INDAHNYA KELUARGA DALAM NAUNGAN ISLAM
Islam adalah kesempurnaan yang
hakiki, sebagaimana asal katanya, Islam berasal dari B.Arab “Salam” yang
berarti kesejahteraan, artinya setiap keluarga yang bernaung dalam Islam maka
Mereka akan Sejahtera, kunci dari setiap bahagia.
Islam telah mengatur semua aspek
kehidupan tanpa kecacatan sedikitpun, dari kita lahir hingga akhirnya kita
mati, namun di antara keduanya proses itulah yang mengajarkan kita arti dari
hakiki dan abadi.
Dalam kontek keluarga, islam telah
menjelaskan dengan rinci apa yang menjadi hak dan kewajiban seorang suami, apa
hak dan kewajiban seorang istri, dan apa hak dan kewajiban seorang anak, meski
pada kenyataan modern ini, banyak jiwa yang hanya berkoar-koar untuk
mempertanyakan hak, tapi lupa akan kewajiban memperoleh hak. Orang-orang tertua
Aceh dahulu mengajari akan hal itu dalam pepatahnya “Meunyoe Hana Hek, Pane Na Hak”
artinya jika tidak ada usaha, kenapa
menuntut hasilnya, jika tidak bercocok tanam, kenapa bersikeras ingin memanen.
Dalam Islam, kewajiban dan hak telah
di atur sedemikian rupa, meski aplikasi harian jauh dari apa yang di ajarkan,
meski pada dasarnya masih dalam satu tujuan, memasak, mencuci, nyetrika dan
sebagainya bukanlah hak seorang Istri, tapi kenapa semua Istri melakukannya ?
sebab itu adalah upaya mendapatkan surga, mengkhadam suami, sebab hakikatnya
keluarga itu milik bersama.
Satu kisah pendek ini Insya Allah
akan mengajarkan kita banyak hal tentang hak dan kewajiban dalam keluarga,
terutama kepada para pemuda yang ingin melangkah ke jenjang selanjutnya.
“Setelah Shalat Shubuh berjamaah,
Ibu itu langsung pulang ke rumah, sesampainya di rumah, Si Ibu langsung menuju
dapur untuk menyiapkan Sarapan untuk suami, dan juga anak laki-laki serta
menantunya yang masih pengantin baru.
Di dalam kamar, sang menantu
mendengar suara gaduh di dapur, dengan muka setikit pucat dan takut sang
menantupun bergegas ke dapur, saat tiba di dapur Ia melihat Ibu mertuanya
sedang sibuk. Sang ibu pun menyadari menantunya telah di dapur, dengan lembut
ibu itu bertanya pada menantunya :
“Sudah
Shalat Nak ?
“Sudah
Bu, jawab si menantu
“Alhamdulillah.
Kamu mau membantu Ibu ? dengan nada sedikit merayu seraya bercanda dengan
senyumam Si Ibu yang keriput
“Iya
bu, jawab si menantu dengan sedikit terbata-bata
“Sini
bantu Ibu menggoreng telur, seraya menyadorkan Sudu goreng kepadanya
“dengan
tingkah yang kaku menantu mengambilnya dan menjawab, Iya bu
Si
Ibu yang telah lebih dahulu menelam pahit gedir ludah sadar akan tingkah
menantunya
“untuk
apa ada Ibu di sini Nak, Kalau tidak mendidik kalian, Ucap si Ibu seraya
Tersenyum,,,
“Iya
bu, jawab menantunya dengan senyuman yang lega,,,
Setelah selesai menyiapi sarapan,
merekapun sarapan bersama-sama.
Tidak
lama setelah itu, Si Anak mendekati Ibunya yang sedang Duduk di teras rumah,
“Bu,
Maaf,,,,
“Maaf
kenapa ? tanya Ibunya dengan nada penasaran
“Istriku
tidak bisa memasak, jawab si anak tentunduk malu
“Seraya
tersenyum, Ibunya berkata, Memangnya kenapa nak ???
“aku
terus saja merepoti ibu, bahkan saat aku telah menikahpun aku masih
menyusahkanmu Bu,,,
“Masih
dengan senyuman ketulusan, Ibu kembali menjelaskan, untuk apa Ibu di sini,
Kalau bukan membantumu Nak, Ibu memang Telah di Kodratkan Allah untuk membantu
dan mendidik Anak-anaknya.
Dan
satu yang harus kamu ingat Nak, Memasak itu bukanlah kewajiban Istrimu, tapi
itu kewajibanmu.
“tapi
kenapa Ibu selalu melakukannya untuk Ayah ? tanya si anak dengan penasaran
“Nak,
dengarkan Ibu, pada hakikatnya di dalam ajaran Islam, semua yang di lakukan
oleh seorang Istri, baik itu memasak, mencuci, menyetrika, menyapu, merawat
anak, itu semua adalah kewajiban seorang suami, bukan kewajiban Istri, dan Ibu
melakukan itu semua untuk membantu Ayahmu, Dan dengan Keikhlasan Ibu akan
mendapat Ujrah dari Allah S.W.T dengan membantu Ayahmu, dan mengkhadam Suami
Ibu. Itu yang Ibu tau, Sebab Ibu tak pernah menjadi selain itu.
