggungjawab yang cukup baik terhadap pekerjaan dan selalu menyelesaikan
tugas dengan sebaik baiknya dan tepat pada waktunya serta cukup disiplin dalam artian
menaati peraturan perundang-undangan dan atau peraturan kedinasan yang
berlaku serta mempunyai kecakapan dan menguasai segala seluk beluk bidang
tugasnya dan bidang lain yang berhubungan dengan tugasnya.
B. Saran
Æ Hendaknya
peran kepemimpinan dapat lebih ditingkatkan lagi secara aplikatif yaitu,
berkaitan dengan peran pemimpin sebagai figur, karena sebagai figur
tingkah laku dan
ketauladan merupakan ukuran
yang ada pada
setiap pemimpin, semakin baik prilaku seorang pemimpin, maka dia menjadi
figur yang diinginkan oleh masyarakat.
Æ Masalah
kinerja selalu mendapat perhatian dalam manajemen karena sangat berkaitan
dengan produktivitas lembaga atau organisasi. Sehubungan dengan itu maka upaya
untuk mengadakan penilaian kinerja merupakan hal yang sangat penting dalam
meningkatkan kinerja pegawai.
Æ Perlu
dilakukan penilaian kinerja. Apabila
penilaian prestasi kerja dilaksana kan dengan baik, tertib, dan benar akan dapat
membantu meningkatkan motivasi berprestasi sekaligus dapat meningkatkan loyalitas
para anggota organisasi yang
ada di dalamnya,
dan apabila ini
terjadi akan meng
untungkan organisasi itu
sendiri. Oleh karena
itu penilaian kinerja perlu dilakukan secara formal dengan
kriteria-kriteria yang telah ditetapkan oleh organisasi secara obyektif.
DAFTAR
PUSTAKA
Bogdan dan Biklen dalam Lexy J. Moleong.
2010. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : Rosdakarya.
Davis, Keith, and Newstrom, w.,John.11989.
Human Behavior At Work :Organizational Behavior. New York: McGraw Hill
International.
Gibson L, James & Ivancevich, John M
& Donelly, james Jr, 1996. Organisasi : Perilaku, Struktur,
Proses, Alih Bahasa
: Nunuk Ardiani,
Bina Rupa Aksara, Jakarta.
Gomes, Faustino
Cardoso, Dr. 2003. Manajemen Sumber
Daya Manuasia. Yogyakarta
Hasibuan, H. Malayu S. P. 2005. Manajemen
Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Kartono, Kartini. 2005. Pemimpin dan
Kepemimpinan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Keban, Yeremias T. 2004. Enam Dimensi
Strategis Administrasi Publik Konsep, Teori dan Isu. Gaya Media.Yogyakarta.
Mangkunegara,
Anwar Prabu. 2007. Evaluasi Kinerja SDM. PT Refika Aditama.Bandung.
Siagian,
Sondang. P.2003. Teori dan Praktek Kepemimpinan. PT. Rineka
Cipta.Jakarta.
Widodo.2006.
Manajemen Kepegawaian II.Kanisius. Yogyakarta.
Yulk, Gary, 1998. Alih
Bahasa Yusuf Udayana, Kepemimpinan Dalam Organisasi, Prehallindo, Jakarta.
0 Response to "PERAN KEPEMIMPINAN DALAM MENINGKATKAN KINERJA PEGAWAI PADA KANTOR CAMAT KOTA ..... "
Post a Comment