FRAGMEN SENJA; ZAHRA
Sambil mengintip senja yang temaram di senyummu, sebelum dewi malam menjemputnya, Zahra; izinkan aku bersenja denganmu, mengutip kata yang jatuh di halaman pipimu, akan kubacakan bi'ah-bi'ah pertemuan yang bersahaja untuk memulai cerita-cerita yang akan kita ceritakan seterusnya, dan engkau mengulang bi'ah-bi'ah beriringan ucapku, Tak peduli titik-titik yang tertitikkan yang berharap kita berhenti dari bacaan.
Titik-titik selanjutnya tak punya kuasa apapun untuk menghentikan, selain menciptakan ruang kosong selaksa Kemarau yang baru saja di tinggalkan hujan lebat dan mendung masih pekat akan hujan lagi.
Hujan adalah kenangan dalam bait-bait doa yang tertundakan, membawa setiap tetes harapan yang berjatuhan bersama kenangan silam, kita hanya dapat mengeja dan menaksir hujan dengan kelaluan yang melenakan, sembari memelihara asa yang masih bergelantungan, membumbung bersama aurora Bi'ah hingga matang,
Sematang estetika puisi yang kita bacakan,
Engkau belum beranjak dari bangku taman senja, tempat menghimpun jutaan cinta, untuk tercipta prosa bahagia,
Katamu Zahra; ingin sekali kau peluk senja di hatimu untuk bercengkrama dengan kata,
Sebelum kodrat dewi malam menjemput senjamu, dan engkau hanya bisa merelakan dalam ketidak ikhlasan, Senja di rebut kemestian yang tak mampu di nafikan.
Bireuen, 30 Nov 2016
0 Response to "FRAGMEN SENJA; ZAHRA"
Post a Comment