“Tak
pernah menjadi selain itu ? maksud Ibu, tanya anaknya semakin penasaran
“Iya,
sebab ibu tidak tahu apa alasan perempuan di luar sana membantu suaminya, ntah
mereka menganggapnya sebagai kewajiban atau yang lainnya. Dan satu lagi yang
harus kamu ingat Nak, Didiklah Istrimu karena itu adalah kewajibanmu, agar iya
kelak dapat mendidik anak-anakmu, Ibu masih Ingat dulu saat Ibu dan Ayahmu baru
menikah, Setelah Shalat berjamaah, Ayah selalu menasehati Ibu sekitar 7 s/d 10
menit, Ayahmu Lulusan Pesantren, jadi dia tahu banyak hal tentang Islam, jika
kamu punya pertanyaan, tanyalah pada Ayahmu. Yang paling Ibu Ingat adalah Satu
hal yang Ayah Ajarkan pada Ibu, Kamu mau tahu nak ? dan nanti kamu boleh ceritakan
pada Istrimu, sebagi kisah wasiat keluarga kita, sang ibu berkata sambil
tertawa
“Iya
Bu, Ceritakan, agar aku dapat mencontoh Ibu dan Ayah dalam berkeluarga,,, pinta
si anak
“Begini
nak, Ayah saat itu mengajarkan Ibu tentang bagaimana mendidik anak, dan dia
mendapatkan pelajaran ini dari Sirah Ashabah, Sahabat Nabi, Ali ra berpesan “Didiklah
anakmu dalam 3 fase, fase pertama, sejak lahir hingga 9 tahun jadikan dia raja,
dari 9 sampai 19 tahun jadikan dia tentara, dan dari 19 sampai seterusnya
jadikan dia kawan, si Ibu kemudia berhenti dengan nafas sedikit terengah-engah
“Maksud
jadikan anakmu raja itu bagaimana Bu, Tanya anaknya yang mulai penasaran
“Si
Ibu tersenyum lebar melihat anaknya yang begitu tertarik dengan ceritanya, Yaaa
jadikan dia Raja, berikan dia apapun yang ia minta, selama itu masih sebagai
kebutuhan anak, dan tidak merusak nilai pendidikan,,,
“Oeee,
ya BU, terus jadikan dia tentara itu bagaiman ? apa harus menyekolahkan dia ke
sekolah militer ? tapi Aku tidak mau Bu, Aku masih troma kepada warna loreng
itu pada masa DOM di aceh,,,,
“Bukan
seperti itu Nak, jelas si Ibu, jadikan tentara maksdunya dalam kedisiplinan,
terapkan In Time padanya, Bukan hanya On Time, biasakan dia bangun Shubuh untuk
berjamaah, tegaskan pada si anak untuk tidur tidak boleh lewat jam 00;00,
katakan pada si anak, dalam 24 jam/hari bagilah kepada 3 bagian, 1 bagian untuk
Ibadah, 1 bagian untuk Istirahat dan 1 bagia untuk belajar/berkerja, pembagian
itu juga berlaku untuk kita semua Nak,,,,,
“Iya
Bu, dan jadikan dia Teman ? bagaimana itu bu, masak anak di jadikan teman,
nanti dia malah kelewatan, tidak mengahargai orang tuanya ? tegas si anak
“Si
Ibu kembali tersenyum pada anaknya, kalau kamu tidak menjadikan anakmu sebagai
teman, nanti kamu tidak akan tahu anakmu akan tumbuh menjadi pemuda yang
bagaimana, kamu tidak akan tahu dia punya masalah apa, dan kamu tak akan
mendapatkan yang seperti Ibu dapatkan padamu Nak, kamu yang selalu bercerita
pada Ibu tentang kehidupanmu,,,, jelas si Ibu
“si
anak mangut-mangut seraya tersenyum, ternyata Ibu pintar ya, goda si anak
“sambil
mencubit hidung anaknya, si ibu tersenyum, kemudia Ibu berkata “Nak, Ibu milik
Ayamu, tapi Kamu sampai kapanpun masih Milik Ibu, jadi tolong buat bahagia
menantu IBU ya,,,,
Mereka
berdua sama-sama tertawa, “pasti Bu, dan Ibu akan menggendong momongan dengan
secepatnya, bukankah itu kebahagiaan Ibu, anaknya berkat sambil tertawa,,,
“Insya
Allah, Jawab si Ibu pelan, sebab Ibu tahu bahwa Ayah sedang mendekati mereka,,,
“kenap
kalian senyam-senyum berdua, tanya Ayah
Si
Ibu berkata pada anaknya “benar kan kata Ibu, Ayahmu kejam,,,,,
Si
Anak tertawa, Ibu juga Tertawa,,, Ayah masih berdiri heran melihat tingkah
mereka berdua.
0 Response to " INDAHNYA KELUARGA DALAM NAUNGAN ISLAM"
Post a Comment