-->

BERLENA RINAI HUJAN


Dan jika kita telah menua bersama,
Kita akan kesana, Arabasta
Berlena dalam rinai hujan,
Dari lantai ketujuh Istana,
Kita menatap rintihan hujan yang syahdu,
Sambil sesekali menyerumputi secangkir Kopi racikan tanganmu,

Tetesan hujan kian deras,
Kita duduk di sofa lantai tujuh kerajaan,
Negeri Arabasta yang basah menelan malas,
Dalam aroma keromantisan kita berkisah kenangan yang hampir usang,

Lampu-lampu yang berjejeran tertutup deras hujan,
Tiang-tiang terdiam di bahu jalan,
Jalan-jalan kosong melambangkan kesunyian,
Negeri Arabasta membisu kaku,
Hanya kita berdua Bermesraan di jendela kaca menatap dalam ketinggian,
Merebahkan sayangmu di bahuku,
Sesekali ku kecup keningmu,

Malam menggigilkan tulang belulang,
Arabasta sunyi dilenakan rinai hujan,
Dan Kita,
Kita adalah hujan yang turun beserta kenangan,
Kenangan silam yang mematrikan kita menua hingga sekarang,
Atau kita sebagai hujan dalam keromantisan cakrawala alam.

Bireuen, 01 Des 2016


0 Response to "BERLENA RINAI HUJAN"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel